Harris terus memohon maaf atas apa yang terjadi. Ia menjelaskan lagi bahwa sudah sekuat tenaga berusaha memperbaiki semuanya. Namun belum berhasil. Itulah sebabnya ia datang ke Jogja, berharap Ayah dan Ibu bisa membantunya.

Ayah Erika masih terdiam. Ia merubah posisi duduknya. Kini ia bersandar pada bantal empuk di ujung Gazebo.

"Apakah karena perempuan lain?"

Tiba-tiba suasana hening. Harris kaget dan bingung dengan pertanyaan itu. Hatinya berdebar. Karena Ayah menunggu jawaban darinya.

"Bu-bukan, Ayah. Tidak ada perempuan lain di hati saya."

"Yakin?"

"Ma-maksud Ayah?"

"Sudahlah Ris, jujur saja pada Ayah. Kita sama-sama laki-laki. Ayah pernah juga muda sepertimu."

Harris berusaha jujur, bahwa di hatinya hanya ada Erika. Dan dia tidak ingin berpisah. Perempuan yang datang dan pergi selama ini hanya teman saja. Tidak lebih.

Lalu Ayah menceritakan tentang masa lalunya. Saat awal menikah semuanya tampak indah. Tidak ada wanita lain secantik istrinya. Rasanya kemanapun ingin ia bawa. Setiap saat ingin selalu menghubunginya. Setelah berita kehamilan dan melahirkan anak pertama, kebahagiaan semakin erat memeluknya. Namun berubah sejalan dengan waktu. Apalagi bagi Ayah yang sering dinas keluar kota. Sering mengahadapi wanita-wanita cantik di luar sana. Ayah merasa lemah. Pikir Ayah tidak masalah, hanya untuk bersenang-senang. Toh, istrinya tidak tahu. Dan Ayah tak berniat meninggalkan istrinya. Sesederhana itu pemikirannya dan mungkin kebanyakan laki-laki punya pikiran sama. Padahal dari kebiasaan buruk yang disepelekan, justru ia sedang menggali lubang untuk kejatuhannnya sendiri.

Ayah akhirnya pernah sangat menyukai wanita lain. Bahkan wanita itu rela jadi istri kedua. Ayah sempat bingung. Lama-lama istrinya tahu juga tentang pengkhianatan Ayah. Istrinya terluka, sakit hati dan kecewa. Bukan itu saja. Ayah juga telah menyakiti hati putrinya, Erika.

Saat masih berusia tujuh tahun, Erika menyaksikan keributan demi keributan antara Ayah dan Ibunya. Wanita yang suka dengan Ayah sempat nekad ke rumah menemui ibu Erika. Sejak saat itu, Erika menjadi benci kepada Ayahnya. Ia tidak terima melihat kesedihan ibunya.

"Sekarang Ayah tidak terima, jika Erika harus sakit hati kembali karena kau khianati, Ris?"

"Maafkan saya, Yah. Hanya Ayah yang tahu saya pernah selingkuh dengan beberapa wanita. Tapi Erika tidak  pernah tahu saya mengkhianatinya. Kasih kesempatan untuk saya memperbaikinya. Saya berjanji, Yah."

Harris terus memohon. Dan kini Harris jadi mengerti, mengapa Erika sulit dekat dan percaya dengan laki-laki. Ternyata ia punya trauma yang cukup dalam.

Ayah masih terdiam sambil menatap kolam. Harris salah tingkah merasa tidak enak dan menyesal telah membuat sedih hati mertuanya.

"Tapi yang saya lakukan tidak separah kisah Ayah, kan. Erika tidak pernah tahu kedekatan saya dengan perempuan lain."

"Tetap saja Ris. Kamu mengkhianatinya. Kurang apa anakku? Dia baik, cantik dan setia."

Kembali Ayah mengambil napas panjang. Wajahnya mulai sedikit memerah menahan rasa marah. Harris mulai takut, namun ia pasrah karena memang bersalah.

Ayah ingin, pengalaman buruk hidupnya menjadi pelajaran bagi keluarga anak-anaknya.

"Coba kau renungkan, Ris. Apa arti rumah tangga dan keluarga bagimu? Ayah akan bantu sebisa mungkin agar rumah tanggamu baik kembali."

Harris mulai bernapas lega. Namun masih menyisakan pertanyaan, yang ingin segera ia ketahui jawabannya.

"Apa yang harus saya lakukan, Ayah?"

"Berubahlah. Jangan menjadi sama dengan sebelumya."

"Maksud, Ayah?"

"Jadilah laki-laki sejati, nak. Kamu harus bertanggung jawab menyelesaikan semuanya. Jangan pernah menyalahkan istrimu. Kamu pemimpinnya. Baik buruknya dia, itu hasil kepemimpinanmu."

Ayah kembali sedikit menceritakan bahwa dulu ia sadar, bahwa istrinya adalah anugerah dari Tuhan yang harus ia jaga. Jadi tidak ada alasan untuk melepaskannya. Ayah berjuang yang jauh lebih sulit dari saat sebelum menikah dulu. Tapi tetap Ayah lakukan. Jika tidak, belum tentu hidup Ayah sebahagia sekarang.

Harris kembali merenung. Di hatinya masih kuat hasrat untuk menjaga Erika dan hidup bahagia bersama.

Ayah menyemangati Harris kembali. Tidak ada kata terlambat. Insyaa Allah ada jalan penyelesaian.

"Sekarang kamu istirahat dulu. Nanti sore, ajak istrimu keliling Jogja. Marsya biar jalan-jalan sama Eyang Kakung dan Eyang putrinya."

Harris berterima kasih pada Ayah mertuanya. Ia sangat beruntung punya Ayah mertua yang baik dan bijaksana. Meski ia sangat sadar, selama ini belum bisa menjadi menantu yang baik bagi Ayah dan Ibu mertuanya.
Menelpon pun sangat jarang, meski hanya menanyakan kabar. Namun disaat sulit, justru ia merepotkan. Rasanya malu bercampur tidak enak di hatinya.

Harris masuk ke rumah bersiap untuk istirahat sejenak. Sambil menata hati ia bertekad untuk berubah. Terlalu banyak yang ia abaikan selama ini. Rasa bersalah, kembali menyelimuti dirinya.

###

Gazebo itu kurang lebih bangunan seperti ini ya ... 😊

 😊

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Heart BreakerWhere stories live. Discover now