18-Orang yang sama

78 16 0
                                    

Happy New year Gaesss....
Gak terasa udah 2019 aja. Oke deh daripada panjang lebar, kita mulai sekarang. 🤓

***
Kenapa lagi?" Resah sejak tadi mendengar Ale menghela napas, akhirnya Kiki bersuara.

Hanya gelengan yang menjadi balasan Ale. Sejak tadi, dia selalu menghela berat, dan menampakkan wajah lelah.

"Hei! Kau ini sudah kuanggap kembaranku. Kenapa kau masih menutupi kegalauanmu? Kau ada masalah?" tanya Kiki menutup  laptop, setelah selesai mengerjakan tugas review journal mata kuliah Hukum administrasi negara.

"Gak. Bukan masalah, hanya sebuah kendala," jawab Ale mencoba tersenyum ke arah Kiki.

"Apa kau yakin? Ayo mulai ceritanya! Aku akan memberikanmu solusi, percayalah." Setelah mendengar perkataan Kiki, kini Ale mulai menceritakan pengalamannya. Mulai dari hari di mana dia akan mendaftar di ekskul patroli keamanan siswa, sampai ke peristiwa senyuman Max untuknya.

Hampir setengah jam Kiki mendengarkan cerita Ale dengan seksama, dan tanpa menotong perkataan Ale sedikit pun.

"Jadi seperti itu. Heumm.. memang sedikit rumit menurutku," kata Kiki memulai kalimatnya, setelah Kiki selesai mendengarkan cerita Ale yang sangat panjang.

"Iya.... Jadi, bagaimana menurutmu? Apa yang harus kulakukan supaya dia memaafkanku?" balas Ale dengan nada lemah. Memang sangat memprihatinkan.

"Tapi, aku mau bertanya deh, Le. Kenapa kau tidak tau kalau dia itu kakak kelasmu sewaktu patroli pertama?" tanya Kiki sambil menggeser posisi duduknya, mendekat ke arah Ale.

"Ah.. itu salahku. Aku gak liat kalau dia pakai bintang dua," jawab Ale dengan nada lemah.

Setelah mengatakan itu, Ale hanya mampu mengembuskan napasnya kasar. Ia tak lagi mendengar setiap celotehan dari Kiki yang sudah dimulai sejak sejam yang lalu.

Mulai dari ceramah A sampai Z dikatakan Kiki untuk Ale. Kadang, hal seperti ini yang dirindukan Ale. Ada kalanya dimarahi itu menjadi suatu kesenangan. Dengan kau dimarahi, berarti mereka mengingatkan mu bukan? Agar kau tidak salah lagi kedepannya.

Awalnya Ale masih diam menunggu Kiki selesai mengomel, namun Kiki tak kenal kata lelah. Bahkan, kini bibir Kiki sudah terlihat mengering dan pecah-pecah akibat terlalu banyak berbicara dan kekurangan cairan.

Ale mulai jengah dengan tingkah Kiki. Segera Ale melangkahkan kakinya perlahan, dan ya... Ale berjalan menuju kamarnya.

Kiki yang melihat tingkah Ale berjalan secara perlahan, jadi mulai emosi.

"Ale!!!" Teriakan keras Kiki sukses membuat Ale harus menutup kedua telinganya. Jika ada orang yang kebetulan lewat di depan rumah mereka, mungkin akan dipastikan akan mengalami gangguan pendengaran. Suara melengking khas Kiki secara reflek membuat Ale langsung mengunci pintu kamarnya dan tertawa lebar.

Rasanya, sekarang Ale melupakan masalahnya di sekolah sejenak. Walau ia tau, bahwa dengan tingkahnya yang seperti ini malah membuat sepupunya itu marah.

"Ale!! Buka pintunya. Awas kau ya!" Ancaman dari Kiki tak dihiraukan Ale. Sejak tadi, Ale malah tertawa cekikikan dan semakin menutup rapat pintu kamarnya.

***
"Jadi bagaimana, apa kau sudah menemukan cara meminta maaf padanya?" tanya Kiki pada Ale yang sedang mengikat tali sepatunya.

"Sudah!" balas Ale sambil mengembuskan napas leganya.

"Serius? Bagaimana rencanamu? "

Ale melirik Kiki yang berdiri dekat pintu dapur.

"Rencana apa? Aku tadi hanya mengatakan sudah. Dan itu, maksudnya sudah selesai mengikat tali sepatu," balasnya dengan tampang tanpa dosa.

She Is My Shinning AngelWhere stories live. Discover now