Bagian 19

3.4K 264 3
                                    

Tok tok...

Nugianto menurunkan volume televisinya untuk memperjelas suara ketukan itu. Ia baru saja pulang dari sekolah untuk mengajar. Hari ini hari senin, jadi ia pulang pukul dua siang. Hari ini adalah hari yang cukup melelahkan baginya, ia juga bertanya-tanya siapa yang bertamu di jam seperti ini. Ia berjalan menuju ke pintu. Jangan tanya isteri dan anak-anaknya kemana. Ia tinggal sendiri, Isterinya tinggal dirumah ibunya. Nugianto biasa pulang tiga hari sekali. Ia memilih tinggal sendiri karena rumah ibunya cukup jauh dari tempatnya bekerja. Ia juga tidak memperbolehkan isterinya ikut tinggal bersamanya karena tidak ada keluarga dekat disini, takutnya jika terjadi sesuatu, tidak ada yang bisa membantu.

"Kalian?" tanya Nugianto saat melihat tamunya. Lima muridnya sedang bertamu kerumahnya.

"ada urusan apa? Perasaan saya nggak ngajar kalian deh." Kelima murid tersebut mengangkat buku yang mereka bawa.

"Gini Pak, kita ada tugas matematika. Terus materinya materi kelas sepuluh, kita kan udah lupa, jadi minta diajarin sama bapak. Boleh?" Nugianto terlihat berpikir sejenak, lalu mengiyakan permintaan kelima murid tersebut.

"Ayo masuk." mereka berlima mengangguk dan kemudian memasuki rumah Nugianto.

"Jadi mana soalnya? Biar saya jelaskan.".Alesha menyodorkan buku yang berisi beberapa soal matematika. Nugianto pun mulai menjelaskan soal-soal tersebut.

"Pak, kalo boleh nanya, dulu bapak kerja apa?" tanya Dimas disela-sela kegiatan. Nugianto menatap Dimas curiga.

"Bapak nganggur."

"Bapak nggak pernah kerja apaan gitu? Masa nganggur mulu."

"pernah."

"Kerja apaan pak?"

"Maksud kalian datang kesini sebenarnya apa?" Nugianto mulai jengah dengan pertanyaan murid-murid tersebut.

"Gini pak, sebenarnya Bunda saya pernah kerja. Terus kata Bunda saya, bapak itu rekan kerjanya." Nugianto tampak menampilkan ekspresi terkejutnya.

"Bapak pasti masih ingat Rena kan?" Nugianto terlihat gugup dan tidak bisa berkata-kata. Baru saja ia hendak berdiri, namun Joni yang tadi meminta izin ke toilet berjalan kearah mereka. Melihat barang-barang yang dibawa Joni, Nugianto kembali terduduk sambil menghembuskan nafasnya pasrah.

"Kunci mobil, kunci apartemen, kartu keluarga, Dompet yang isinya kartu ATM, KTP, SIM, Uang 500 ribu, terus gue juga bawa Surat nikah, STNK, dan masih banyak lagi." Ucap Joni sambil mendikte satu-persatu barang yang ada ditangannya. Rupanya ia tidak ke toilet, melainkan kekamar Nugianto dan mengumpulkan aset-aset penting. Ilegal memang.

"Nggak perlu surat nikah juga kali..." Protes Lena sambil memutar bola matanya.

"Biar nggak kabur." Joni tersenyum manis kearah Nugianto.

"Maksud kalian apa?" Tanya Nugianto sedikit tidak terima dengan perlakuan mereka.

"Harusnya bapak nggak perlu nanya dong. Bapak udah ngejebak Bunda saya, Bapak ngebuat dia seolah-olah dia yang udah nyuri miliyaran uang Bosnya." Jawab Alesha sarkastik.

"Biarpun kalian tahu. Kalian tidak punya bukti. Rena juga tidak punya bukti, jadi dia tidak bisa menyalahkan saya. Karena saat itu hanya ada saya dan Rena, sayangnya penglihatan Rena bukan CCTV yang bisa terhubung ke komputer." Ucap Nugianto meremehkan sambil tersenyum miring.

"Woahh.." Lena menguap seolah mengantuk mendengar pembelaan Nugianto.

"Sayangnya bukti baru saja didapatkan." sambung Lena sambil mengeluarkan ponselnya.

"Send." Ucap Lena sambil mengetik sesuatu diponselnya.

"Voice note nya udah gue kirim di hp kalian masing-masing. Gue juga udah kirim ke tante Rena, sama hp gue yang satu dirumah. Jadi nggak perlu takut kalo Pak Nugianto ada niat buat ngebanting hp gue kayak di film-film." ucap Lena bangga. Nugianto mendengus kesal, bisa-bisanya dia dipermainkan dengan bocah SMA.

"Jadi mau kalian apa?"

"Ngaku sama Bos bapak." jawab mereka serentak. Nugianto hanya membuang nafasnya pasrah. Mungkin ini saatnya ia mengakui kesalahannya kepada Gilang. Mungkin saja ia masih bisa dimaafkan karena ia sedikit tahu tentang sifat Gilang. Lagipula, ia punya alasan. Ekspresi Nugianto terlihat sendu saat memikirkan alasannya tersebut.

Nugianto sungguh tidak bisa berkutik. Setiap pergerakannya selalu dipantau oleh kelima muridnya. Mulai dari mengambil air minum, kekamar, sampai kekamar mandipun Joni selalu mengekor dibelakangnya.

"Halo Ma? Iya, ini Lena entar nggak pulang, mau nginap dirumah Alesha. Iya iya..."

"Halo? Pah, Joni entar nggak pulang, guru Joni ada yang mau sunatan. Joni mau bantuin masak buat acara sunatannya. Bye.." Nugianto melotot kearah Joni saat mendengarnya berbicara ditelepon. Apa guru yang dimaksud Joni itu dirinya?

Suasana kembali hening. Mereka sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Mulai dari menonton televisi, bermain ponsel, sampai Nugianto yang sepertinya sedang mengurus nilai siswa dilaptopnya.

"Untung bapak nggak ngajar kita. Kalau bapak ngajar, udah pasti nilai kita jebol kan?" Nugianto terkekeh mendengar pendapat Joni yang sedang duduk disampingnya.

"Nggak, bapak provesional kok." jawab Nugianto tulus.

"Bapak sepertinya baik. Tapi kok bapak ngebawa lari uang yang sampai miliyaran?" tanya Dimas.

"Bapak punya Alasan." Nada suara Nugianto terdengar sedih saat menjawab pertanyaan Dimas. Mereka hanya terdiam dan mencoba menerka alasan Gurunya itu.

"Pak, didapaur sama dikulkas kok nggak ada makanan?" tanya Lena yang baru saja dari dapur.

"emang nggak ada. Kalian ini, baru beberapa jam dirumah saya tapi sudah seperti rumah sendiri." ucap Nugianto yang kembali terkekeh.

"Biar gue aja yang pergi nyari makanan." Tanpa menunggu jawaban, Alesha langsung melesat pergi ke supermarket untuk membeli beberapa makanan.

***

A

lesha keluar dari pintu supermarket sambil menenteng kantong plastik di kedua tangannya. Langkahnya terhenti saat melihat sebuah mobil yang terparkir disamping motornya. Bukan karena mobilnya, melainkan orang yang berdiri disamping mobil tersebut.

Alesha bingung, ia kemudian berjalan menunduk seolah tidak melihat siapapun. Seseorang kemudian mengambil kantong plastik yang dipegang Alesha, kemudian berjalan ke motor Alesha dan menggantungnya disana.

"Kenapa?" tanya orang tersebut.

"B-bos kok bisa disini?" tanya Alesha basa-basi.

"Aku?" tanya Gilang pada dirinya sendiri.

"Rindu.." sambungnya. Alesha mengangkat kepalanya menatap Gilang. Kedua pemilik mata tersebut saling adu pandang seolah waktu sedang berhenti.

____

Maafkan ceritakuh yang gaje ini'<'

Jangan lupa star dan komennya!!!!

Banci di toilet: "semangatin si thor dong bang... Mbak..."

Makasih Nci:"v......

Prison And You (Completed)Where stories live. Discover now