Shintaro Midorima - true color

1.3K 121 2
                                    

Jari Takao menunjuk ke arah punggung seorang gadis. "Shin-chan, kau sadar kalau (Name)-chan akhir-akhir ini sering sekali melirik ke arahmu?"

Midorima ikut melirik ke arah Takao menujuk pada seorang gadis dengan surai indahnya yang diikat menjadi satu. Gadis itu sibuk dengan gawai yang ada di genggamannya.

Takao tersenyum jahil dengan matanya yang menyipit, ia menggoda Midorima."Mungkinkah ia ... menyukaimu?"

Bukan ..., bukan itu.

***

Midorima melihat bolpoin menggelinding ke arahnya. Ia membungkuk, berinsiatif mengambilnya dan mengembalikannya kepada sang pemilik. Pemiliknya tak menyadari bahwa bolpoin miliknya sudah tidak ada di genggamannya.

"Milikmu?" Tanya Midorima saat mengembalikan bolpoin tersebut pada (Name). Gadis itu menoleh, melihat ke arah bolpoin, lalu berganti melihat ke arah Midorima.

(Name) tersenyum. "Terima kasih," katanya lalu kembali melanjutkan rutinitasnya.

Seandainya (Name) tahu bahwa Midorima menyadarinya. Sadar bahwa senyum yang tadi ia berikan tidak benar-benar tulus. Sadar juga bahwa, meski sekilas, Midorima melihat raut tak suka di wajah gadis itu.

Midorima makin penasaran. Kira-kira sudah berapa lama (Name) hidup dalam kepalsuan itu?

***

(Name) adalah gadis riang yang nyaris jarang terlihat marah, atau mungkin lebih tepatnya orang-orang di sekitarnya tak pernah menganggap serius amarah (Name). Sulit sekali membuat (Name) menanggapi suatu hal dengan serius. Itulah mengapa orang lain selalu menganggap (Name) sebagai pribadi yang hanya bisa main-main.

Kalian pasti pernah tahu kutipan bahwa orang yang kelihatannya paling bahagia sebenarnya yang paling merasa sedih. Entah, kutipan itu masih berlaku untuk (Name) atau tidak, tetapi begitulah yang dirasakan oleh Midorima.

Setiap kali ada sesuatu yang berhubungan dengan Midorima, (Name) pasti berusaha untuk tidak banyak bicara dan terlibat. Ia tetap tersenyum saat menanggapi Midorima, namun senyumnya berbeda ketika itu ditujukan untuk si mata empat rambut lumut ini.

Gadis itu mudah bergaul dengan siapapun, namun juga sulit didekati karena sifatnya tersebut.

Tidak ada yang tahu ia serius atau tidak. Ketika ia serius, orang lain main-main dengannya. Ketika main-main, orang lain marah padanya karena tak bisa serius.

Sifatnya seperti pedang bermata dua. Melindunginya dan melukainya di lain sisi.

***

Takao bangkit berdiri dari tempat duduknya. Berjalan menuju tempat gadis itu duduk. Dari kejauhan, Midorima dapat melihat senyum lebar (Name) yang ditujukan pada Takao.

Heh? Begitu...

Setelah itu, Midorima kembali lagi mengerjakan lembar tugas di hadapannya.

***

Langkah Midorima langsung terhenti begitu matanya menangkap siluet bayangan orang yang mencuri perhatiannya akhir-akhir ini. Seorang gadis yang berdiri di depan vending machine dengan beberapa kaleng minuman yang ada di pangkuan gadis itu.

Midorima diam, memerhatikan. Dengan lucky item di tangannya, ia bersandar pada dinding di dekatnya.

"Apa yang kau lihat?" Midorima dikejutkan dengan pertanyaan (Name).

"Tidak ada."

"Kalau begitu pergilah." Kening Midorima berkerut samar. "..."

Midorima menatap lekat lawan bicaranya. "Kenapa harus?" Gadis itu menoleh. Bibirnya terbuka, lalu terkatup. Dikunci rapat oleh empunya.

Hari itu, pertanyaan Midorima menggantung tanpa jawaban pasti dari (Name).

Hari-hari berlanjut dengan tidak wajar. Pasalnya, Midorima makin hari makin menempel pada (Name). Ia terus mengajukan pertanyaan dan bersikap tsundere bila Takao mulai mengejainya.

"Ahaha. Jadi, (Name), benar kalau kau punya hubungan dengan Midorima-kun?"

"Betul, betul! Aku melihat kalian makin hari makin mesra saja."

"Aih, jadi benar begitu, ya? Hufft, aku tidak menyangkanya..."

"Aww, kalian sudah sejauh apa? Sudah melakukan itu?"

Rentetan pertanyaan bergilir, tersambung menjadi satu bagai mata rantai yang tak pernah putus. Takao yang mendadak nimbrung bukannya meringankan suasana malah memperkeruhnya dengan ikut mengajukan pertanyaan aneh. Hingga akhirnya Midorima tiba, (Name) akhirnya dapat diselamatkan.

"Shintaro-kun, kau ingin pergi ke kantin bersamaku?"

***

"Terima kasih," kata (Name) yang hendak melangkahkan kaki ke arah lain. Namun, berhasil Midorima tahan sebelum itu terjadi.

"Kau mau apa?" Tanya (Name) dengan nada tidak mengenakkan. Ia tidak melihat ke arah Midorima.

"Kau tidak menyukaiku."

"Aku tidak membencimu."

Midorima menghela napas. "Itu bukan kalimatku."

"Jadi," katanya sambil mengangkat dagu (Name) agar menatap ke wajah si mata empat. "kenapa kau membenciku? Apa yang membuatmu tak suka padaku?"

☆。・:*:・゚'☆The End☆。・:*:・゚'☆

Ngegantung?
Mood ceritanya jelek? Sama kek mood saya. Sorry, saya lama update dan cerita ini banyak typo. Pernah tau kan kalau menulis bisa dijadikan terapi? Atau ... pengalihan? Ya, seperti itulah yang sedang saya lakukan.

Haha.
Ya, begitulah. Syukunya mood saya agak mendingan setelah ngetik bagian ini.

Dalam beberapa minggu, ff KnB dan HQ akan hiatus. Saya mau pulkam. Tapi, sebelum bagian ini berakhir...

***

"Kenapa?" Tatapan (Name) penuh dengan emosi, ia mendecih. "Aku memang tidak pernah suka dengan orang serius sepertimu."

***

See ya!
08:59-10:22  08-06-2018

Kuroko no Basuke FanfictionDonde viven las historias. Descúbrelo ahora