11.Terus dikejar

2.2K 260 16
                                    

Happy Reading😊
Hati" typo bertebaran😂
-----------------------------------------------------------
-Alvin & Sivia-

Alvin dan Sivia memandang jalanan di depannya dengan ngeri, jalanan di depannya adalah tanjakan yang sangat terjal. Banyak bebatuan besar di sana dan tekstur jalannya yang tidak rata membuat siapa saja yang akan melewati tanjakan itu akan kesusahan.

Via meneguk salivanya susah payah, ia menatap takut pada tanjakan di depannya. Dalam benaknya ia berpikir apakah ia bisa melewati tanjakan tersebut. Via menatap Alvin yang sama ngerinya dengan tanjakan di depan.

“Kita lewat sana Vin?” tanya Via menunjuk tanjakan terjal tersebut.

Alvin melirik sekitarnya yang sudah hampir gelap, “mau gak mau Vi.”

“Emang bisa?” tanyanya tak yakin.

Alvin menggelengkan kepalanya, “gak tau juga sih.”

Alvin mengulurkan tangannya ke arah Via, “ayo.”

Via menerima uluran tangan Alvin dengan ragu-ragu. Dengan keberanian yang ada Alvin menggenggam tangan Via dan mulai menanjak tanjakan yang cukup terjal itu. Mereka harus menapaki kaki mereka di bebatuan yang sekiranya bisa menopang berat badan mereka.

Mereka juga sesekali harus terpeleset karena jalan yang licin, mereka harus berhati-hati jika melangkah. Banyak batu yang dan tanah yang sangat rawan untuk diinjak. Jika mereka salah manapaki kaki, mereka akan jatuh ke bawah.

“Pelan-pelan Vi,” peringat Alvin yang masih menggenggam tangan Via.

Via dengan kesusahan terus menyemangati dirinya sendiri, sebentar lagi mereka akan sampai di atas.

“Cape Vin,” keluh Via dengan napas yang terengah-engah.

“Sebentar lagi Vi.”

Tanpa disadari Via menapaki kakinya di batu yang salah, batu tersebut langsung menggelinding ke bawah membuat Via terpeleset. Via memekik kesakitan karena ia terjatuh, Alvin segera membantu Via untuk berdiri kembali.

Via meringis merasakan sakit di pergelangan kakinya, ia melirik kakinya yang sedikit memburu. Dengan penuh kehati-hatian Alvin dan Via melangkah kembali. Sebentar lagi mereka akan sampai di atas.

Via melepaskan genggaman tangannya pada Alvin, ia melepaskan celananya yang tersangkut di ranting-ranting pohon. Alvin melirik sekitarnya yang sepi dan gelap, mereka tidak tau sekarang mereka ada di mana.

“Udah?” tanya Alvin saat melihat Via sudah selesai dengan celananya yang tersangkut.

Via menganggukan kepalanya sambil meringis, “udah.”

“Ayo.”

Belum juga menggenggam tangan Alvin, Via lagi-lagi salah menapaki kakinya. Tadi masih beruntung karena Alvin memegang tangannya dan menahan dirinya agar tidak jatuh ke bawah. Sakit di pergelangan kakinya semakin menjadi. Sekarang di tambah lututnya yang terbentur batu.

Alvin menoleh ke arah Via, “Vi, gakpapa?”

Via menganggukan kepalanya, sesekali ia meringis menahan sakit.

“Ayo lanjut lagi Vin,” ajak Via.

Alvin menganggukan kepalanya, dengan tangan yang masih menggenggam tangan Via ia melangkah dengan hati-hati. Untuk ketiga kalinya Via salah memilih pijakan, ia tidak bisa menjaga keseimbangannya. Alvin yang terkejut pun juga tidak bisa menjaga keseimbangan.

“Aaaaaa!!!”

Tubuh Via dan Alvin harus jatuh ke bawah, tubuh mereka terguling dari atas hingga bawah. Teriakan Via terus menggema di kegelapan hutan. Alvin menggenggam tangan Via erat untuk memberikan kekuatan kalau mereka akan baik-baik saja.

Catastrophe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang