05. Sebuah kesepakatan

393 106 17
                                    

Hai, sudah follow belum?
Ada part yang aku private loh.

"Lo kenapa sih?" tanya Caca ketika sudah tak tahan melihat Deniz yang mondar-mandir dari tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo kenapa sih?" tanya Caca ketika sudah tak tahan melihat Deniz yang mondar-mandir dari tadi.

"Gue khawatir sama Olin, katanya dia sakit"

Caca memutar bola matanya kesal, ia mendengus kasar lalu bangkit dari duduknya. "Yaudah, kenapa gak di samperin aja sih"

"Apa mungkin dia sakit gara-gara gue?"

"Gak tau deh tapi mending nggak usah berekspektasi dulu Niz, soalnya kan dia lagi deket sama si Dewa"

Ucapan Caca seketika membuat Deniz down. Wajah cemasnya berubah menjadi sedih, meski terganggu dengan kalimat yang di lontarkan Caca, ia tetap harus memastikan keadaan Olin. Dan akhirnya ia putuskan sepulang sekolah ia akan ke rumah Olin.

"Yaudah, gue ke kelas ya, mau mojok dulu sama Roy wkwk, jangan sedih mulu lo" ucap Caca menepuk bahu Deniz sebelum benar-benar pergi.

 

****

"Gue cuma minta lo jadi pacar gue, itu aja!"

Olin masih terdiam, matanya masih berkaca setelah moment mengagetkan tadi, jujur saja ia tak pernah di cium oleh cowok mana pun kecuali ayahnya.

Dewa membuat sebuah penawaran untuknya, dan itu hal yang membuat ia harus berpikir sepuluh kali, atau mungkin lebih.

Di sodorkan ponsel Dewa tetap di depan mata Olin, "jadi pacar gue, atau foto ini gue sebar?" itu sudah yang kelima kalinya, Dewa bertanya tapi ia masih tak bisa menjawabnya.

"Lo pikir nggak ada yang akan percaya sama foto ini? Kalo satu sekolah sampai tau.... "

Olin merebut ponsel Dewa lalu berdiri, "oke! Kita pacaran!" potongnya cepat.

Olin tak punya pilihan lain, ia menerima penawaran itu dengan sangat terpaksa.

 

Ting tong!

"Bunda?" gumam Olin girang saat mendengar suara bel rumahnya berbunyi.

Olin pun segera membuka pintu namun betapa terkejutnya ia saat melihat Deniz dengan box pizza di tangannya.

"Deniz?" ucap Olin berusaha biasa saja. Dalam hati ia sangat ingin menangis sekarang,
Lo telat Deniz. Kenapa lo baru dateng sekarang? Mestinya gue tau, kalau lo tetep bakal peduli sama gue saat tau gue sakit.

LATE [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang