BAB I

81 11 0
                                    

Aku mengemas semua baju dan beberapa buku catatan dengan rapi. Memasukkan seluruh kebutuhanku selama berada di rumah bibiku ke dalam koper hitam berukuran besar. Koper kesayanganku yang sesuai dengan kesukaanku karena sudah aku modifikasi bagian dalamnya.

Aku menghembuskan napas setelah selesai berkemas. Aku melirik jam dinding kamarku yang berwarna biru. Mataku melotot kala jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi hari, dua jam lagi aku harus sudah berangkat menuju bandara agar tidak telat dan terbang ke rumah bibiku tepat waktu.

Dengan kecepatan super yang aku miliki, aku mengambil handuk dan melesat menuju kamar mandi untuk segera bersiap pergi. Jika aku tidak melakukan hal ini, siap-siap saja papa akan mengancamku dengan segala hal yang aku sukai. Ah sudahlah lebih baik sekarang cepat mandi!

“Kamu beneran gak terpaksa ‘kan?” aku melirik mama dan segera mengangguk dengan cepat walaupun kerutan di keningku dan alisku—yang mengangkat ke atas—terpatri jelas di wajahku. Semoga saja mama tidak bertanya lebih. Dengan santai, aku kembali melanjutkan sarapanku yang tertinggal tadi pagi karena harus membereskan barang-barangku untuk keperluan di rumah bibi.

Detak jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya. Aku takut mama mengadu kepada papa sehingga akhirnya fasilitas yang aku dapatkan selama ini bisa lenyap begitu saja digantikan dengan fasilitas lain dari mereka dengan berbagai syarat yang harus aku lakukan. Ahhhh ini tidak adil! Kenapa aku harus seperti ini, sementara kak Renata saja tidak. Sungguh menyebalkan sekali.

“Uhm, Ma, Papa nanti nganterin aku juga gak ke bandara?” aku menyobek roti di depanku dan memakannya. Sedangkan nasi goreng yang masih sisa setengah di piring di hadapanku aku biarkan begitu saja.

“Nganterin dong, nanti kakak kamu juga ikut,” aku tersedak makananku sendiri mendengar kak Renata akan mengantarku juga. Bukannya dia yang tidak setuju aku dikirim ke rumah bibi? Bukannya pekan lalu dia bilang dia tidak akan mengantarkanku? Kak Renata salah alamat untuk mengajakku bermain-main seperti ini, lihat saja nanti.

Mama berlalu sambil membawa sekeranjang kecil pakaian yang sama sekali belum disetrika. Aku mengambil air dan meminumnya dengan segera. “Ih Mama kok nyebelin sih? Anaknya keselek gak ditolongin,” gumamku pelan sambil memicingkan mata.

Sebuah suara bersamaan dengan getaran menggema di meja makan membuat aku buru-buru mengambil benda pipih berwarna putih itu dan menyalakan layarnya dengan cepat. Aku tersenyum mendapat sebuah notifikasi dari deretan orang yang sudah aku anggap sebagai sahabat-sahabat dunia mayaku.

“Ih ih kok gak ada chat dari dia sih!” kesalku, aku memberenggut tidak suka. Menarik senyumanku yang sempat terbit di bibirku. Aku menutup aplikasi tersebut tanpa berniat membalas pesan-pesan dari sahabat-sahabatku yang mengajakku bertemu di Surabaya nanti. Ya, rumah bibiku memang di Surabaya.

“Dil, lo belum masukin baju ke koper ‘kan?” tanya kak Renata yang entah sejak kapan sudah duduk di sampingku. Aku menatap kak Renata penuh tanya. Sekalian saja aku berpura-pura marah karena dia akan mengantarku ke bandara atau tidak ya?

“Gue belum nih, lo mau pake baju gue gak? Keluarin kopernya, urusan yang begitu biar gue aja yang urus.” Ucapnya lalu menyambar nasi goreng yang tersisa setengah piring itu. Sadar kak Renata mengambil milikku, aku segera menarik piring dan sendok itu. Acara tarik-menarik piring berisi nasi goreng yang tinggal seperempat piring itupun terjadi antara aku dengan kak Renata.

“Gue laper, bagi dong!” kukuhnya.

“Gak mau, gue juga belom selese makan! Bikin lagi aja sana! Ihhh sini ini punya gue, Kak!” akupun tidak ingin kalah.

“Gue gaada waktu! Gue juga harus pergi bareng lo ke Surabaya, Dodol!” ucapnya membuat aku mengendurkan tenagaku menarik piring nasi goreng itu yang langsung disambar habis oleh kak Renata. Bahkan, saat kak Renata memanggil diriku dengan sebutan ‘Dodol’ yang biasanya langsung kubalas dengan pelototan tajam pun bisa terdiam memperhatikannya makan.

Adila's ChallengeWhere stories live. Discover now