Bab 12.

3.1K 490 28
                                    

Suasana makan malam di kediaman keluarga besar Park itu begitu hening, hanya terdengar gemerincing suara garpu dan pisau bertabrakan dengan datarnya permukaan piring yang berisikan Steik disana. Semua orang disana diam membisu dan sibuk dengan kegiatan makan malam mereka.

Begitu pula yang dilakukan oleh Jian. Gadis itu hanya mengiris-iris daging yang tersaji di depannya untuk menghilangkan rasa bosannya tanpa menyantapnya sedikitpun. Sejak kedatangannya ke kediaman keluarga Park itu, Jian merasa begitu muak.

Apalagi harus berhadapan dengan kedua ayah dan ibu Chanyeol, yang begitu memandangnya rendah begitu memuakan baginya. Sedangkan Chanyeol yang kebetulan duduk bersebrangan dengannya itu hanya menatap Jian dengan tatapan menelisik, memperhatikan setiap gerakan-gerakan halus yang dilakukan oleh Jian.

Kakek Chanyeol yang menyadari ketidak nyamanan yang dialami Jian dengans situasi yang ada pada akhirnya buka suara.

"Jian. Sedari tadi kakek lihat kau tidak menyentuh makanannya. Kau tidak suka dengan menunya? Apa perlu kakek minta pelayan untuk mengganti makananmu?" ujar kakek Chanyeol
.
"Ah, tidak perlu. Ini enak sungguh, tapi saat ini aku sedang tidak selera untuk makan apapun," jawab Jian, canggung.

"Kalau kau mau sesuatu katakan saja. Jangan sungkan, karena bagaimanapun kau sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarga kami," mendengar rentetan ucapan kakeknya itu sontak, Chanyeol yang sedang menenggak minumannya itu tersedak. Sedangkan Jian hanya bisa tersenyum, canggung.

"Terima kasih, tapi aku tidak membutuhkan apapun."

"Baiklah," Kakek Chanyeol tersenyum dan kembali melanjutkan makan malamnya.

Beberapa saat kemudian akhirnya acara makan malam mereka pun berakhir. Dan kini semuanya sudah berkumpul di ruang tengah, yaitu ruang keluarga. Jian hanya bisa duduk canggung disana dengan Chanyeol duduk disampingnya serta ayah dan ibu Chanyeol duduk berhadapan dengannya sedangkan kakek Chanyeol duduk di kursi utama ruangan.

"Baiklah, karena semuanya sudah berkumpul disini. Aku ingin membicarakan hal yang sangat penting mengenai perjodohan yang telah aku tetapkan antara Chanyeol dan juga Wu Jian.

Seketika Jian menghela nafas berat. Ia sangat tahu bahwa akan ada hari dimana mereka membicarakan mengenai perjodohan yang dilakukan oleh kakek Chanyeol dengan kakeknya.

"Aku sudah menetapkan tanggal pertunangan antara Chanyeol dan Jian," kata Kakek Chanyeol lagi sontak membuat Jian terenyak.

"Apa?!"

"Ya. Aku sudah menetapkan tanggal yang pasti. Mengenai persiapan, sudah diatur. Jadi, kalian berdua persiapkan diri kalian untuk acara pertunangan yang akan dilaksanakan minggu depan,"

"Minggu depan?" seru Jian.

"Tunggu, Ayah. Bagaimana bisa ayah menentukan tanggal pertunagan tanpa berbicara terlebih dahulu dengan kami. Bagaimana pun kami adalah orang tua Chanyeol," protes Hwe Ji selaku orang tua dari Chanyeol.

"Memangnya kenapa? Aku lebih berhak untuk menentukan pilihan, bagaimana pun aku masih kepala keluarga di rumah ini, selain itu bukankah lebih cepat lebih baik," kata Kakek Chanyeol.

"Tapi, ayah. Seharusnya ayah bicarakan dulu dengan kami. Selain itu juga, harusnya ayah bertanya dulu pada Chanyeol apakah dia menerima perjodohan ini atau tidak?!"

"Aku sudah bertanya pada putramu dan dia mengiyakannya. Jadi, apalagi?"

Sontak Hwe Ji menatap Chanyeol yang kini tengah membuang pandangannya karena terlalu malas dengan obrolan itu.

"Chanyeol, Mama tanya apa kau setuju dijodohkan dengan gadis dari kalangan bawah ini?"

Chanyeol hanya bergeming disana, tak mau buka suara.

PRINCESS HOUR • CHANYEOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang