"Lo cantik, (Namakamu). Mau saat lo marah atau nangis, lo tetap cantik," Iqbaal mengusap rambut gadis itu.

"Udah puas, 'kan, nangisnya? Setelah ini, lo harus bahagia tanpa beban. Jangan kepikiran lagi soal cinta. Itu hal basi yang bakal bikin lo berlarut-larut dalam kesedihan. Lo-harus-bahagia. Oke?" Iqbaal memberikan senyum terbaiknya. Setelah (Namakamu) mengangguk, Iqbaal melepas genggamannya lalu mulai menjalankan mobil keluar Mall.

(Namakamu) menikmati kesunyian dengan menatap rintik hujan di luar jendela. Bebannya terasa hilang. Ia menoleh ke arah Iqbaal yang sedang fokus menyetir. Senyumannya terbit. Iqbaal membantu banyak selama ini. Laki-laki itu menjadi sumber bahagia dan menghapus semua kesedihan milik (Namakamu).

Perjalanan itu terasa begitu cepat. Tiba-tiba saja, Iqbaal sudah memarkirkan mobil milik (Namakamu) di depan rumah laki-laki itu. Iqbaal keluar dari mobil, begitu juga (Namakamu). Laki-laki itu memberikan kunci mobil dan tersenyum lebar.

"Thanks, ya, buat sore tadi," Ujar Iqbaal.

(Namakamu) terkekeh. "Gue yang harusnya bilang makasih. Makasih karena udah traktir gue, jadi orang yang mau denger gue nangis, dan nyupirin gue tadi."

"Lo kalau butuh gue bilang, ya. Jangan semua lo pendem sendirian. Nggak baik, nanti otak lo capek mikirinnya. Gue akan selalu ada di sini. Oke?"

"Siap, komandan!" (Namakamu) memberi hormat sekilas pada Iqbaal. Kemudian keduanya tertawa bersama. "Ya udah, gue balik, ya?"

"Tunggu," Iqbaal menarik (Namakamu) lebih dekat dan memeluk gadis itu sambil mengusap pelan punggung gadis itu. "Gue nggak akan biarin sahabat gue sedih lagi. Gue selalu siap jadi pendengar."

"Gue juga siap untuk jadi pendengar. Kalau lo juga punya masalah, bilang ke gue juga. Jangan masalah gue terus yang kita omongin."

Iqbaal melepas pelukan keduanya lalu memandang (Namakamu) yang kembali masuk ke mobilnya. Setelah sebelumnya memberi lambaian terakhir, mobil itu melesat pergi dari sana.

***

(Namakamu)

20.17
baal
gue mau ngomong
panjang tapi

20.17
ngomong soal apa?
eh, lo udh nyampe rumah?

20.17
soal lo.
udh kok

20.18
Yaudah ngomong aja
tp gw ke toilet dulu
nanti gw balik, tinggal gw read
oke?

20.18
oke

Iqbaal menaruh ponselnya dan menyelesaikan urusannya di kamar mandi. Ia mencuci wajahnya dan berkaca, lalu bertanya pada dirinya sendiri, "(Namakamu) kayaknya mau ngomong serius. Tapi, ngomong apaan, ya?"

(Namakamu) bisa menjadi seorang Ibu sekaligus teman bagi Iqbaal. Saat laki-laki itu butuh bahu dan juga saran-saran baik, (Namakamu) selalu ada. Gadis itu pandai menempatkan dirinya sendiri. Iqbaal menjatuhkan tubuhnya di atas kasur lalu mengambil ponselnya yang menyala dan menunjukkan deretan chat dari (Namakamu). Jantung Iqbaal berdetak keras saat mulai membaca kata demi kata yang (Namakamu) kirim.

(Namakamu): Baal, lo itu cerdas, orangnya friendly abis, ganteng lah mayan, dan baik banget. Definisi sempurna banget. Sayang banget nggak sih, kalau semua kesempurnaan itu, sirna gitu aja karena satu sisi brengsek?

April. [IDR]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora