bagian 26

3.2K 220 1
                                    

Alesha berlari menembus ramainya suasana didalam bandara. Ia memperhatikan satu persatu orang-orang disana, tepatnya ia mencari keberadaan Gilang. Dengan tergesa-gesa, Alesha memutar tubuh para pengunjung disana dan membuat beberapa orang menatapnya aneh. Sesekali Alesha menyeka matanya agar air matanya tidak terjatuh. Ia berdoa berkali-kali agar Gilang belum menaiki pesawatnya.

Melihat keadaan Alesha, Radit langsung bertanya kepada beberapa petugas disana. Saat menerima beberapa penjelasan dari petugas, Radit tampak menghembuskan nafasnya kasar, ia kemudian menarik rambutnya sendiri putus asa.

Alesha tidak sanggup lagi, ia merasa sudah mengecek seluruh pengunjung yang ada disana, tapi ia tidak kunjung menemukan Gilang. Tangis Alesha seketika pecah yang membuat beberapa pengunjung memperhatikannya.

"Gue gak bakal liat Bos Gilang lagi...." Ucap Alesha ditengah tangisnya.

"Al..." Radit memegang pundak Alesha yang membuat Alesha langsung berdiri menghadap Radit.

"Bos Gilang masih disini?" tanya Alesha langsung.

"Dia udah berangkat.." jawab Radit lesu. Alesha kembali berjongkok dan tangisnya kembali pecah. Radit jadi bingung sendiri, pasalnya orang-orang menatap Alesha prihatin dan menatap Radit seolah seperti seorang penjahat.

"Al, udah.. Jangan nangis disini... Orang-orang pada ngira kalo aku udah ngapa-ngapain kamu.." mohon Radit sambil menatap sekelilingnya.

"Aku bahkan nggak ngucapin selamat tinggal... Gimana kalo Bos Gilang bakal lupa sama aku?" tangis Alesha masih belum berhenti. Radit memutuskan untuk membawa Alesha ke sebuah tempat yang tidak terlalu banyak orang.

"Al... Udah, Gilang nggak selamanya pergi kok." Ucap Radit menenangkan Alesha saat mereka sudah berada di salah satu bangku taman.

"Tapi kalo dia nanti udah lupa sama aku?" Radit hanya diam.

"Walaupun cuma diluar kota, tapi aku tetap nggak bisa ngejar dia kayak yang di film-film. Aku cuma anak SMA yang masih takut kemana-mana sendirian.." ucap Alesha sambil menunduk.

"Bos Gilang perginya lama?" Radit tampak berpikir sebentar.

"Rencananya dia akan ngebangun perusahaan disana. Terus setelah dibangun, dia akan nyari karyawan dan akan kembali sampai perusahaannya berkembang. Kira-kira itu akan memakan waktu 3-4 tahun." Alesha kembali menangis saat mendengar jawaban Radit.

"Bos Gilang bakal benar-benar ngelupain aku. Aku bahkan mutusin hubungan tanpa sebab. Jadi nggak ada alasan buat dia ingat aku.." Radit hanya menepuk punggung Alesha berkali-kali.

***

Alesha memasuki halaman rumahnya dengan wajah sembab dan lesu. Dimas yang sepertinya sedang menunggunya langsung menghampiri Alesha dengan raut wajah khawatir.

"Al, lo darimana aja? Kok jam segini baru pulang?" Tanya Dimas yang tidak digubris oleh Alesha.

"Alesha, lo kenapa? Lo sakit?"

"Dimas... Lo bilang, perasaan gue ke Bos Gilang itu cuma perasaan yang numpang lewat kan?" Dimas bingung. Namun ia hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Alesha.

"Itu nggak bener... Perasaan aku ke Bos Gilang nggak mau hilang. Walaupun aku masih SMA, tapi aku yakin kalo perasaan aku bukan sekedar numpang lewat.." Alesha mulai mengusap airmatanya.

"Al, lo kenapa?" Dimas masih bingung.

"Aku nggak bisa ngehilangin perasaan aku. Selama ini rasanya sakit.." Alesha memegang dadanya sendiri sambil menahan tangisnya. Dimas merasa bersalah, selama ini ia terlalu egois untuk mengembalikan perasaan Alesha kepadanya, tanpa memikirkan perasaan Alesha sendiri.

"Maafin gue Al, maafin gue..." ucap Dimas sambil memegang kedua bahu Alesha.

"kenapa?"

"Gue terlalu egois. Gue maksain lo buat ngelupain Gilang dan balik ke gue. Tapi gue nggak mikirin perasaan lo selama ini. Gue cuma mikirin kepentingan gue, perasaan gue.." Suara Dimas sedikit bergetar karena merasa sangat bersalah.

"Sekarang lo bisa ngikutin kata hati lo. Gue nggak bakal nahan lo dengan kata-kata gue yang buat lo ragu. Gue bakal ngedukung lo, gue bakal lakuin apapun yang buat lo bahagia. Gue janji." Dimas kemudian memeluk Alesha. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menahan Alesha lagi.

"Percuma Dim.." Dimas melepas pelukannya dan menatap Alesha bingung.

"Bos Gilang udah pergi, dia bakal lupa ke gue, gue nggak bakal ketemu dia lagi..." Alesha sedikit tersenyum miris mengucapkan hal tersebut.

"Maksud lo?" Alesha kemudian menceritakan tentang kepergian Gilang. Dimas mendengarkan cerita Alesha dengan seksama sambil sesekali memberi Alesha motivasi.

"Percaya ke gue Al, itu nggak bakal terjadi." ucap Dimas saat Alesha selesai menjelaskan semuanya.

"Gue yakin, perasaan dia nyata ke lo. Walaupun lo cuma seoarang anak SMA. Setiap pulang sekolah, gue selalu ngedapetin dia, dia selalu merhatiin lo, ngejaga lo dari jauh." Alesha menatap Dimas tidak percaya.

"Gue tau, gue nggak ngasih tau lo karena saat itu gue masih terlalu egois. Gue takut lo bakal kembali ke dia dan ninggalin gue. Tapi sekarang, gue udah berubah. Prioritas gue bukan lo lagi, tapi kebahagiaan lo." Alesha sedikit tersenyum mendengar ketulusan Dimas.

"Percuma juga sekarang... Masih ada 4 tahun lagi... Masih syukur kalo Bos Gilang masih ingat gue.." Alesha tersenyum hambar.

"Gue bakal bantu lo. Hanya ada satu solusi.. Kita hanya perlu serius belajar dulu. Buat seterusnya, gue bakal ngasih tau lo. Percaya ke gue.." Alesha menatap Dimas penasaran. Walaupun demikian, Alesha tetap mengangguk menyetujui solusi Dimas yang belum ia ketahui.

Beberapa minggu kemudian...

Alesha kini sudah menginjakkan kakinya ke jenjang pendidikan terakhir masa SMA. Ia selalu belajar dengan giat dengan bantuan dari Dimas. Ia juga selalu memantau Gilang melalui media sosialnya, setidaknya ia tahu keadaan Gilang walaupun tidak langsung bertemu dengannya.

Seperti saat ini, Gilang sedang memposting fotonya yang sedang berada di sebuah bangunan yang tengah dikerjakan oleh beberapa karyawan.

"Bos Gilang..." gumam Alesha sambil mengusap layar ponselnya.

"Aku bakal cepat dewasa, jangan lupain aku..."

***



Prison And You (Completed)Where stories live. Discover now