21. Raga Putra Wijaya

3.2K 184 19
                                    

Saat itu aku mulai tahu, tidak ada hidup semudah melempar dadu, semuanya perlu proses dengan waktu, hingga pencapaian titik berhenti membeku bersama kepulan asap beradu.

***
Suara pintu balkon terbuka dari dalam, membuat aku mengarahkan pandangan tepat ke arah pintu. Atmosfer kembali memanas, sosok yang belum ingin aku temui telah berdiri dengan jaket hoodie warna hitam semu cokelat berdiri diambang pintu. Membawa sekotak bungkusan kado, apa itu untuku?

"Ada titipan kado buat lo"

Angga menyodorkan kotak warna pink soft ke arahku, mau tidak mau aku menerimanya, dan mau tidak mau juga aku harus bertanya tentang kado ini.

"Dari siapa?"

"Kak Raga"

Tubuhku mendadak kaku, namanya kembali mengingatkanku akan kejadian masa lampau yang tidak pernah bisa aku lupakan.

"Kak Raga?" suaraku mulai serak, mataku memanas, tinggal menghitung mundur satu sampai tiga aku yakin kristal bening jatuh membentuk bendungan sungai bening dikedua pipiku.

Tanganku bergetar membuka isi kotak itu, aku jatuh bersimpuh melihat isi kotak itu. Sebuah surat dan polaroid. Angga duduk didepanku, mengusap kepalaku. Benar saja kristal bening itu berhasil menerobos, jatuh secara perlahan dipipiku.

Perlahan aku membuka surat itu dan membaca suratnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Perlahan aku membuka surat itu dan membaca suratnya. Mataku kembali membulat membaca serentetan kalimat demi kalimat yang ditulis murni dari tangan Raga.

Kepada:

Kesayanganku Anggita Adelia R. :)

Apa kabar, Nggi? Aku harap kau baik baik saja ya. Selamat ulang tahun, udah tujuh belas tahun juga nih. Tambah cantik pasti, sayang aku nggak bisa liat kamu lagi, surat ini terakhir sebelum semuanya usai. Aku tahu hidupku tidak lama lagi dan pastinya disaat usiamu genap tujuh belas tahun aku tidak bisa mendampingi mu meniup lilin atau memelukmu.

Rangga jauh lebih berarti dariku, begitu pula denganmu. Aku mendonorkan hatiku untuk adik kecilku Rangga, bersamaan dengan kisah kepahlawanan ku menyelamatkan gadis manis yang hidupnya dikejar oleh ketidakadilan.

Aku senang bisa membantumu keluar dari gangguan kakak kelas itu, dan aku akan jauh lebih senang saat Rangga yang akan mendampingimu setiap harinya, disetiap senyum manismu yang selalu aku impikan setiap malam, dan aroma vanilla kesukaanku yang selalu ada padamu. Jangan menangis gadis manisku, karena aku tidak bisa menghapusnya, aku tidak bisa menggapaimu lagi. Dan satu lagi, yang terakhir dari surat ini. Aku ingin kau tahu...

Bahwa aku mencintaimu. Jauh sebelum tragedi itu dimulai, dan jauh sebelum semuanya berakhir.

I always love you...

Raga Putra Wijaya.

Hati? Donor? Apa maksudnya, kenapa Angga tidak pernah memberitahu padaku tentang semua ini.

Elang [PROSES PENERBITAN]Where stories live. Discover now