6

9K 1.3K 113
                                    

Pengen lanjutin lagi masa :')

Kecepetan kah? Wkwkwk


Happy reading!^^



~°~°~



Aku terbangun dengan posisi duduk ketika tiba-tiba saja sekelompok air menerjang wajahku dan membuatnya basah kuyup. Hal pertama yang kudengar setelah itu adalah suara tawa yang menggelegar.

Aku mendesah keras dan mengusap wajahku untuk mengurangi air yang membasahinya dengan jengkel. Aku mengarahkan tanganku pada lantai, tempat di mana cipratan air yang tak berhasil mengenai wajahku tergenang. Aku membekukan air itu, membentuk beberapa es kecil dan pipih lalu mengarahkannya pada Vernon yang sibuk tertawa seraya memukuli dinding. Es itu memang terlihat kecil. Tapi kurasa cukup untuk membuatnya merasa ditusuk banyak jarum.

"Aww!" Ia meringis seraya mengusap pinggangnya. Ia menoleh padaku dan menatapku tajam.

Aku membalas tatapan tajamnya. "Begitukah caramu membangunkan orang yang kaucintai?"

"Ohh .... Aku mencintaimu ya?" tanyanya dengan tampang tak berdosa yang membuatku ingin mencakarnya. "Ups ... aku lupa."

Lupa ya? HA HA HA!

Apa dia tidak ingat dengan apa yang hampir dilakukannya semalam? Menyebalkan!

"Apa?!" tanyanya ketus.

"Hey! Aku yang seharusnya mengatakan itu!" seruku jengkel.

Vernon menatapku dengan wajah menyebalkannya. Matanya menyipit. "Harusnya kusiram saja seluruh tubuhmu supaya kau tidak berisik."

Mataku membulat. "Hey! Apa menyiram wajahku saja tidak-"



Brak!


"Kutunggu di ruang makan!"

Sialan .... Dia menutup pintunya dan kabur. Apa dia sungguhan anak dewa? Keterlaluan!

Aku beringsut turun dari ranjang lalu mengenakan sarung tanganku sebelum akhirnya mempersiapkan diri dan mengganti pakaian. Tidak mungkin aku ke ruang makan dengan gaun tidur bukan?

Aku membuka lemari pakaian untuk memilah pakaian mana yang akan kupakai. Seluruh isinya gaun. Ya ampun, aku ini bukan tipe wanita yang sangat feminim. Seharusnya aku membawa pakaianku dari rumah!

Aku menghela napas lalu mengambil pakaian secara acak dan memakainya. Aku tidak terlalu memperhatikannya dan segera turun sebelum Vernon menerobos kamarku –lagi.

Aku bertemu dengan Rolly ketika keluar dari kamar. Ia berguling, lalu menunjukkan arah menuju ruangan besar dengan gaya klasik di mana di tengah-tengahnya terdapat sebuah meja persegi panjang dengan tiga kursi di setiap sisinya dan dua kursi utama di ujungnya. Vernon duduk di kursi utama berwarna merah. Ia tampak melamun, tatapannya kosong. Bahkan mungkin ia tidak menyadari bahwa aku sudah tiba bersama Rolly.

Aku melangkah mendekatinya. Sengaja menarik kursi di sampingnya dengan agak kasar supaya ia menyadari keberadaanku. Tapi, nyatanya ia masih termenung.

Aku mengerjap pelan. "Vernon?" panggilku seraya melambaikan tanganku di hadapan wajahnya.

"Vernon?" Aku sedikit meninggikan nada bicaraku, tetapi Vernon tetap tidak merespon. Apa yang dia pikirkan? Pernikahan kah?

Half Blood [Seventeen Imagine Series]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن