A Friend Indeed

1.8K 204 33
                                    

" Maaf"

Yuta mengangkat alisnya. Apa ini mengenai perubahan sikap Luciel belum lama ini?

Yuta menepuk bahu Luciel pelan. Bahkan dengan melihat wajah Luciel saja, Yuta pasti akan memaafkan sebesar apapun seorang Luciel berbuat salah padanya.

" Aku pasti akan memaafkanmu jika kau punya salah Luciel. Umm, jadi bisakah kau ceritakan kenapa kau ke rumahku malam-malam behini?" tanya Yuta hati-hati. Rasanya canggung juga saat orang yang kau kagumi melekat pada tubuhmu tanpa mau bicara apapun.

" Ne, Yuta" panggil Luciel pelan. Bibirnya bergetar, memegang tangan Yuta lebih erat lagi.

" Apakah kau percaya iblis itu ada?" tanya Luciel gugup, mengigit bibirnya kecil untuk menahan isakan.

Yuta diam, lalu kembali mengusap punggung Luciel untuk menenangkannya.

" Aku percaya. Kau tahu..... Aku selalu bisa membedakan aura seseorang. Dan jujur saja, aura keluargamu itu......"

" Kami iblis. Ayahku, kakakku, Gin, Harris, mereka adalah iblis. Sementara Yuka dan Yuras adalah setengah malaikat yang bertemu denganku sebelum aku pindah ke tempat ini." Luciel menuntaskan kalimat Yuta, namun masih tidak berani menatap wajah temannya itu.

" Tapi Luciel, kau...."

" Aku mungkin manusia untuk saat ini Yuta. Na-namun aku akan menjadi iblis dengan, dengan......" tidak bisa. Luciel tidak bisa menuntaskan kalimatnya. Anak itu menangis lagi, berusaha memeluk Yuta agar temannya tidak menghilang jika saja ia lepas.

" Hiks, a-aku akan menjadi iblis setelah kau mati Yuta. Aku menyerap jiwamu. Aku minta maaf...... Hiks, kau pasti membenciku untuk ini.... Hiks, aku tidak bisa mematahkan mantranya, aku takut" tangis Luciel kembali tumpah. Ia sudah siap untuk dibenci Yuta. Ia sudah siap untuk dimaki Yuta.

Namun, Luciel tidak pernah siap untuk diusap begitu lembut oleh lelaki itu.

" Begitu ya? Jadi jawabannya itu toh..." ujar Yuta santai. Luciel mendongkak, hanya untuk melihat senyuman yang dibuat oleh bibir Yuta.

" Kau tidak perlu menangis untuk ini. Aku senang kok, bisa berguna untuk seseorang yang kuanggap berharga" aku Yuta jujur.

" Tapi aku-"

" Ish, tidak apa. Jangan menangis hanya karena ini bodoh. Semua manusia pada dasarnya akan mati suatu saat nanti. Tidak apa-apa. Aku tidak pernah takut pada mati, kau tidak perlu khawatir" hibur Yuta lembut.

Luciel tidak tahu apa Yuta tengah berpura-pura atau apa sekarang. Anak itu hendak mendongkak lagi, jika saja kepalanya tidak ditahan oleh Yuta.

" Tidurlah. Ini sudah sangat larut. Jangan khawatir. Jiwaku ini kaya, jikapun kau menyerap jiwaku. Aku akan tetap hidup sampai esok hari, esoknya lagi, esoknya lagi, terus sampai aku tua Luciel"

Luciel merengut, namun tidak melawan saat perlahan tubuhnya dipeluk dari belakang oleh Yuta.

" Tapi, jika kau merasa bersalah, kita bisa kencan untuk esok hari. Kita akan bersenang-srnang seakan tidak ada hari untuk esok" ucap Yuta lembut. Suaranya terdengar begitu pelan, karena ia tengah menahan tangisnya sekarang.

Bohong jika ia tidak sedih melihat ternyata selama ini keluarga Luciel baik karena mengincar jiwanya, dan Yuta akan mati tidak lama lagi. Tubuhnya semakin melemah, rasanya sulit sekali untuk bergerak. Namun melihat sorot ketulusan dan kekhawatiran dari Luciel, Yuta merasa lega. Setidaknya, Luciel benar-benar tulus padanya.

" Kau berkata seolah-olah kau akan pergi Yuta" isak Luciel lagi. Luciel dapat merasakan pelukan Yuta mengerat, dan jujur Luciel merasa nyaman dalam dekapan ini.

[END] Angel or Devil : RewriteNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ