Bagian 5

4.2K 267 7
                                    

"Kamu sudah membuat saya bangun sepagi ini." hanya itu yang diucapkan Gilang saat para pengawalnya membawa Alesha kehadapannya dengan laporan percobaan melarikan diri. Alesha menunduk tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Wajahnya kotor dan memar, rambutnya acak-acakan, serta baju yang kotor dan kedua tangan yang diborgol kebelakang.

Pengawal yang berada dibelakang Alesha merasa kesal, karena Alesha tidak mengatakan apa-apa seperti permohonan maaf. Pengawal tersebut akhirnya mendorong Alesha kedepan yang membuat Alesha jatuh berlutut didepan Gilang. Alesha melotot kaget saat sebuah benda yang telah susah payah dicarinya kini terlempar dan tergeletak tepat diujung kaki Gilang. Ponsel Alesha yang ditaruh dikantong hoodienya terlempar keluar saat pengawal dibelakangnya mendorongnya kedepan. Gilang menunduk untuk mengambil ponsel tersebut dan kemudian menelitinya. Alesha tidak dapat berbuat apa-apa karena kedua tangannya yang di borgol.

"Benar-benar seorang pencuri." Alesha hanya bisa menghembuskan nafasnya pasrah mendengar penuturan Gilang.

"saya pikir kamu akan mencuri barang-barang mahal dirumah ini. Tapi ternyata kamu hanya mencuri milikmu kembali, barang murah ini." Alesha menatap kesal kearah Gilang. Bisa-bisanya Gilang mengatakan ponselnya adalah barang murah. Alesha bahkan telah susah payah menabung untuk mendapatkan ponsel tersebut.

"Mulut dijaga dong om, biar gak keluyuran. Kalo perlu diborgol. Nih, kayak tangan Alesha." Ucap Alesha tidak terima sambil menunjukkan tangannya yang diborgol.

Praangg.....

"Aaaaa....!!!!" Alesha memekik histeris saat melihat ponselnya tergeletak tidak berdaya dengan layar yang retaknya sudah tidak dapat didefinisikan lagi. Mata Alesha berkaca-kaca, tidak ada lagi yang bisa ia harapkan untuk keluar dari tempat ini.

"Om apa-apaan sih! Om pikir itu belinya pake daun apa?! Sialan banget tau gak?!" Alesha tidak mau berbaik hati lagi dengan berbicara sopan pada Gilang.

"Apa peduli saya?" Jawab Gilang datar.

"Bawa dia, Saya akan berangkat kerja.Radit, ajarkan dia sopan santun mulai dari sekarang." Radit hanya mengangguk patuh dengan perintah Gilang.

"Kali ini saya maafkan kamu. Tapi, sekali lagi kamu coba kabur, kita lihat saja nanti." ucap Gilang lalu meninggalkan tempat tersebut menuju kamarnya.

Radit menarik tangan Alesha yang tengah diborgol dengan pelan. Alesha berdiri secara perlahan dengan mata yang tidak lepas dari ponselnya yang telah hancur.

                                   
"Jadi Alesha, kamu benar-benar berniat kabur?" Tanya Radit yang tengah mengusap alkohol pada memar diwajah Alesha. Alesha hanya menarik nafas panjang menjawab pertanyaan Radit. setelah menyaksikan detik-detik terakhir ponselnya, ia juga langsung kehilangan suaranya.

Mereka berdua tengah duduk disebuah ruangan yang dipenuhi obat-obatan. Sepertinya ini adalah ruang darurat jika ada yang terluka, mengingat tempat tersebut jauh dari jangkauan masyarakat.

"Ternyata kamu keras kepala juga. Kamu tidak mau mendengarkan orang lain, kamu hanya melakukan apa yang ada dipikiranmu." tebak Radit yang hampir semuanya benar.

"Aku cuma mau pulang. Apa untungnya coba nyulik aku?" Alesha mulai membuka suaranya. Radit berhenti sejenak membersihkan bakteri pada memar diwajah Alesha untuk mendengarkan curahan hati gadis tersebut.

"Aku kangen rumah, bunda, dan teman-teman aku. Mereka pasti lagi nyariin aku, mereka pasti lagi khawatir. Terus sekolah? Aku putus sekolah gitu? Karena diculik?" Alesha memandang keluar jendela dengan wajah sendu.

"sayangnya aku tidak bisa membantu, walaupun aku ingin. Mungkin hanya waktu yang akan menjawabnya." Radit kembali membersihkan memar Alesha. Selanjutnya, ia memberitahu dan mengajarkan Alesha tentang cara hidup di lingkungannya yang sekarang.
                                      ***
Dimas memasuki sebuah ruangan bernuansa putih. Ia kemudian duduk berhadapan dengan seorang dokter yang diperantarai oleh sebuah meja.

Prison And You (Completed)Where stories live. Discover now