1. El(ang) dan Al(an)

10.1K 393 7
                                    

Namanya Elang
Awalnya aku tidak tertarik mengenalnya.
Namun sesuatu seakan membawaku mengenalnya lebih dalam lagi.

***
Matahari marah pada kulitku, itu sebabnya kenapa wajahku jadi semerah tomat. Bayang-bayang juga tepat berada di depan. Aku memikirkan begitu nikmatnya lemon tea yang ada di kantin.

Berhubung hari ini adalah masa orientasi siswa jadi kantin lantai bawah seharusnya tidak penuh. Mengingat setelah kegiatan di lapangan rumput tadi pasti semua murid baru itu berada di kelas sekarang.

Kegiatan MOS bisa dibilang sama seperti tahun angkatanku, dipanggang kaya barbeque sosis dibawah terik matahari jam dua belas. Angga si ketua osis tidak membuat gebrakan baru. Tetap dengan agenda out bound dalam tanda kutip penyiksaan kulit.

Aku berjalan dari basecamp panitia menuju kantin bawah. Pintu-pintu kelas sepuluh tertutup. Ada yang kelasnya hening dan ada juga yang berisik. Entah apa yang dilakukan kakak-kakak pembimbing tiap kelas. Aku tidak peduli, yang aku pedulikan adalah es segar dengan titik embun di luar gelas.

Aku terus berjalan sampai melewati kelas dengan tanda X MIPA 3. Kelasnya terbuka, mereka sedang perkenalan.

"Kenalin nama gue Elang Gabriello Samudera, panggil El atau Elang, terserah kalian enaknya gimana."

Aku berhenti, refleks saja. Mataku menatap laki-laki itu. Merasa ditatap dia juga berbalik menatapku, beberapa detik mata kami bertemu. Seperti ada sesuatu yang membawaku mengingat seseorang.

Aku kembali berjalan, mungkin itu hanya sebuah kemiripan. Sampai di kantin, aku benar-benar dikejutkan dengan segerombolan kakak kelas yang duduk di pojok. Apa yang mereka lakukan di sini?

Perlahan aku bergerak mundur, karena tak kuasa oleh senyum seorang cowok yang sedang menertawakan kekonyolan temannya.

Tapi, aku merasakan kakiku menginjak sesuatu. Sepertinya menginjak

"Bisa pergi dari situ? Lo injek sepatu gue."

Sebelum berbalik aku menunduk ke bawah, rupanya aku memang sedang menginjak sepatu. Aku beralih, berbalik lalu ingin meminta maaf. Seolah dikejutkan dengan hantu, aku melompat ke belakang.

Dia cowok yang tadi.

"Maaf, gue nggak sengaja," kataku dengan nada menyesal.

"Karena lo kakak kelas tua dan gue adek kelas yang masih baru banget, terpaksa gue maafin."

Tidak ada senyuman dari setiap perkataanya. Dia melenggang pergi. Sialan sekali bocah itu. Dia telah mengatai aku tua, tidak bisa ditinggal diam. Anak baru itu harus diajarkan sopan santun.

"Woi, mau ke mana? Situ aja."

Angga tiba-tiba datang, dia mengalungkan tangannya ke bahuku lalu mengajakku untuk duduk.

"Bang Komar, bakso dua, es jeruk dua. Ada cokelat seribuan juga nggak? Ini ada ibu-ibu tua abis kepanasan."

"Anggaaaaaaa." Aku menepuk keras lengannya, dia tertawa lepas sampai kakak kelas dua belas yang duduk di pojok menengok kami.

"Dikatain tua sama adek kelas, haha. Makanya pake skin care biar nggak dibilang tua."

Pesanan datang, Bang Komar juga membawakan permen cokelat payung dan cokelat warna-warni dalam wadah kecil. Memangnya aku ini anak TK.

"Cokelatnya cuma ada ini pak ketos, maaf kalo kurang elit."

"Santai aja, kalo dia nggak mau, saya juga mau kok habisin," mereka berdua tertawa lalu bertos ria. Tipikal manusia humble.

Aku fokus menyendok bakso, sambil sesekali melirik ke arah gerombolan itu. Cowok yang ku injak kakinya tadi turut bergabung, aneh. Dia itu siapa?

"Lo pasti bertanya-tanya, cowok kelas sepuluh itu siapa. Iya kan?"

Aku menatap Angga, meminta jawaban. "Dia itu adeknya Alan Samudera. Mantan Ketua Dewan Ambalan tahun kemarin."

Demi apa?

Aku berhenti mengunyah, ku tatap lagi cowok itu. Mereka seperti sudah akrab lama. Wajahnya juga sama. Dugaanku tadi pasti benar.

"Kak Angga, itu disana!"

Aku menoleh dan mendapati para adek kelas cewek berlari menuju ke sini. Aku menghela napas berat, pasti karena pesona cowok di depanku ini.

"Jangan bilang lo kasih mereka challenge buat minta tanda tangan panitia."

"Iya Nggi, gue nyesel. Sumpah, gue cabut duluan. Bakso punya gue bayarin yaaaaaaa!"

Angga kabur, mereka mengejar, dan aku yang membayar. Ah sial.

***

Ceritanya aku revisi ya gaessss

soalnya awal-awal aku kaya merasa nggak dapet feel gitu.

Hehe

Tinggalkan komen kalo kalian suka 😱

Salam hangat dari emaknya Angga
Blue sky.

Elang [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang