12

7.6K 1.2K 229
                                    

Update nih~

Siapa yang udah nungguuu?

Btw bacanya abis buka ya bagi yang puasa. Takut ambigu /spoiler/ wkwkwk


Happy reading!^^



~°~°~



Aku terbangun di tengah malam ketika sepasang tangan melingkari tubuhku. Siapa lagi kalau bukan Vernon? Aku memang sengaja berbaring di sampingnya dan memeluknya ketika ia menggigil malam tadi. René memang menyuruhku untuk tidak menyelimutinya, tapi aku tidak bisa membiarkannya kedinginan begitu saja. Jadi, aku memeluknya sampai tertidur dan sekarang ia membalas pelukanku.

Tunggu...



Memangnya kalau darah murni tertidur karena luka dalam bisa bergerak sampai memeluk orang seperti ini?


Aku segera membuka mataku ketika merasakan sesuatu yang ganjal. Tapi, yang kudapati hanya dada Vernon yang berada di depanku. Aku mengerjap dan terdiam cukup lama sebelum akhirnya bergerak. Aku menyentuh dadanya dan berniat sedikit mendorongnya untuk memeriksa. Tapi, pelukannya semakin erat. Membuatku terimpit dan tidak bisa bergerak.

"Ssttt .... Jangan berisik, kau bisa mengganggu Mingyu dan René."

Mataku membulat. Aku segera meloloskan diri sekuat tenaga untuk mendongak dan menatap wajah Vernon. Ia masih terpejam. Bibirnya tak lagi membiru. Tubuhnya juga tak lagi menggigil. Apa efek obatnya habis dan Vernon mengigau?

Aku menusuk-nusuk pipinya untuk memeriksa apa ia tertidur atau sudah mulai sadar. Tapi, ia masih tetap diam. Enggan membuka mata.

Jadi, dia tidur ya?

Aku kembali terdiam ketika tidak mendapat respon apa pun dari Vernon. Napasnya naik-turun secara teratur, seperti orang yang sedang tertidur. Tapi, mana mungkin orang yang tidur karena pemulihan bisa bicara dan memeluk erat seperti ini?!

Dia juga mengatakan kalau suara berisik bisa mengganggu Mingyu dan René. Kalau dia memang tertidur, kenapa dia tahu kalau di sini ada Mingyu dan René?


Sebuah ide gila tiba-tiba saja terbesit di benakku. Itu cara yang ampuh untuk memeriksa Vernon. Tapi, itu benar-benar gila. Vernon sudah pernah memperingatkanku soal itu.

Bagaimana kalau ternyata dia sudah bangun?

Tapi masa bodoh. Resiko ditanggung belakangan. Sekarang, aku harus memastikan dulu dia masih tidur atau tidak.

Aku kembali bergerak mendekatinya. Aku menengadah untuk menatap wajahnya yang entah perasaanku saja atau memang benar terlihat lebih tampan dari biasanya. Atau, bisa jadi posisinya yang lebih tinggi dariku membuatku bisa melihat wajahnya dari proporsi yang bagus.

Aku sedikit mengangkat tubuhku dan mengecup bibirnya singkat. Tapi, ia masih saja diam. Apa artinya ia belum sadar?

Sekali lagi, aku mengecup bibirnya karena penasaran. Ia masih tak bergerak. Tapi, sialnya itu malah menjadi candu untukku. Membuatku memikirkan sesuatu yang lebih gila dari sebelumnya.

Kapan lagi mencium Vernon ketika ia sedang tidak menyebalkan?

Dan sebelum sisi warasku kembali menguasai diriku, tubuhku yang dikuasai sisi gilaku sudah terlebih dahulu bergerak untuk kembali mengecupnya beberapa kali sekaligus. Masa bodoh dengan harga diriku. Vernon saja tidak sadar.



Half Blood [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang