Lorong Waktu

10.8K 245 0
                                    


***
Seolah menyeret tania kembali kepada masa-masa dimana ingin ia lupakan seutuhnya. Namun nihil bagi otak tania me-restart ulang kenangannya yang dulu. Sebab, kenangan akan selalu pulang bersama ingatan yang enggan menghilang.

Begitulah kira-kira yang tania rasakan. Sampai ia terdampar dilorong keterpurukan yang panjang.

Tania dan jihan masih mengobrol diruang tamu, sampai akhirnya tania menyerah dan memberitahu letak kamarnya selama liburan dijakarta.

"Ya udah iya iya, tapi beneran anterin ya."

"iya gampang. Gua mah bisa diandelin."

"Noh keliatan dari sini, yang pintunya warna pink itu. Lo liat nggak?"

"Oo yang itu, oke gua kekamar sekarang."
Baru saja jihan ingin melangkah meninggalkan tempat duduknya, tiba-tiba...

"Eich,, entar dulu."
Cegah tania sama-sama berdiri dan menghadang langkah jihan bak polisi yang bertugas menilang pengendara bermotor yang tidak mematuhi aturan lalu lintas yang sudah ditetapkan.

"Apaan lagi sih, gua capek habis perjalanan jauh. Gua mau istirahat. Katanya ntar lo minta gua yang nganter."
Gerutu jihan membuat tawa tania pecah seketika.

"iya kak, tapi itu kamar gua."
Jawab tania spontan membingungkan pikiran jihan.

"Terus kamar gua yang mana?"
Tanya jihan dengan nada diperkecil dan raut wajah yang seakan akan memohon belas kasih untuk segera diberitahu mana kamarnya sebab beban dipundaknya juga otaknya telah memberontak ingin secepat mungkin direbahkan ditempat yang empuk layaknya kasur.

"Ok ok. Maapin tania hehe"
Jawab tania sambil cengengesan.

"la iya mana adikku sayang"
Bujuk jihan dengan nada semanis mungkin.

"hehe.. Disitu belakangnya kak jihan. Tania ke kamar dulu. Selamat istirahat kakak."
Tania berlari kekamarnya dengan hati puas telah berhasil mencapai target membuat bingung kakaknya.

"Haduh anak itu, udah gede masih aja kaya anak kecil."
Gerutu jihan seraya memutar balikkan tubuhnya menuju kamar yang sudah dikhususkan untuk setiap keluarga atau tamu yang bermalam dirumah pak ferdi.

Sebenarnya masih banyak kamar-kamar lain yang kosong. Namun yang selalu bersih hanya satu kamar itu saja, karena mbok nah pembantu dikeluarga itu sudah lama mengundurkan diri sebab keadaan yang tidak memungkinkannya lagi untuk bekerja.

***
Hari menjelang siang sekitar pukul 11:25 tania keluar dari kamarnya berniat mencari jihan untuk sekadar membagi cerita cintanya yang tak pernah ia ceritakan kepada siapapun kecuali neneknya saat tania liburan kepuncak.

"Kak jihan." tepat didepan pintu kamar jihan, tania berdiri tegap dan mengetuk dengan suara pelan takut bundanya marah jika ia menggedor-nggedor dengan keras layaknya ibu kost.

"iya. Kenapa tan? Bukannya gladi wisuda mu masih nanti sore?"
Tanya jihan seraya membuat tania kesal.

"ya iya. Tapi gua kesini bukan mau ngomongin wisuda."

"terus apa?"

Tania nyelonong masuk ke dalam karena tania merasa tak ada masalah jika dia cerita didalam kamar, lagian juga lebih aman pikir tania. Dia memposisikan tempat duduknya tepat dikursi belajar dan membelakangi jihan.

"Gua boleh cerita nggak kak." seraya mendongakkan kepalanya kearah jihan.

"Boleh aja, tapi."

"Aa-aaa kakak, jangan tapi-tapi an dong" rengek tania seperti anak TK yang minta mainan pada ayahnya.

Cinta Di Sepertiga Malam (TAMAT/TERBIT NOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang