Bab 4.

3.7K 561 15
                                    

Jian berjalan gontai melewati lorong kelas yang dipenuhi beberapa siswa-siswi yang kini sudah menatapnya dengan tatapan tidak suka. Tatapan benci. Tatapan yang merendahkan. Namun, Jian memilih untuk tidak menghiraukan mereka. Ia mencoba untuk menulikan telingnya dari suara-suara merendahkan.

Membutakan matanya dari kenyataan jika ia ditatap dengan tatapan penuh rasa benci. Bahkan siswa yang menjadi bahan bullyingnya pun juga kini ikut mencemoohnya. Merasa jika dirinya jauh lebih baik dari Jian.

Wah. Wah. Wah. Ternyata dia masih saja berani menampakan dirinya setelah artikel itu keluar. Dia bahkan berani menampakan wajahnya itu dihadapan semua orang.” Langkah Jian seketika terhenti setelah mendengar kalimat itu.

Dengan kesal ia menoleh kearah datangnya suara. Menatap tajam tiga siswi yang berdandan penuh.

Setidaknya aku tidak seperti kalian yang menghambur-hamburkan uang hanya untuk membeli atau membayar hal yang tidak penting seperti melakukan operasi plastik hanya untuk mengubah wajahmu. Untuk menutupi jika kau kurang cantik. Dan kalian bahkan melakukan sedot lemak hanya untuk menurunkan berat badan kalian. Menyedihkan.” Ujar Jian.
Tiga siswi itu sepertinya mulai tersulut amarah setelah mendengar perkataan Jian. Apa yang dikatakan Jian adalah kebenaran. Dan kebenaran itulah yang membuat mereka semakin membenci keberadaan Jian. Dan selalu saja mencoba untuk menjatuhkan Jian.

Dasar Jalang.” Salah satu dari tiga siswi itu bahkan sudah bersiap melayangkan tamparan pada Jian jika saja Kai tidak menghalanginya.

Bukankah sudah aku peringatkan, jika sekali saja kalian berani menganggu Jian maka aku akan menghabisi kalian meskipun itu perempuan sekalipun.” Ujar Kai mengintimidasi.

Siswi itupun akhirnya memilih untuk mengurungkan niatnya dan meninggalkan Kai bersama dengan Jian.

Hah, Syukurlah aku datang dalam waktu yang tepat. Jika tidak.. ahh aku tak bisa membayangkannya.” Ujar Kai sambil menatap punggung tiga siswi itu menjauh.

Kau seharusnya tidak melakukan hal itu, Kai. Aku bisa membela diriku sendiri.” Ujar Jian.

Kai mengernyit mendengar Jian mengatakan hal itu.

Aku kan sahabatmu, sudah sepatutnya aku selalu membelamu.
Jian hanya menghela nafas berat.

Kau semakin membuat posisiku semakin sulit. Mereka akan berfikir jika aku memanfaatkanmu menjadi tamengku. Dan aku membenci itu, jadi berhentilah.” Ujar Jian sebelum akhirnya ia memilih meninggalkan Kai ditempat.

Rasanya Jian ingin kembali melarikan diri dari sekolah, namun jika ia melakukan hal itu sama saja ia lari dari kenyataan. Oleh karena itu, ia mencoba untuk bertahan sampai waktunya tiba, saat dimana ia  bisa kembali ke Beijing. Untuk menjalani hidup normalnya seperti waktu sebelum ia berada di Korea.

Disepanjang waktu di sekolah, Jian terus saja menjalani semuanya dengan tenang. Meskipun kenyataannya Jian sama sekali tidak bisa tenang dengan segala cemoohan dan cercaan mengenai dirinya. Kini Jian menatap, kearah luar jendela ruang kelas. Menatap kearah lapangan. Menatap kosong lapangan tersebut hingga iris matanya mendapati sosok laki-laki tinggi yang berjalan di lapangan dengan kabel putih tersampir dikedua telinganya yang terhubungan pada ponsel yang ia gunakan. Dia Park Chanyeol.

Chanyeol, yang merupakan seorang pewaris tahta dari kerajaan Park Express. Perusahaan nomer satu terkaya seantero Korea, dan juga perusahaan nomer ke 5 ternama di dunia. Jian menatap Chanyeol, seketika ia teringat kejadian kemarin. Saat dimana laki-laki itu akan mengungkapkan kebenaran kepada semua orang jika dirinya hanyalah gadis miskin yang mendapatkan belas kasihan dari presdir Park Express yang merupakan kakek Chanyeol.

PRINCESS HOUR • CHANYEOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang