Tunggu. Kakak? Jadi dia Liffus yang dikabarkan misterius itu?

Dia.... Kakak dari Luciel bukan?

" Lagipula, kemarin aku tidak sengaja melukainya saat sedang bermain kakak. Bisakah kita mengundangnya sebentar untuk minum teh didalam?"

Wajah Luciel terlihat memelas sekali saat mencoba untuk membujuk kakaknya. Liffus, lelaki itu melihatku sejenak lalu tersenyum kecil. Mengijinkanku untuk mengikuti mereka ke bangunan kaca legendaris itu.

Demi Tuhan, aku belum pernah mendengar ada orang asing yang diijinkan masuk kesini sebelumnya. Guru mereka saja khusus, tidak sembarang orang dan harus melalui pengamanan yang ketat.

Aku takjub melihat isi ruangan ini. Kupikir dalamnya dipenuhi rak buku seperti yang kupikirkan. Namun tidak, hanya ada hutan hijau lebat yang menyambutku. Aku seperti tidak berada disekolah. Well, sebelum aku sampai di pusat bangunan dimana ada panggung kecil yang terbuat dari marmer dengan dekorasi meja dan kursi yang terlihat empuk sekali.

Suara gemericik air jatuh terdengar dari air pancur indah yang terletak dibelakangnya. Ini bahkan jauh lebih indah daripada dugaanku.

Aku seperti berada dialam lain...

" Teh?" satu-satunya wanita dalam kelompok ini akhirnya bicara. Aku mengangguk kikuk, sedikit bingung saat kembarannya terus mengekori gadis tersebut dari belakang. Kembar memang sulit dipisahkan huh?

" Namamu?"

Aku mengerejap kaget saat Liffus, kakak Luciel menanyakan namaku dengan wajah dinginnya. Dia ini sebenarnya niat bertanya tidak sih?

" Yuta, Yuta Hiroi. Dari kelas reguler tahun ke dua" ujarku berusaha tenang.

Aish.... Memangnya dia tadi menanyakan kelasku?

" Kakak.... Bolehkah aku berteman dengannya? Um..... Sebenarnya ini adalah pertama kalinya aku mendapat perlakuan baik oleh orang asing yang belum mengenalku. Aku ingin menjadi temanmu Yuta!"

Eh? Aku melongo bodoh saat melihat Luciel malah membungkuk dalam duduknya. Wajahnya yang putih berubah menjadi merah. Tampaknya dia malu.

Eh, bukannya aku yang harus malu disini? Bagaimana bisa orang sepenting dia memohon agar menjadi temanku? Ini karena kepalaku terantuk bolanya atau karena aku mengembalikan jepit rambutnya yang berharga? Entahlah, aku kurang paham.

" Kau..... Tidak mau ya?" suaranya berubah menjadi sedih. Secara refleks aku berdiri dan mengapit tangannya. Ah sial, aku lupa bahwa mereka semua tengah mengawasiku.

" Aku mau, aku mau! Err.... Terimakasih telah mau menjadi temanku" ujarku malu sambil perlahan melepas pegangan tanganku. Ia tersenyum senang, memegang tangan kakaknya yang kebetulan memang duduk disebelahnya.

" Kau murni. Aku tidak keberatan jika kau ingin berteman dengan adikku" Liffus ikut berkomentar. Aku tersenyum kikuk walaupun tidak mengerti maksud kalimat awalnya. Apa maksudnya dengan murni? Aku hanya anak biasa jika perlu kuingatkan.

" Terimakasih kakak!" Luciel berucap senang sambil memeluk kakaknya erat sekali. Sekali lagi, aku melihat senyum tulus yang Liffus berikan pada adiknya. Oh, mungkin dia hanya akan tersenyum pada keluarganya saja.

Kedua kembar itu kembali bergabung, membawa satu set teh beserta beberapa camilan. Beberapa... Em... Pelayan mengikuti langkah mereka. Menyiapkan jamuan teh ini.

Inikah rasanya menjadi orang kaya?

" Yuka, kau tahu? Yuta mau berteman denganku!" ujar Luciel senang. Sesenang itukah dia berteman denganku?

Yuka, perempuan itu tersenyum lembut dan perlahan mengusap rambut Luciel dengan lembut. Mereka semua tampaknya benar-benar menyayangi Luciel.

" Selamat ya.... Temanmu maka merupakan temanku juga" ujarnya lembut. Luciel mengangguk semangat, sementara Gin tengah memotong kue menjadi beberapa bagian sehingga Luciel mungkin lebih mudah untuk memakannya.

Yuka kini berbalik, menatapku dengan mata silver terangnya.

" Namamu Yuta kan? Perkenalkan, namaku Yuka dan ini kakakku Yuras. Seperti yang kau lihat, kami kembar" ujarnya menunjuk lelaki berwajah tidak jauh berbeda dari Liffus -datar- yang dibalas anggukan pelan dari Yuras.

" Yang duduk disebelah Luciel itu -seperti yang kau dengar- merupakan kakak dari Luciel, Liffus. Pria yang duduk disebelah lain Luciel itu Gin" jelasnya lembut. Aku mengangguk paham, walaupun sebenarnya aku sudah tahu siapa mereka.

" Ada satu lagi dari kami, namun dia belum datang. Mungkin sebentar lagi-"

" Gin-ku sayang..... Aku kembali mani...s. Eh? Siapa dia?" tanya pria berwajah ramah yang baru saja memasuki tempat ini. Sepertinya dia Harris, tapi kenapa memanggil Gin dengan sebutan sayang ya?

Mungkin mereka bersaudara seperti Luciel.

" Yuta, teman baru Pangeran" jawab Gin singkat. Harris memandangku sambil tersenyum manis, menampakan wajahnya yang bagi lelaki sepertikupun, sangat tampan.

Tidak,tidak. Mereka semua memang sangat tampan.

" Hai, namaku Harris. Tunangan resmi Gin" ujarnya yang sukses membuatku cengo seketika. Tunangan? Jadi kata sayang itu karena mereka bertunangan, bukan karena mereka saudara atau apa?

Pernikahan dan hubungan sejenis memang tidak dilarang dinegara ini. Hanya saja..... Aku cukup shock melihat mereka berhubungan dan bahkan tidak ragu mengatakannya padaku.

" Tidak perlu terkejut. Kami semua pasangan disini" ujar Liffus santai sambil menyesap tehnya.

Mereka, apa?!

" Kakak!" Luciel sepertinya protes dan menyentuh tangan Liffus pelan. Semua, berarti Luciel juga dong?

" Dia harus tahu Luciel. Teman akan menerima semuanya secara tulus" peringat Liffus namun entah kenapa matanya malah memperhatikanku.

" Aku dan Luciel merupakan pasangan ngomong-ngomong" lanjutnya tenang.

Ya Tuhan...... Apalagi ini? Pernikahan sejenis dan bersaudara?

" Aku juga berpasangan dengan kakakku Yuras. Kau tidak perlu terkejut" timpal Yuka.

Baiklah. Aku tidak perlu terkejut lagi. Mereka semua memang pasangan, dan aku harus menerima kenyataan itu.



Gantung banget ya? Dasar, ide mentok disaat yang gak tepat😂

Vote dan comment guys? Saya tau benar cerita ini masih banyaa kekurangannya😓

See you in next chapter all~

[END] Angel or Devil : RewriteWhere stories live. Discover now