Second Meeting

2K 258 24
                                    

Aku tertawa senang saat melihat keadaan kelas yang masih relatif sepi. Lihatlah aku, datang pagi tanpa perlu memanjat lagi. Hah, Mama saja sampai bengong melihatku yang sudah siap di pagi hari.

Aku begini bukan tanpa alasan. Sudah seminggu ini aku tidak melihat jejeran mobil hitam milik murid kelas khusus datang kesekolah. Tika bilang mereka biasanya datang pagi sekali, dan pulang sebelum kelas reguler pulang. Entah setan mana yang merasukiku, rasanya aku benar-benar tertarik untuk bertemu anak terperban itu, Luciel dan bicara dengannya lagi.

Yah.... Walaupun aku tidak yakin mereka akan masuk hari ini sih.

Mataku membola kaget saat jejeran mobil hitam -sekali lagi- memasuki halaman parkir khusus kelas mereka.

Aku bergegas turun. Jika mereka sudah masuk rumah kaca itu, mustahil bagiku untuk mengembalikan jepit rambut miliknya. Ada banyak orang aneh yang berkeliaran disana, semua orang bilang mereka penjaga khusus kelas superior.

Namun bagiku, ada hawa aneh yang keluar dari tubuh mereka.

" Tunggu!"

Nafasku putus-putus saat aku berhasil mengejar mereka yang tengah berjalan untuk memasuki kelasnya. Mereka semua menoleh, namun tidak seperti kemarin, mereka segera siaga dan menarik Luciel kebelakang mereka. Mungkin Tika memang benar, Luciel adalah orang yang paling sulit ditemui diantara mereka semua. Sebuah keberuntungan aku bisa bertemu dengannya saat itu. Sungguh sangat beruntung malah.

Ah ya, aku hanya ingin mengembalikan jepit rambutnya.

" Aku hanya ingin mengembalikan jepit rambutmu. Kemarin ini terjatuh" ujarku sambil menunjukan jepit rambut itu. Rasanya cukup gugup, apalagi saat semua mata memandangku curiga.

" Kau..... Yang waktu itu ya?" tanya Luciel ramah. Tangannya berusaha menurunkan tangan teman, atau siapapun mereka yang menghalanginya untuk berada lebih dekat denganku. Tangannya menyentuh tanganku pelan. Benar, tangannya sangat lembut dan halus, lebih halus dari tangan perempuan malah. Orang kaya memang berbeda ya.

Wajahnya berubah menjadi senang, ia elus jepit rambut itu dengan penuh kasih sayang.

" Terimakasih telah menyimpannya untukku. Aku senang sekali" ujarnya tulus.

Yang lain mulai menurunkan pengawasan mereka, tidak setegang tadi namun tetap memperhatikanku dengan teliti.

" Apa..... Itu sesuatu yang sangat penting bagimu?"

Mulut bodoh. Kenapa aku malah bertanya seakan kita berdua bisa menjadi lebih dekat lagi? Bagaimana jika mereka malah menendangku nanti?

Presepsiku buyar saat Luciel mengangguk pelan. Senyumnya, ah.... Senyumnya indah sekali.... Aku sampai terpana melihatnya.

" Um. Ini hadiah dari kakakku. Dia-"

" Sayang, kenapa kau malah-"

Ucapan pria yang baru saja datang berhenti saat matanya bertemu dengan mataku. Tatapannya berubah dingin, menelisikku seakan aku merupakan ancamam bagi mereka.

Ayolah. Apa semua orang kaya selalu bersikap seperti ini pada rakyat biasa sepertiku?

" Yang Mulia, anak ini berniat mengembalikan jepit rambut Pangeran yang tertinggal" kini giliran.... Um.... Gin(?) yang bicara. Tebakanku ternyata benar, dia sepertinya merangkap sebagai butler untuk Luciel.

Panggilan Yang Mulia dan Pangeran. Jangan-jangan mereka sebenarnya keluarga kerajaan negara lain yang sedang bersekolah disini? Oh tidak, aku jadi semakin gugup disini.

Matanya tidak menunjukan ekspresi apapun saat melihatku. Sial, tatapannya seperti menelanjangiku.

" Kakak, dia telah membantuku menemukan jepit rambut pemberianmu. Aku senang sekali" Luciel yang berjalan perlahan mencoba beralih ke sisi kakaknya sambik menunjukan jepit rambut itu senang. Seketika tatapan pria tersebut berubah, penuh dengan kelembutan seraya mengusak rambut Luciel lembut.

[END] Angel or Devil : RewriteDär berättelser lever. Upptäck nu