38. Menunggu Kamu

2K 130 13
                                    

Mungkinkah kamu tahu? Aku itu seperti Bintang yang kalap. Ia tidak seterang rembulan namun tetap berada di malam gelap.

-Rangga Putra Wijaya

***
Ruangan putih itu ramai, semua sibuk berkutat dengan alat-alat yang digunakan untuk pensi acara perkemahan.

"Gitarnya pake yang ini aja, yang itu belum stem.."

Itu suara Angga, sedangkan Langit. Pacarku yang satu itu sedang mengetik naskah drama yang di gunakan untuk pensi panitia, dia tidak sendiri. Malahan dikelilingi oleh anak-anak dari organisasi mading.

Aku sendiri hanya menyapu, membersihkan tempat ini yang katanya nanti bakal di pakai latihan acara pensi panitia.

"Semuanya kumpul.. Ayo ayo kumpul.."

Suara Angga menginterupsikan kami semua untuk berkumpul duduk di lantai, mengikuti apa yang Angga lakukan.

"Sekarang pembagian pensi panitia, buat besok di acara perkemahan pas hari terakhir. Pensinya ada dua, yang pertama akustik yang kedua drama. Lang, pinjem naskahnya"

"Itu lagi di print, tunggu bentar..."

Angga mengambil kertas yang berisikan nama-nama panitia, "Oke. Gue bagi ya"

Satu persatu nama mulai di panggil, di masukkan dalam pensi akustik. Disela Angga memanggil nama-nama panitia untuk pensi akustik, Rena si anggota organisasi mading masuk sambil menyerahkan naskah drama yang baru saja di print pada Angga.

Angga menghentikan aktivitas sebelumnya, wajahnya mengernyit saat membaca naskah drama itu.

"Lang, lo seriusan mau nampilin drama ini?"

Langit mengangguk mantap dengan penuh senyuman. Angga sendiri menghela napas berat. "Ini yang buat judulnya elo apa anak organisasi mading?"

"Gue yang buat, emang kenapa sih lo keberatan sama drama ini?"

Angga menggeleng pelan, "gue nggak keberatan cuma siapa yang mau jadi... "

"Anggi..." Langit memotong perkataan Angga dan tiba-tiba menunjukku. Aku menatap ke arah Angga, ada semburat yang mengganjal di wajahnya.

"Yaudah, gue udah milih beberapa buat pensi akustik sisanya lo atur bareng anak organisasi mading"

Setelahnya kami semua berposisi di kelompok pensi masing-masing, diantara dua kelompok pensi yang telah di bentuk, kelompok drama yang paling ribut karena sebagian masih kaku dan belum hafal teks.

"Yah lo parah sih Lang, buat naskah H-1 sebelum acara kita susah nih hafalinnya"

Langit terkekeh, "katanya anak international high masak cuma hafalin naskah begini doang nggak bisa"

Aku yang sedang berdiri sambil memegang naskah ikut tertawa, Rena yang ada di sampingku menyenggol lengan ku. "Sumpah, Nggi. Baru kali ini gue liat hidup Elang seceria ini"

Aku menoleh dan menjawab perkataan Rena, "Langit maksud lo?"

Rena mengangguk, "iya. Sebelumnya mana bisa dia ketawa, lo emang luar biasa. Nggi, cuma lo yang bisa hidupin hati Langit yang beku"

Aku menatap Langit, dia sedang membantu teman nya untuk menghafal naskah. Sambil mengoreksi gerak tubuh serta ekspresi.

"Ku selalu mencoba.."

Suara itu...

Aku menoleh ke arah anak-anak yang mendapat jatah pensi akustik. Mataku menangkap Angga yang sedang duduk sambil memetik gitar, suaranya mengalun mengisi ruangan putih ini meski dia tidak memakai mikrofon.

Elang [PROSES PENERBITAN]Where stories live. Discover now