1. Pertemuan

15.7K 418 7
                                    

JANGAN LUPA BELI❤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

JANGAN LUPA BELI❤

SUDAH TERSEDIA JUGA VERSI EBOOKNYA DI PLAYSTORE/APPSTORE

●●●

PART 1
PERTEMUAN

●●●


Aku keluar dari dalam cafe. Setelah itu, aku menutup pintu dan menguncinya. Sudah beberapa hari ini aku yang memang ditugaskan untuk menjaga cafe. Dikarenakan pemilik cafe ini, yang tak lain adalah orang yang sudah aku anggap kakak itu sedang sibuk. Kak Rere tidak memberitahu apa kesibukannya. Ia hanya mengatakan jika aku hanya perlu mengurus cafe ini. Ah, lagipula tanpa Kak Rere suruh, aku juga akan mengurusnya dengan baik.

Ah iya, perkenalkan namaku Salsa Azura. Aku hanya seorang gadis yang dilahirkan dikeluarga sederhana. Usiaku baru 18 tahun. Mungkin kalian heran mengapa diusiaku yang semuda itu, aku sudah bekerja. Itu semua karena keterbatasan ekonomi dikeluargaku. Apalagi ketika ayahku meninggal tiga tahun lalu. Jadi sekarang aku yang menjadi tulang punggung keluarga. Walaupun aku tidak merasakan bangku kuliah, setidaknya aku bisa bersekolah sampai SMA.

Aku sudah bekerja di kafe ini sejak Ayah meninggal. Ya, ketika aku masih bersekolah, aku bekerja paruh waktu di sini. Kalau tidak salah ketika aku masih duduk di bangku kelas 9 atau kelas 3 SMP. Mungkin karena kasihan padaku yang masih kecil namun harus bekerja, Kak Rere memperlakukanku dengan baik seperti adik kandungnya sendiri. Mungkin itulah yang menjadikan kami dekat layaknya saudara kandung.

Karena asyik bercerita, aku sampai lupa jika saat ini aku hampir sampai rumah. Jarak rumah dan kafe memang cukup jauh, berbeda dengan jarak rumahku dulu yang berada dekat dengan kafe. Karena jarak yang cukup jauh itu mengharuskanku untuk menggunakan angkutan umum. Berbeda dengan rumah yang dulu, aku hanya perlu berjalan sejauh 100 meter dari kafe, dan aku sudah sampai dengan selamat di dalam rumah.

Aku melangkahkan kakiku untuk menyebrang. Keadaan jalanan malam ini cukup sepi. Mungkin semua orang sudah beristirahat.
Namun ketika aku baru berjalan dua langkah dijalanan, tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan cepat dan hampir menabrakku. Suara teriakan orang-orang yang ada di pinggir jalan menggema di telingaku. Namun sepertinya aku tak menghiraukan teriakan-teriakan itu. Yang aku lakukan hanya menutup mata, karena tiba-tiba kakiku kaku tak bisa digerakan.

"Kau tidak apa-apa?" tanya seseorang seraya memegang kedua pundakku dengan tangannya.

Ah, ternyata Tuhan masih mengijinkan aku hidup.

"Aku membuka mataku yang sedari tadi terpejam. Mata itu seakan menghipnotisku dalam tatapannya. Tampan. Itulah sosok yang kini berdiri di hadapanku.

"Hei, kamu tidak apa-apa, kan?" tanyanya sekali lagi.

Aku tersadar dari lamunanku. "Ah, iya aku tidak apa-apa."

"Kalau begitu, aku minta maaf." Dia mengeluarkan beberapa uang merah serta sebuah kartu nama lantas menyodorkannya padaku. "Jika terasa ada sakit atau apa, kamu bisa pergi ke rumah sakit. Datanglah ke Rumah Sakit ini, aku bekerja di sana."

Setelah mengatakan itu, ia berjalan dan masuk kembali ke dalam mobilnya. Aku menyingkir agar mobilnya bisa melaju lagi. Aku hanya menatap mobil itu yang semakin menjauh itu.

***

"Assalamu'alaikum, Ibu aku sudah pulang," ucapku setelah membuka pintu rumah.

Rumah sepi. Ibu pergi ke mana?

Aku berjalan dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Tak lama setelah itu, ada seseorang masuk ke dalam rumah. Aku melihat Ibu yang masuk ke dalam rumah dengan wajah yang lelah.

Pasti Ibu melakukannya lagi, pikirku.
Ibu berjalan menghampiriku. "Kamu sudah pulang ternyata."

"Bu, sudah berapa kali aku bilang, jangan melakukannya lagi. Biar aku saja yang bekerja. Aku tidak mau melihat Ibu kelelahan seperti sekarang ini."

Ibu tersenyum seraya mengelus punggung tanganku. "Ibu hanya ingin membantu kamu. Ibu merasa bersalah. Karena harus membiayai Ibu, kamu jadi tidak bisa kuliah."

"Ibu, aku tidak mau kuliah. Aku sudah tidak mau mikir lagi. Yang terpenting sekarang adalah kesehatan Ibu," bohongku, padahal dalam hati aku sangat ingin kuliah. Namun aku tak bisa mengedepankan keinginanku itu. Yang terpenting sekarang adalah Ibuku. Karena beliau adalah orang tuaku yang tersisa.

Ibu memelukku. "Maafkan Ibu, Sa."

"Ibu jangan kerja lagi, ya? Ibu hanya tinggal menyambutku saja di rumah dengan memasak makanan kesukaanku," rengekku.

"Iya, Ibu tidak akan kerja lagi."

"Pokoknya kalau aku sampai tahu Ibu kerja lagi, aku akan marah dan pergi dari rumah," ancamku yang malah membuat Ibu tertawa.

"Kamu main ancam-ancaman, ya sekarang?" kesal Ibu yang membuatku terkekeh.

Aku sangat menyayangi Ibuku ini. Karena beliau tak pernah menunjukkan kesakitannya padaku. Beliau akan menutupinya dengan beralasan tak ingin membuatku kepikiran.

25 Juni 2018

Ini adalah Revisian untuk versi cetak, ya😚
Nanti aku kabarin lagi mengenai PO nya😚

Pub-Rev
15 Januari 2020

MLS [2] : Couple RS [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now