MB [ 10 ]

2.3K 130 22
                                    


Malamnya Amora masih saja menangis sambil memeluk foto kedua orang tuanya. Sungguh ini semua benar-benar seperti mimpi. Amora masih belum percaya dengan takdir ini.

Dengan cepat dia mengusap air matanya dan beranjak keluar rumah.  Amora memesan taksi di depan rumahnya. Kemudian taksi itu melaju ke tempat yang akan Amora kunjungi.

*****

Suara dentuman musik DJ memenuhi seantero club malam ini. Amora tanpa ragu menenggak cairan vodka hingga mabuk. Dia benar-benar kacau hari ini dan dia ingin menenangkan pikirannya.

"Orang tua gue mati dan Rio pergi sama Ratu, gue gak peduli sekarang gue happy sama hidup gue yang baru" igau Amora.

Amora bangkit dari kursi dan berdiri sambil menggerakkan badannya sesuai irama musik itu. Tanpa Amora sadari ada seorang pria yang terus memperhatikannya dengan seringaiannya.

Langkah demi langkah pria itu mendekati Amora untuk membujuk Amora agar ikut dengannya.

"Mora ayo ikut dengan om" ujar pria paruh baya itu.

"Om siapa ?" ujar Amora yang sedikit sadar.

"Nama om Beni, om adalah teman almarhum ayahmu dan ayahmu sudah menitipkan kamu kepada om" jelas pria itu berbohong.

Amora terus saja menggerakkan badannya dengan lihai. Dia tak marah ataupun risih ketika tubuhnya bersentuhan dengan pria bernama Beni.

"Maukah kamu ikut dengan om ? Mari kita bersenang-senang sayang" ajak Beni.

Amora yang setengah sadar pun hanya bisa menganggukkan kepalanya. Kemudian dia ikut pergi bersama Beni.

*****

Amora berjalan dengan di papah oleh Beni. Sedari tadi Beni menampakkab seringaiannya. Dia senang rencananya berhasil.

'Malam ini juga Mora akan jadi milik saya, lihatlah Dalvin anakmu dengan mudahnya mengikuti permainanku' batin Beni tertawa.

Amora dan Beni memasuki kamar apartement. Amora di baringkan di atas ranjang king size dan Amora hanya menurut.

"Mari kita bersenang-senang malam ini" ujar Beni.

Beni mendekatkan wajahnya ke Amora. Namun suara gebrakan pintu membuatnya terkejut. Nampaklah seorang pria berdiri di ambang pintu dengan tangan mengepal dan rahang mengeras.

Bugh.

Satu bogeman mentah mendarat di rahang Beni membuat n ya tersungkur di lantai. Amora yang mendengar itu langsung tersadar. Dia melihat pria yang sedang emosi itu gemetar ketakutan.

Matanya bertemu dengan mata pria itu dengan cepat Amora membuang muka. Durio ya Rio lah yang datang dan memukuli Beni.

"Lo persis seperti jalang" ujar Rio kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.

Amora menahan rasa sesak di dadanya. Hatinya sangat sakit mendengar ucapan Rio namun  ini memang kesalahannya.

*****

Amora menangis sesegukan di dalam mobil Rio. Meskipun Rio sudah meninggalkannya di hotel namun di parkiran Rio masih menunggu Amora alasannya adalah karena paksaan orang tuanya.

Amora tak berani menoleh ke arah Rio karena dia takut terkena ucapan Rio yang pedas. Sedari tadi hanya keheninganlah yang tercipta. Baik Rio maupun Amora sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Sampai sudah mereka berada di kediaman orang tua Rio sebelum masuk Rio memperingatkan pada Amora.

"Lo cuma numpang disini, dan lo jangan pernah ngerepotin gue. Ngerti lo" ujar Rio dengan penekanan.

Amora hanya mampu  mengangguk pasrah. Memang benar, semenjak orang tuan meninggal dia akan tinggal di rumah Durio. Sebenarnya Amora bisa saja tinggal dengan neneknya atau om nya tapi Ido dan Naura menolak.

Dan akhirnya Amora mau tinggal bersama dengan orang tua Rio. Dia harus siap-siap hati untuk menghadapi sikap kasar Rio padanya.

Amora mengelus dadanya, berusaha sabar menghadapi semuanya. Dia yakin bahwa akan indah pada waktunya.

'Sabar, Mora pasti kuatt mora pasti bisa menghadapi semuanya' Gumam Amora.

Next ?.

My Beloved [SUDAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now