Tuan dan Sang Penanti

225 11 0
                                    

Jika cinta terus melulu tentang luka, apakah adil untukku yang tulus memberikannya?

Jika perkataan terus digunakan untuk berdusta, akankah ada lagi percaya yang akan tercipta?

Jangan seperti ini, Tuan. Setiap orang punya batas sabar dan lelahnya. Jangan sampai kau menyesal kemudian, setelah melihat aku pergi karena lelah terus menanti.

Aku lelah, Tuan. Tidak cukupkah segala penantian yang sudah aku jalani? Tidak berartikah segala rasa yang telah aku beri? Mengapa engkau lari dengan membawa hatiku pergi?

Apa itu berarti kau akan kembali?

Bolehkah aku berharap, Tuan. Bahwa, segala pertanyaan yang aku berikan akan engkau jawab dengan sebuah anggukan?

Kau tak akan bisa menemukan aku lagi, nanti. Saat aku sudah lelah dan berada dalam batas sabar dari segala penantian. Nanti, kau tidak akan pernah terkenang ataupun berkeliaran sebagai bayang-bayang.
Karena, yang tersisa hanyalah rasa benci yang akan dibawa sampai mati.

Ya, nanti, tunggu saja saat itu tiba. Nanti, kau akan menyesal dan berharap waktu berputar kembali. Namun, semua sudah terlambat. Kau sudah kehilangan aku yang begitu tulus mencintai dengan sepenuh hati. Hingga sesal yang tercipta akan perlahan membunuhmu seperti disayat belati.

Setelah ini
22 Juli 2018
09:17

Setelah Ini (Quotes & Puisi)Where stories live. Discover now