19-Insiden

68 16 0
                                    

Semoga kalian gak bosan sama ceritaku ini ya, aku gak tau kenapa mood nulis belakangan ini gak mendukung. Hem..

**

Pagi itu seperti biasa. Ale berkeliling sekolah. Hari ini memang bukan jadwalnya sebagai PKS namun, karena salah satu dari tim PKS hari ini sedang sakit, maka Ale menggantikan kehadirannya. Sekaligus, Ale juga menghindari perjumpaan dengan Max. Ale masih sangat takut, dan tak tau harus berbuat bagaimana.

"Di mana lagi ya yang belum?" Ale terus berkeliling kelas sambil mengecek apakah kelas yang dilaluinya sudah bersih dan aman.

Kali ini Ale hanya sendiri. Temannya patrolinya yang lain sudah turun untuk mengecek bagian lain, terpaksa Ale seorang diri mengecek kebersihan kelas yang belum diperiksa.

Dari lantai satu, Ale melihat dua orang siswa sedang bermain-main di lantai tiga.  Mereka seperti sedang kejar-kejaranan dan saling melemparkan kertas.

Melihat ada siswa yang tidak tertib, Ale bergegas menaiki anak tangga menuju lantai tiga. Namun, setibanya di sana, Ale tak menemukan apa pun.

"Apa aku salah lihat? Tapi--" Ale seperti kebingungan dibuat kejadian ini. Apa iya, di sekolah ini ada mahkluk halus? Tidak mungkin keluar di jam sekarang, pikir Ale.

Akhirnya Ale memutuskan untuk turun ke lantai 2 untuk melihat bagaimana acara apel pagi berlangsung.

"Banyak sekali murid di sekolah ini ya." Ale termenung sambil melihat ke bawah, dari lantai dua melihat deretan barisan siswa yang sedang apel pagi dengan salah seorang guru sebagai pembinanya.

Kini, Ale mulai termenung, membayangkan bagaimana keluarganya yang ditinggalkannya.

Dalam hati, Ale berkata, "bagaimana kabar Ayah, Ibu, Anya dan Edgar ya?"

Ale tenggelam dalam nostalgia. Dia melamun sambil duduk di depan tembok lantai dua.

Kira-kira lima belas menit berlalu, Ale mulai tersadar kembali. Dia menggelengkan kepalanya sambil mengembuskan napas pelan. Dilangkahkan nya kaki dengan perlahan mencoba menuruni anak tangga.

Pusing.

Itu yang dirasakan Ale. Namun, bukan Ale namanya kalau tidak memaksakan diri.

Fokusnya pada jalan yang dilaluinya tidak lagi seratus persen. Ale berjalan lurus tanpa memedulikan sekitarnya. Ya, memang masih apel pagi, wajar bila Ale tidak takut berjalan, karena tidak ada orang yang hilir-mudik saat ini.

Sambil memegangi kepalanya yang pusing, Ale mencoba mencari pegangan untuk berdiri. Baru Ale akan menegakkan badannya, Ale harus terhuyung dari posisinya saat ini.

Syok!

Itu hal yang dirasakan Ale sekarang. Matanya benar-benar membulat sempurna, napasnya memburu, wajahnya sudah keringat dingin dan apa pula yang sekarang dihadapinya. Belum cukup rupanya kesialan yang dihadapi Ale semalam, kini dia semakin dalam bahaya.

Matanya lambat-laun mulai menggelap dan kehilangan cahaya, lalu akhirnya dia sudah tak sadarkan diri.

***
"Ale! Kau sudah sadar? Ah syukurlah," seruan Ami menjadi suara pertama yang didengar Ale setelah dia sadar.

"Aku kenapa bisa di rumah sakit?" tanya Ale yang sudah mulai bangun dari brankarnya untuk duduk.

"Sudah, jangan bangun dulu, tiduran aja. Kepalamu masih sakit kan? Kata dokter, kau kelelahan dan kurang nutrisi juga cairan, makanya sampai pingsan." Ale hanya mampu mengangguk sebagai balasan dari perkataan Ami. Memang, belakangan ini Ale selalu termenung di rumah, dia sampai lupa makan malam dan kadang karena terlalu sibuk untuk PKS agar datang cepat, dia tadi tak sarapan dan tak membawa bekal maupun minum.

She Is My Shinning AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang