12.Tertangkap

2.1K 262 20
                                    

Happy Reading😊
Hati" typo bertebaran😂
-----------------------------------------------------------
-Rio & Ify-

Warga desa itu berlari mendekat ke arah gua. Mereka yakin ada seseorang di dalam gua. Salah satu warga desa mengambil tombak dan berjalan pelan-pelan ke arah batu besar di gua tersebut.

Ia yakin ada seseorang di balik batu itu, suara tangisan bayi terdengar sangat jelas sekarang. Dengan penuh kehati-hatian mereka mendekati batu besar itu.

“Kena kalian!!”

Warga desa tersebut terdiam karena di balik batu itu tidak ada siapapun. Lama-lama mereka juga tidak mendengar suara tangisan bayi lagi.

Sedangkan Rio dan Ify, mereka terus berlari ke dalam gua. Rafa masih menangis dalam gendongan Ify.

“Berhenti Yo berhenti.”

Rio memberhentikan larinya, begitu juga dengan Ify. Ia duduk di sebuah batu yang lumayan besar untuk mendiamkan Rafa yang terus menangis. Rio melirik ke dalam gua, lembab dan bau yang menjadi penggambaran gua ini. Banyak kelelawar yang bertengger manis di atap-atap gua.

Rio melirik Ify yang tampak kesusahan mendiamkan Rafa, ia menyenderkan tubuhnya di batu besar.

“Kasih susu Fy biar diem,” suruh Rio dengan mata terpejam.

“Kalau ada gue kasih susunya dari tadi,” kesal Ify.

“Emang gak ada di tas?”

“Gak ada.”

“Ya udah kalau gitu susu punya lo aja,” ujar Rio seenaknya.

Bukk

Bukk

“Sakit Fy.” Rio mengelus lengannya yang dipukul oleh Ify.

“Sukurin, lagian sembarangan kalau ngomong.”

“Ya mau gimana lagi Fy, kan emang itu yang ada.”

“Ya mending pake susu punya lo!!”

Rio memelototkan matanya tidak percaya, “yakali punya gue, gue aja gak punya susu.”

Bukk

“Ngomong lagi gue tabok.” Ify sudah bersiap-siap menabok Rio.

Rio mendesis kesal, “iya-iya.”

Ify mendengus sebal dengan tingkah Rio, ingin rasanya membunuh pemuda di depannya tapi nanti ia jomblo.

Rio mengambil Rafa dalam gendongan Ify, “gue yang gendong.”

Ajaib, Rafa langsung terdiam saat berada di gendongan Rio.

“Lo gendong sampe pagi ya,” kikik Ify.

Rio mendengus, “anjir.”

“Heh! Dilarang mengumpat di depan bayi.” Ify mencubit lengan Rio.

“Tuh kan dicubit,” cibir Rio.

“Lagian sembarangan kalau ngomong di depan anak kecil.”

“Sini.” Ify mengambil Rafa yang berada di gendongan Rio, ia bisa melihat jika Rio sudah kelelahan.

“Lo tidur aja Yo, keliatan lo cape.”

Rio menganggukan kepalanya, “lo juga.”

Ify menganggukan kepalanya. Rio membaringkan tubuhnya dengan lengan kiri yang menjadi bantalannya dan tangan kanan menutupi matanya.

Ify mengelus rambut Rio yang sudah tertidur, ia menguap karena kantuk yang menyerang. Ia menaruh Rafa di samping Rio yang sudah tertidur. Ia langsung menidurkan dirinya di samping Rafa. Ify terkikik geli melihat posisi mereka bertiga.

Catastrophe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang