Psyhopath Obsession - 2

Start from the beginning
                                    

Stella tersenyum sambil menintikkan air mata, menatap si lawan main dengan tatapan sendu sedangkan Andrew sudah di buat tampak lusuh karena telah berjuang mati-matian untuk tetap bertahan hidup, Andrew menghapus air mata Stella dengan penuh kasih sayang.

"Aku senang kau kembali," isak Stella.

Telapak tangan kiri Andrew memegang pipi Stella, "aku senang kau baik-baik saja."

Kemudian Andrew mendekatkan wajahnya hendak menempelkan bibirnya dengan bibir Stella, sebelum bibir mereka menempel tiba-tiba Andrew langsung ambruk terjatuh ke dalam dekapan Stella, untung saja dengan sigap Stella langsung menahan tubuh Andrew agar tidak terjatuh ke tanah.

"Tunggu dulu, bukankah seharusnya Andrew terjatuh setelah menciumku?" teriak Stella, kemudian ia berusaha membangunkan Andrew. Ini semua di luar rencana syuting dan Andrew tidak sadarkan diri sekarang.

"Andrew, bangun! Kau baik-baik saja? Aku mohon, bangunlah!" pinta Stella dengan panik. Suasana di lokasi syutung berubah menjadi ricuh, sekarang sutradara yang berteriak.

"Nick, bukankah kau seharusnya menembak Andrew setelah ciuman?!"

Nicole yang menjadi tokoh antagonis mengangkat kedua tangannya dan menggelengkan kepala. "Aku belum menarik pelatuk pistol. Lagi pua pistol ini tidak ada pelurunya bukan?"

Keadaan semakin tegang saat menyadari Andrew benar-benar tak sadarkan diri dan denyut nadinya tak terasa lagi. Stella yang masih memeluk Andrew meraba punggung pria itu serta lehernya, di temukan dua buah jarum yang mancap. Lalu sudut mata Stella menangkap sosok pria bertudung hitam yang mulai menjauh dari lokasi syuting, Stella tentu saja tahu siapa dalang di balik kejadian ini semua.

Siapa lagi jika bukan sosok Allferd Xander Maverick. Apakah ini maksud pria itu saat dini hari menanyakannya siapa pria yang berani menyentuhnya? Ini benar-benar gila.

Stella sendiripun menjadi bingung hendak berbuat apa sekarang, jika ia meninggalkan lokasi syuting sekarang juga hanya untuk mengejar pria gila seperti Allferd maka akan menimbulkan pertanyaan besar untuknya. Mau tak mau, Stella harus menunggu semua urusannya selesai di lokasi syuting.

Beberapa jam setelah insiden tadi, mau tak mau Stella harus syuting ulang untuk adegan terakhir bersama pemain pengganti. Semuanya benar-benar kacau, aktor multi talenta itu telah di tetapkan meninggal dunia dan pihak keluargapun tak ingin melakukan autopsi kepada jasad Andrew.
Semuanya kacau, season 2 untuk serial ini juga tidak jadi untuk di produksi karena Andrew adalah hal terpenting untuk sequel serial drama tersebut lagipula tokoh yang di perankan Andrew terlalu kuat sehingga tidak ada yang bisa memerankannya selain Andrew.

Kemudian saat Stella hendak mengambil ponselnya yang berada di tangan Jade, seseorang langsung membekap mulut Stella dari belakang dan menyeret perempuan itu untuk masuk ke dalam mobil. Stella mengatur napasnya ketika sudah duduk manis di kursi penumpang sebelah kursi pengemudi, terdengar bunyi suara pintu di tutup dengan sangat kencang dari samping, Stela berdecih sinis ternyata sosok Allferdlah yang menculiknya.

"Brengsek, tidak salah lagi kau yang membunuh Andrew." sinis Stella.

Allferd tersenyum puas kemudian mulai melajukan mobil sport hitamnya.

"Kau tidak takut aku laporkan?" lanjut Stella karena Allferd belum mengeluarkan suaranya. Di negara ini banyak orang berbahaya, tapi ini adalah pertama kalinya Stella menemukan orang berbahaya yang gila seperti Allferd.

"Silahkan saja, tapi jangan salahkan aku jika korban di sekelilingmu bertambah." jawab Allferd santai.

"Kenapa kau membunuh dia? Karena kau, pekerjaanku berantakan. Yang terpenting, aku kehilangan pekerjaan dan kehilangan uangku."

"Karena dia sudah lancang menyentuh dan menciummu. Tidak usah khawatirkan tentang uang, kekasihmu ini tidak miskin."

Terbuktikan apa yang baru saja Stella pikirkan jika Allferd adalah sosok berbahaya yang gila. Bagaimana tidak gila, jika Allferd membunuh seseorang hanya karena menyentuh dan menciumnya? Padahal ini hanyalah tuntutan pekerjaan! Sebaiknya, Allferd memang harus di bawa ke psikolog atau perlu bawa Allferd ke rumah sakit jiwa.

Stella mengacak-acakkan rambut pirangnya dengan kesal. "Kau membunuh pria tak bersalah hanya karena menyentuh dan menciumku? Ayolah, ini hanya sebuah pekerjaan! Dan kau bukanlah kekasihku, jika kau menyalahkan dia karena telah lancang, maka kau salah! Karena kau yang telah lancang bahkan aku tidak pernah mengenalmu!" bentak Stella.

"Maka tolaklah tawaran pekerjaan itu jika kau harus beradegan mesra bersama pria lain. Aku tidak lancang karena kau hanya milikku."

Stella tak habis-habisnya menggerutu di dalam hati, sunguuh dongkol perasaannya saat ini. Mungkin Allferd dengan mudahnya berbicara seperti ini karena pria itu adalah seorang miliarder, orang yang kaya yang memiliki harta bemiliar-miliar atau bahkan triliun, entahlah Stella tidak yakin mengenai hal itu.

Stella memijiit pangkal hidungnya bagaimana bisa ia memilah tawaran pekerjaan jika ibunya tiada henti membelanjakan uang hasil kerja kerasnya dengan sangat boros. Jika di bandingkan dengan keperluan sehari-hari Stella, biayanya tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan keperluan ibunya.

"Bisakah kau mengantarkanku pulang ke rumah? Aku lelah," pinta Stella dengan suara rendah. Allferd melirik Stella sekilas yang tampak kurang baik karena Stella tidak melanjutkan pertengkaran ini.

Tanpa menjawab permohonan Stella, Allferd semakin melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju apartement Stella yang baru karena sejak awal bulan ini Stella pindah apartement. Allferd menghentikan mobilnya di depan gedung apartement, di liriknya Stella yang sudah tertidur pulas di sampinngnya. Allferd menghela napasnya kemudian kembali melajukan mobil sportnya dengan tujuan berbeda yaitu rumah Allferd.

Di letakkan dengan perlahan Stellla di atas kasur milik Allferd yang nyaman. Rumah Allferd yang memiliki halaman luas itu terdapat dua buah mobil sport berwarna hitam dan kuning serta satu buah motor sport hitam. Rumahnya tidak di hiasi dengan pajangan-pajangan mewah bak di mansion, rumah luas ini di penuhi dengan teknologi canggih.

Di usapnya rambut pirang Stella dengan penuh kasih sayang, sungguh Allferd benar-benar merindukan sosok mendiang kekasihnya, di tambah surai milik Stella dan mendiang kekasihnya sama persis yaitu dirty blonde, namun Allferd sedikit tidak yakin jika rambut milik Stella asli berwarna pirang gelap kecokelatan.

Allferd mendekatkan wajahnya kemudian mencium kening Stella.

"Sudah aku katakan sejauh manapun kau pergi, kau pasti akan kembali kepadaku. Aku bersumpah, tidak akan membiarkan siapapun menyentuhmu dan aku akan menjagamu lebih baik dari siapapun."

Psychopath Obsession MS#1 [EKSKLUSIF DI NOVELTOON]Where stories live. Discover now