12

9 0 0
                                    

Ranti meletekkan tasnya diatas meja kamarnya. Tiba-tiba ia teringat akan ucapan Rey di cafe tadi.
"Hmm.. kenapa gue menolaknya, sih. Padahal sebenarnya itu yang gue harapkan dari dia," Ranti menjatuhkan dirinya di ranjang tempat tidurnya.
"Apa harus, gue ngomong ke dia yang sebanarnya? Tapi, gue udah telanjur nolak dia," gumamnya.
"Aaargggh... Gue ini kenapa sih? Kenapa gue bisa jadi setolol ini buat nolak si rey?"
Cling.. [Ponsel berdering]
Ranti langsung mengambil ponselnya dalam tas. Rani calling.
"Hallo ran, kenapa?"
                          •          •          •
Di sebuah cafe. Ranti dan rani langsung memilih salah satu bangku di cafe. Ya... Rani meminta ranti untuk datang ke cafe tersebut.
"Ada apa? Tumben ajak ketemuan?" Tanya ranti.
"Gue mau tanya sama lo deh,"
"Lo itu sebenarnya suka kan sama rey? Kenapa lo nolak dia?" Tanya rani.
"Soal itu.. jujur gue juga suka sama rey. Tapi saat itu gue kikuk, gue gak tau mesti jawab apa," jawab ranti.
"Kalau begitu lo minta waktu ke rey buat nunggu jawaban lo ranti," rani terlihat frustasi.
"Ya gimana lagi, nasi udh jadi bubur." Kata ranti.
"Malam ini rey akan pergi ke newyork," ucapan rani membuat ranti diam beberapa saat.
"Kenapa? Nyesal?" Ucap rani.
"Sekarang kalo lo bener suka dan sayang sama rey, lo susul rey ke airport sebelum dia pergi," mendengar perkataan sahabatnya ranti langsung pergi meninggalkan cafe tersebut dan langsung pergi menuju airport.
'Semoga gue gak terlambat,' batinnya.
=Bersambung=

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 04, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

nothing is impossibleWhere stories live. Discover now