"Calon mantu sudah datang? Bagaimana pekerjaanmu?" tanya El setelah ikut bergabung.

"Pekerjaanku lancar Dad, dan kau Mommy Cila, masih cantik rupanya." puji Mario saat Cila juga sudah ikut duduk di samping El. Wanita itu sudah sangat banyak berubah dari segi sikap, tidak lagis suka berteriak dan melakukan hal-hal aneh seperti Mesya. Cila yang sekarang lebih banyak diam dan hanya merespon dengan tawa saat Mario menggodanya. Mario sudah mengenal keluarga Jhonson dan Norin lama, setelah kedua keluarga ini sempat pindah ke London karena sebuah masalah dan akhirnya memutuskan kembali ke Bali, saat itu lah ia mengenal keluarga ini. Pertemuannya dan Kesya di pasar malam membuatnya mengenal keluarga yang kuat dan kokoh dalam dunia berbisnis. Pertemuan yang semula ia kira cinta, tapi ia salah, pertemuan itu hanya sebatas saling mengagumi, karena sejatinya Mesya lah yang mampu menggetarkan perasaanya saat bertemu.

"Sudah lama kau tidak kemari."ujar El.

"Aku sibuk Dad, kami hanya beberapa kali bertemu di luar. Iya, kan?" tanya Mario pada Kesya yang hanya menampilkan senyuman dan pandangan lurusnya.

El kemudian berdiri lagi untuk mengajak Mario menunggangi kudanya. Membiarkan Mario berlama-berlama dengan Kesya akan membuat waktu pendek ini terbuang percuma. Karena di hari biasa, ia akan sangat susah membuat janji dengan calon menantunya ini.

Sepeninggalkan Mario dan El, Cila memandangi kedua pria yang sudah mulai menjauh itu. Beberapa tahun yang lalu, sebelum Kesya mengenal Mario dan sebelum bencana itu terjadi. Ia pernah duduk di tempat ini dengan dua orang putri kecilnya, Kesya dan Mesya. Saat itu senyuman merekah masih bisa ia tampilkan, seraya mengamati putrinya bermain rumput. Tapi saat ini, bahkan keadaan dan keberadaan salah satu putrinya saja ia tidak tahu. Cila sudah pernah mencoba mencari tapi kekuatan orang suruhan El sangat kuat dan sulit di runtuhkan.

"Mommy nggak ikut?"

Cila tersentak, tangannya segera menghapus jejak air matanya. "Tidak, aku mau istirahat." mendengar dari nada Cila, Kesya tahu wanita itu sempat menangis sebelum ia bertanya. Tapi, Kesya lebih memilih diam dan tidak mengulik luka lama Cila. Takut jika El tahu dan membuat isi peternakan ini hancur berkeping-keping, karena rasa benci dan kecewa El pada anaknya yang telah ia usir lebih besar dari rada cinta dan rindunya.

Kesya memiringkan kepalanya saat mendengar ponsel Mario berdering, ia pun menyuruh Cila membantu  melihat siapa yang menghubungi kekasihnya di kala libur seperti ini.

"Namanya disini Sya, siapa dia?" tanya Cila dan memberika ponsel Mario pada Kesya.

"Mom harus menyusul Dad. " Cila lebih memilih pergi, karena melihat dari tatap mata Kesya anaknya ini benar-benar butuh waktu untuk menjawab panggilan yang berulang kali masuk ke ponsel Mario itu.

"Om! Astaga, lo baru jawab telephone gue? Asem deh...."

Kesya masih bisa diam saat mendengar suara melengking Mesya dari seberang sana. Begini cara dia memanggil Mario? Membentak seenaknya. Pikir Kesya dalam hatinya. Kesya pun memerintahkan dua orang yang selalu mendampinginya untuk pergi setelah mereka membantu menjawab panggilan dari Mesya.

"Gue mau ngabarin, gue udah-"

"Bukan urusan pacar saya! Kamu di mana dan sudah sampai di mana itu bukan urusan Mario!"

Mata Mesya membulat, saat mendengar nada ketus dari seberang telephone. Ini bukan suara Mario atau pekerja Villa pria itu, karena ia sangat hafal semua isi Villa Mario, termasuk suara pekerjanya.

UNCLE MARIO (SUDAH DICETAK BOOK1)Where stories live. Discover now