Hilang Sementara

4.6K 167 32
                                    

***
"Alhamdulillah sayang, syukurlah kamu udah sadar. Bunda seneng banget lihat kamu sadar."
Seraya memegangi jemari tania yang masih terpasang selang infus sebagai alat bantu menopang hidupnya.

Semalaman tania tak ada yang menungguinya, baru tadi pagi sehabis subuh dokter mengabarkan bahwa tania sudah siuman dan bisa dijenguk, namun tak banyak orang yang boleh masuk, tersebab keadaan tania masih rentan terhadap penyebaran virus-virus yang mungkin terbawa masuk oleh kebanyakan orang lainya yang ingin menjenguknya.

Selama tania masih berada diruang operasi, ia belum boleh dijenguk oleh banyak orang kecuali satu persatu secara bergantian. Dan itupun harus menggunakan baju khusus rumah sakit yang steril untuk kesehatan pasien.

Hanya bundanya sajalah yang saat ini menemani tania diruangannya, tania memang sudah sadar namun sayang ia layaknya orang linglung yang kehilangan arah jalan pulang.

Tania merasa ada reynan yang sempat mendekapnya dan mengantarkanya kembali ke-ayah juga bundanya, ia tetap bergeming diatas tempat tidur yang masih lengkap dengan peralatan rumah sakit.

Wajar saja jika bundanya tak banyak menanyai tania perihal apa saja yang ia alami dialam bawah sadarnya selama hampir tiga hari koleps tak sadarkan diri. Sebab, bundanya juga paham bahwa keadaan tania belum sepenuhnya pulih, ia masih harus menunggu jika ingin bercanda ria dengan tania kembali.

"Bunda... "
Ucap lirih tania,
"Kak jihan mana bun,.. "
Tambah tania mencari jihan guna menanyakan kabar tentang reynan yang sepertinya jihan pun mengenalnya.

"Ada sayang, kak jihan diluar. Mau bunda panggilin.?"
Tawar rosa seraya melangkahkan kaki keluar, setelah mendapat persetujuan tania dengan anggukan kecil yang dilakukan tania.

"Han, masuklah. Tania mau ketemu kamu."
Ucap jihan yang disambut heran oleh semua orang yang menunggu giliran agar dapat masuk melihat keadaan tania.

"Baik tante. Jihan ke dalam dulu ya."
Langkah jihan bersemangat, tersebab, tania yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri kini selamat dari maut yang hampir merenggut nyawanya.

"Allah benar-benar maha baik."
Gumamnya dalam hati seraya membuka pintu.

***
Tania menceritakan semua yang ia alami kepada jihan, ia berharap jihan dapat membantunya menyelesaikan masalah yang saat ini menyeruak didadanya.

"Kamu masih sakit tan, jangan mikirin cowok itu dulu."
Elak jihan, ia tak ingin tania terbebani oleh pikiranya sendiri mengenai laki-laki yang ia sebut sebagai mas gagahnya itu.

Mas gagah adalah salah satu sebutan yang tania gunakan untuk menyamarkan nama reynan, yang kerap kali ia panggil mas anan.

"Tapi kak, tania sakit juga gara-gara kebanyakan mikir dia."
Bantah tania tak mau kalah. Bahkan tania melepas paksa alat bantu pernafasanya agar ia bisa dengan mudah berbicara pada kakaknya.

"Kamu itu keras kepala banget dibilangin."
Jihan kembali memasangkan oksigen pada hidung tania. Tania belum sepenuhnya sembuh, ia tak mau terjadi hal yang buruk pada tania lagi.

"Tania harus gimana kak. Tania takut sama mimpi tania."
Semua telah tania ceritakan pada jihan, termasuk mimpi yang sama dengan orang yang sama bahkan tempat yang sama dan kejadian yang persis sekali.

"Berdo'a saja semoga apa yang kamu mimpikan adalah pertanda baik."
Jihan ingin tania bisa berfikir positif, ia tidak melarang tania dekat dengan laki-laki itu, tapi tidak untuk sekarang.

Seharusnya tania tahu kalau dirinya masih terbaring lemah tak berdaya, tak sepantasnya ia memikirkan apa yang belum tentu menjadi haknya.

"Kakak beneran kenal kan sama mas anan.?"
Tanya tania sekali lagi untuk sekadar memastikan.

Cinta Di Sepertiga Malam (TAMAT/TERBIT NOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang