15

294 24 12
                                    

Chaerin p.o.v

Aku terbangun ketika kurasakan seorang mengusap pipiku lembut.

Ku buka kedua mataku perlahan.

Dan kulihat wajahnya yg tersenyum lembut kepadaku.

Untuk pertama kalinya dalam hidupku,

Aku terbangun dengan melihat senyuman lembut dari pria yg ku cintai.

Dan sejak semalam aku masih berada dalam dekapannya.

Andaikan ini rutinitasku,

Betapa bahagianya diriku.

"Morning Chae-ah" Di usapnya pipiku dengan lembut.

"Morning oppa.." Balasku pelan. Rasanya pipi ini ingin mengembangkan senyuman yg paling lebar yg bisa aku lakukan.

Tapi rasanya aku sungguh malu.

Oppa memelukku lebih erat,

Membuat jantungku berdegup begitu cepat.

Astaga apa ini?

Kenapa oppa tiba tiba melakukan hal ini?

Aku hendak mendorongnya, tapi dia malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Oppa.. Aku--"

"Biarkan sebentar Chae.. Biarkan aku memelukmu seperti sekarang.." Lirihnya.

Kurasakan sebuah kecupadn di dahiku.

Tuhan..

Apakah ini mimpi?

Jika iya, tolong jangan bangunkan aku.

Jantungku berdegup tidak keruan.

Aku merasa bahagia di perlakukan seperti ini.

Tapi, aku teringat sesuatu.

Bukankah oppa masih bersama kiko?

Aku mendongak dan menatap wajah oppa.

"Oppa.. Bagaimana hubungan oppa dengan Kiko?" Tanyaku hati hati.

Takut takut jika ia marah saat aku menyinggung hal ini.

"Kami sudah putus.. sejak.. eummbb.. Sebelum Tourku di gelar.." Sahutnya santai.

"Wae? Bukankah oppa begitu mencintainya?" Tanyaku spontan. Tapi oppa malah tersenyum lembut sembari mengusap pipiku.

"Aku kira, aku mencintainya Chae-ah.. Tapi mataku membuatku buta.. Ternyata hati ini sudah terlebih dulu jatuh kepada orang lain.."

Deg

Orang lain?

Siapa lagi yg di maksud oleh oppa?

Apakah aku mengenal orang itu?

Rasanya aku ingin tau..

Tapi aku takut kembali merasakan sakit.

Aku pun mendorong tubuh oppa perlahan, ia hendak memegang tanganku, tapi dengan sigap aku berdiri kemudian membuka tirai jendela kamarku.

Kulihat jam wekerku sudah menunjukkan pukul Tujuh pagi.

Sebenarnya aku masih menyembunyikan dua hal dari oppa.

Satu tentang perasaanku.

Dan dua, kenyataan bahwa aku akan berangkat siang ini juga.

"Apa oppa lapar?" Kulihat oppa tersenyum lembut menatapku.

"Akan ku buatkan sarapan untuk kita berdua." putusku sembari memasuki kamar mandi untuk membasuh wajahku dan juga menggosok gigiku.

Faith And Peace (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang