8. Hard Decisions

Depuis le début
                                    

"Ya Tuhan, cobaan apalagi ini?" keluhnya dalam hati sambil mengumpulkan foto-foto itu dan memasukkan ke dalam tas kerjanya

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


"Ya Tuhan, cobaan apalagi ini?" keluhnya dalam hati sambil mengumpulkan foto-foto itu dan memasukkan ke dalam tas kerjanya.

Dengan wajah tegang, ia keluar dari ruangannya. Rasanya ingin marah, tapi tak tahu harus marah pada siapa. Ini menghancurkan semua rencananya. Semua akan menjadi kacau. Dan Erika, oh tidak. Ini jangan sampai terjadi.

"Lusi, mana amplop yang tadi?"

"Sudah saya serahkan ke sekretaris Pak Irwan, Pak." jawab Lusi penuh semangat.

"Sekarang tolong telpon dan ambil kembali. Segera Lus, saya tunggu di ruangan."

Harris seperti orang bingung. Lusi segera melaksanakan perintah Harris dengan wajah bingung juga. Tumben nih bosnya agak kacau, pikirnya dalam hati.

Harris sulit berpikir jernih. Setelah menerima yang dimintanya dari Lusi, ia putuskan untuk menenangkan diri sejenak.

Lima belas menit kemudian, Harris keluar ruangan menuju ruangan pak Irwan.

Kali ini tanpa janji terlebih dahulu. Bahkan langsung mengetuk pintu tanpa bertanya pada Mia, sekretaris Direktur.

"Pak, maaf tunggu. Anda belum buat janji." ujar Mia sambil berusaha menahan Harris di depan pintu.

"Maaf, Mia. Tapi ini penting. Saya bertanggung jawab jika Pak Irwan memarahimu. Ok!"

"Ba- baik, Pak."

Mia membantu membukakan pintu ruang Direktur.

"Maaf Pak, ini ada Pak Harris ingin segera bertemu Bapak," sambil menunduk karena takut salah.

"Ow, Harris. Tidak apa, silahkan masuk."

Pak Ridwan memang dikenal sebagai atasan yang menjaga jarak dengan bawahannya. Tapi tidak dengan Harris, karena selama ini Harris telah banyak membantunya menyelesaikan permasalahan di perusahaan.

"Ada apa ini? sepertinya ada yang sangat penting," tanya Pak Ridwan.

"Saya tidak mengerti, mengapa saya mendapat ancaman hari ini?"

Harris menjelaskan dengan singkat apa yang di alaminya. Termasuk tentang kiriman paket foto.

"Kamu menuduh saya yang mengancam?"

"Tentu tidak, Pak. Saya hanya bertanya. Apakah pak Irwan tahu tentang hal ini?"

"Harris, saya juga merasa berat dengan hasil rapat kemarin. Saya akan kehilangan kamu, orang yang saya andalkan di perusahaan ini. Tapi perusahaan ini akan tetap running well. Justru di perusahaan baru akan sangat butuh keahlianmu."

Harris bisa percaya bahwa bukan pak Ridwan pelakunya. Tapi siapa yang selama ini sudah memata-matainya? Bahkan saat ia berada di kota-kota yang berbeda.

Ia berada di posisi sulit saat ini. Apa sebenarnya tujuan orang itu memaksanya untuk menerima jabatan itu. Sepertinya sangat paham dengan situasi yang sedang dihadapinya.

Heart BreakerOù les histoires vivent. Découvrez maintenant