10. Sun and Rain

Mulai dari awal
                                    

“Araseo! Araseo! Ayo cepat bangun!” Yunho kembali menarik lengan Jaejoong, kali ini agak brutal.

“Lembutlah sedikit, aku ini lelaki lemah,” kata Jaejoong masih ogah-ogahan dengan mata lima watt.

Karena tingkah menyebalkan Jaejoong yang malas-malasan, Yunho pun menggendong tubuh Jaejoong layaknya karung beras, membuat si manis itu menjerit kaget meski dalam hati kegirangan.

Yunho membawa tubuh nyaris telanjang Jaejoong ke kamar mandi dan meletakannnya di meja wastafel. Seperti mengurus anak kecil, Yunho membasuh wajah Jaejoong dan menyodorkan sikat gigi pada lelaki bermarga Kim tersebut. Dengan patuh, Jaejoong menggosok giginya.

“Aku akan menunggumu di dapur,” ucap Yunho setelah Jaejoong berkumur dan membuang air dalam mulutnya ke wastafel.

“Tunggu!”

Langkah Yunho terhenti. Ia menoleh.

“Ciumannya mana? Kau kan tadi janji mau menciumku. Cium loh ya, bukan kecupan.” Ada seringai aneh menghiasi wajah Jaejoong, mirip serigala menemukan mangsanya.

Yunho menghela nafas dan kembali menhampiri Jaejoong. Tanpa banyak kata, ia langsung merangkum wajah Jaejoong dan menyentuh bibir Jaejoong dengan bibirnya. Jaejoong tak mau menyia-nyiakan kesempatan tersebut, ia langsung mengunci tubuh Yunho dengan melingkarkan kakinya di pinggul si tampan itu sementara kedua tangannya mendekap punggung Yunho.

Tak seperti biasanya, setelah beberapa menit bercumbu panas,  Jaejoong yang lebih dulu melepaskan tautan di bibir mereka. Nafas mereka saling beradu, pun dengan wajah mereka yang sama-sama memerah. Jaejoong mengelus permukaan wajah Yunho sebelum memberikan kecupan terakhir di bibir berbentuk hati itu.

“Yunho-ah, kau tidak lihat selangkanganku? Kalau kita lanjutkan aku khawatir aku akan berubah jadi orang gila. Keluarlah, tunggu aku di dapur.” Jaejoong memasuki ruangan transparan dan menyalakan shower. Ia harus menenangkan adiknya.

Sementara Yunho yang sempat menyaksikan celana Jaejoong yang mengembung di pangkal pahanya itu hanya bisa menelan ludahnya. Ia mengerjap beberapa kali setelah matanya melotot. Yunho tak sadar jika ia begitu larut dalam ciumannya bersama Jaejoong.

Ada apa dengannya? Apa ia sedang kerasukan? Mengapa berciuman dengan Jaejoong sekarang terasa sangat menyenangkan dan membuatnya ketagihan? Apa bibir Jaejoong mengandung zat adiktif tertentu? Ia bahkan langsung mencium bibir Jaejoong tanpa protes!

Oh fucking shit! Kenapa bisa ia kecewa setelah Jaejoong meninggalkannya begitu saja? Yunho menggelengkan kepalanya. Ini pasti efek karena ia belum sarapan. Dengan langkah gegas, Yunho keluar dari kamar Jaejoong dan menunggu di dapur.

.

.

.

“Jadi hari ini kita mau ke mana?” tanya Yunho sambil mencuci piring-piring bekas sarapan mereka sementara Jaejoong sedang memanjakan anak-anaknya.

“Kenapa? Kau sudah tidak sabar kencan denganku ya?” goda Jaejoong sambil mengerlingkan matanya dengan jenaka pada Yunho.

“Bukan kencan tapi aku ingin melihat seperti apa kota Seoul. Aku kan belum sempat jalan-jalan.”

“Ah benar juga. Apa ada tempat yang ingin kau kunjungi?”

Yunho mengernyitkan keningnya untuk berpikir. “Namsan Tower?”

Jaejoong memutar bola matanya malas. “Kenapa kau mau ke sana? Tempat itu kan biasa saja. Aku heran kenapa banyak orang yang ingin mengunjungi Namsan? Apa menariknya pergi ke sana?”

“Buatmu biasa saja, karena kau bisa melihatnya atau mengunjunginya tiap hari. Kau kan tinggal di Seoul. Tapi kalau orang sepertiku yang baru pertama ke Seoul, itu beda cerita.”

Share The WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang