10

86 11 12
                                    

Daren pov

Setelah terjadinya perdebatan kecil di kelas yang seketika membuat emosi gue memuncak, dan masalah Galen yang memanggil gue yang tidak gue respon itu sebenarnya gue lagi ngga mau di ganggu.

Ponsel gue yang dari tadi di kantong baju gue yang gue abaikan karna gue sedang berada di atas motor tidak mungkin gue angkat ini sama saja nyawa jadi taruhannya.

Motor gue berhenti di sebuah pemakaman dan gue kembali bolos setelah sekian lama tidak melakukan ini.

Galetha Andriana

Sebuah nisan berwarna hitam bertuliskan nama yang sangat berarti di kehidupan gue ,setelah menaburkan bunga kini tangan gue beranjak mengelus nisan itu.

"Letha" ucap gue dengan air mata yang tak henti-hentinya keluar.

Hening, hanya angin yang menjawab ucapan gue.

"Galetha" panggil gue memeluk nisan itu seakan-akan gue ngga mau pergi dari tempat peristirahatan terakhir ini.

"Maafin Nio"ucap gue dengan menatap nanar kuburan itu.

"Aren?"panggil Gadis berambut ombre hijau menatap gue dengan lembut.

"SENANG.NGELIAT.LETHA.MATI!"teriak gue dengan penuh penekanan dan aura yang dingin menyeruak.

Sedangkan gadis yang gue marahin hanya tertunduk menitikan air mata.

"Seharusnya lo juga mati" ucap gue menujuk gadis itu lalu pergi.

---

Zihan pov

Gue dan Aka masih setia menatap keluarga besar itu yang dari tadi malam tak henti-henti nya berbincang.

"Main thak gaya hoon"
"Saya lelah" ucap gue menggunakan bahasa India yang dari tadi berdiri melihat orang yang berbincang-bincang.

"Sacchi?"
"Benarkah?" tanya Aka melihat gue yang sedang kelelahan.

Bukan nya menjawab gue langsung pergi menuju ruangan atas yang biasa digunakan untuk menari.

"Prateeksha kijiye!"
"Tunggu!" teriak Aka menyusul gue menuju ruangan itu.

Setelah sampai di sebuah ruangan yang cukup luas ditambah dengan corak tembok yang warna-warni yang membuat ruangan luas nan megah ini menjadi indah.

"Tum kya kar rahe ho?"
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Aka melihat sekeliling dan melihat gue yang telah berganti pakaian menjadi sari.

"Aapka swagat hai!"
"Selamat datang" ucap gue dengan mengangkat kedua tangan diudara.

Ops!

Karna diruangan ini terdapat banyak kaca yang dibiarkan terbuka ditambah lagi gue yang masih belum bisa memakai sari yang membuat sari yang gue pakai terlepas.

"Yahaan aaiye!"
"Tolong datang kemari!" ucap gue yang kewalahan karena dari tadi angin tak henti-henti nya meniupkan sari ini.

" Jaldi kijiye!"
"Ayo cepat!"ucap gue menyuruh Aka yang dari tadi diam tak bergeming.

"Theek hai!"
"Baiklah!" jawab Aka yang dengan telaten memperbaiki letak kain sari yang sedikit terbawa angin.

"Dhanyawaad"
"Terima kasih" ucap gue kepada Aka,yang bisa dibilang Aka lebih jago memasangkan dirinya sari ketimbang dirinya sendiri,Aka hanya mengganguk iya.

Terjebak Friend ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang