32

2K 310 31
                                    

Kediaman Kim bersaudara terlihat lengang meski sebagian penghuninya ada di rumah. Tetapi Jaehwan, Daniel dan Woojin tampak tidak ingin melakukan banyak aktivitas. Yang mereka lakukan hanya duduk termenung di ruang tengah dengan ekspresi frustrasi yang kentara.

Sementara di dapur ada Seongwoo, Sewoon dan Hyungseob yang menyiapkan makan malam untuk tiga pemuda itu. Sama halnya dengan sang empunya rumah, ketiga pemuda itu tak melakukan banyak percakapan. Mereka tahu, Kim bersaudara sedang dalam suasana hati yang buruk.

"Makan dulu, yuk."

Ucapan Seongwoo membuyarkan lamunan Jaehwan, Daniel dan Woojin. Ketiganya serempak menggelengkan kepala mereka.

"Makan dulu, kak. Nanti kakak-kakak sakit." Kata Hyungseob, yang lagi-lagi ditanggapi dengan gelengan kepala.

Seongwoo beringsut duduk di sebelah Daniel, mengusap bahu pemuda itu dengan lembut. Sewoon dan Hyungseob juga duduk disamping Jaehwan dan Woojin, berusaha menenangkan mereka dengan segala cara.

"Bukan salah kalian Euiwoong celaka gini. Kalian jangan nyalahin diri kalian sendiri." Ujar Sewoon dengan lembut.

"Tapi kalo gue sama yang lain nggak nanggepin SMA Nayana, atau palingg nggak lebih cepet ngeh kalo adek ada disana, pasti kejadiannya nggak bakalan kayak gini." Kata Jaehwan pelan.

"Euiwoong pasti sembuh kok. Aku udah temenan lama sama dia, aku tau dia nggak bakalan mau nyerah gitu aja."

Ucapan positif dari Hyungseob kembali menyalakan harapan Jaehwan, Daniel dan Woojin. Seharusnya mereka bisa berpikir positif seperti Hyungseob. Mereka adalah kakak-kakaknya Euiwoong, sudah pasti lebih mengenal Euiwoong lebih dari siapapun.

"Makasih ya, Seob. Kamu bener, kita harus percaya kalo Euiwoong pasti baik-baik aja." Ucap Woojin dengan tulus seraya mengusak rambut Hyungseob dengan gemas. Hyungseob hanya tersenyum menanggapi.

"Kalo gitu kalian makan. Jangan sampe Euiwoong sedih liat kakak-kakaknya pada sakit." Ajak Sewoon.

Belum sempat beranjak ke meja makan, ketukan pintu depan segera mengurungkan langkah enam remaja itu. Mereka pun saling berpandangn beberapa saat.

"Siapa yang dateng? Kayaknya Kak Jonghyun atau Kak Youngmin nggak kasih pesen kalo ada tamu yang mau dateng." Gumam Daniel.

"Haknyeon kesininya juga masih ntar malem sekalian gue ke rumah sakit." Imbuh Woojin.

Ketika Daniel dan Woojin sibuk berspekulasi, lain halnya dengan Jaehwan. Ia malah sibuk termenung sembari menatap adik kembarnya dengan seksama.

Kenapa perasaan gue nggak enak banget, Niel?

"Biar aku buka pintunya." Seongwoo segera berdiri, tetapi langkahnya ditahan oleh Jaehwan.

"Biar gue aja, kak. Lo temenin yang lain ke meja makan."

Jaehwan segera membuka pintu depan dengan hati berdebar. Sebagai anak tertua saat ini, ia harus bisa memastikan keselamatan adik-adiknya, terutama keselamatan Daniel yang entah mengapa belakangan ini menjadi pikirannya.

"Selamat malam, benar ini kediaman saudara Kim Daniel?"

Nafas Jaehwan seperti terhenti selama beberapa detik saat dua orang berpakaian polisi menanyakan keberadaan Daniel.

"Umh..."

"Jae, siapa yang dateng?"

Daniel mengekor dibelakang Jaehwan saat merasa kakak kembarnya itu lama. Ia sedikit terkejut dengan kedatangan polisi di rumah mereka.

[1st Book] Trouble BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang