bab 9

2.1K 171 0
                                    

Bang Ferdy, makan dengan lahap.

"Masakanmu enak juga May!"puji Ferdy.

"Iya Tante enak!"lanjut Willa.

"Iya, Bapak aja sampai nambah," sambung Bapak lagi.

Selesai makan Willa belajar, kemudian tidur, aku dan Bapak menonton televisi dan Bang Ferdy pergi menjemput Kak Merlyn.

Tak lama, Bang Ferdy dan Kak Merlyin pulang, kelihatan mereka belum akur  karena Kak Merlyn masuk tanpa senyum dan menyapa.  Dia langsung masuk kamar,
Bang Ferdy mengikuti Kak Merlyn dari belakang dan melemparkan senyum pada kami sebentar.

"Kamu nanti jangan seperti kakakmu Merlyn, masa mertua gak di sapa?"keluh Bapak.

"Mudah mudahan Maya gak gitu, Maya akan menghormati mertua Maya."

"Iya, jangan buat Bapak malu,"ucap Bapak
Bapak menguap beberapa kali.

"Bapak kalau sudah mengantuk, tidur aja Pak,"saran ku.

"Kamu belum ngantuk May?"aku menggeleng

"Berani sendiri?"

"Maya berani Pak, kan Maya udah besar," sahut ku.

Bapak pun beranjak dari duduknya, dan berjalan ke kamar.

Pagi-pagi saat mau berangkat kerja, kulihat di luar gerimis.

"Bang Ferdy udah berangkat,"ucap ku dalam hati.

Dari pada aku terlambat, aku berlari menuju halte yang yang begitu jauh dari rumah.

Tiba-tiba ada mobil berhenti di depan ku.
"Masuk May!"suruh Dimas membuka pintu.

Tanpa ragu, aku pun langsung masuk ke dalam mobil.
Dimas tersenyum melihatku aku pun balas tersenyum.

"Aku kangen sama kamu May," Dimas bersuara.

"Kamu bilang apa Dim?"

"Maksud Ku, Laura rindu kamu,"Ralat Dimas.

Mungkin tadi aku yang salah dengar, mana mungkin dimas rindu aku aku bicara sendiri dalam hati.

"Hem... May, semalam Laura nangis nyariin kamu, dia takut mamanya pargi lagi,  maksudku.."

" Trus, kamu bilang apa Dim?"potong Maya.

"Aku bilang Mama ke rumah Kakek."

"Akhirnya dia gak nangis lagi."
Dimas tersenyum menatapku sebentar.

Sesampai di kantor, setelah duduk aku terbayang Laura sepertinya aku sudah lama sekali gak bertemu, padahal baru beberapa satu hari. Anak itu udah buat aku jatuh cinta batinku.

Dari meja ku aku liat Juwi murung, tak seperti biasanya, matanya juga terlihat sembab.

"Kamu kenapa Wi?"tanya ku mendekati nya.
Juwi menatapku dengan mata mulai berkaca menahan tangis, dia melihat ke sekeliling.

"Nanti aku ceritakan ya, May,"ucapnya.

"Jam makan siang,"sambungnya lagi.

Aku mengangguk, dan tersenyum sambil mengusap punggung Juwi.

"Semangat!!"ucap ku meninggalkan Juwi dan kembali ke tempatku.

Jam makan siang, Juwi pun menceritakan apa yang membuatnya murung.

"Aku bertengkar dengan suami ku May, dia pengen ibunya tinggal bersama kami, karena adiknya yang selama ini menjaga ibunya, udah nikah dan pindah keluar kota. Aku gak terima May."

"Kenapa?"

" Karena, waktu aku bilang agar orang tua aku tinggal bersama kami di juga gak terima May."

"Tapi, kan Wi, Ibu mertua kamu tinggal sendiri dan usianya juga udah tua, kalau ada apa apa gimana?kalau orang tua kamu masih lengkap. Dan usianya masih lebih muda dari mertua kamu, lagian kalian barsaudara tinggal di satu kota kalian bisa bergantian melihat orang tua kalian, aku juga bisa, mama kamu, kan Tante aku."

Juwi hanya terdiam menatap ku.

"Saat ini, mertua kamu lebih butuh kalian," ucap ku .

" Iya May, kamu benar. Gak mungkin Mertua aku tinggal sendirian,"ucap Juwi.

"Iya, kita juga akan tua Wi, jadi kita harus sayang sama orang tua termasuk  Mertua kita."

"Iya May, makasih ya,"ucapnya memegang tanganku dan tersenyum.

Sore ini aku berniat kerumah Laura karena aku sangat merindukannya.
Tapi saat aku keluar kantor aku mendapat kejutan yang menyenangkan aku melihat Laura dan Dimas berdiri di luar.

" Mamaaaa!"teriak Laura senang
aku lansung menggendong dan menciumnya." Mama kangen Laura!"ucap ku berkali kali.

Dimas melihat ku dan tersenyum.
"Sama aku gak kangen?"goda Dimas.

"Kangen," sahut ku tanpa sadar.


                                     🎈🎈



#BECAUSELAURA

BECAUSE LAURA (Complete)Where stories live. Discover now