*6*

13 0 0
                                    

Keesokan harinya. Ranti sudah berdiri di halte bus untuk menunggu Galang menjemputnya, tiba-tiba.
"Lagi nungguin siapa?" Tanya seseorang dari balik jendela mobil.
"Rey, kok masih disini? Bukannya loe, mesti kerja ke cafe?" Ranti balik bertanya.
"Hei... kalo ditanya, di jawab dulu. Baru balik nanya," protes Rey.
"Heh... biasa lagi nungguin, Galang jemput." Jawab Ranti.
"Oh..." Rey ber OH panjang.
"Nah loe sendiri, kenapa kok masih disini? Gak kerja?" Ranti mengulang pertanyaan.
"Terserah gue dong, gue kan adek pemilik cafe," jawab Rey sok belagu.
"Belagu banget, mentang-mentang adik pemilik cafe." Kata Ranti.
"Gitu aja di anggap serius, gue sama kakak gue gantian jaga cafe. Kebetulan kakak gue, mau ambil bagian gue jaga cafe pagi. Gue nanti sore jaga cafe dari sore sampai malam." Rey menjelaskan.
"Ngapain di jaga? Kan udah ada pegawainya?" Tanya Ranti sok polos.
"Aduh, yah mesti di jagalah. Kalo ada apa-apa kan, gampang udah ada managernya." Jawab Rey.
"Oh.. kirain apa," Ranti kembali mencari-cari keberadaan mobil sahabatnya. Siapa tahu ia mudah ada di dekat halte.
"Kayanya teman loe lama, bareng aja sama gue," Rey menawarkan diri untuk mengantar Ranti.
"Gak usah, gue gak mau repotin loe lagi." Tolak Ranti halus.
"Nyantai aja kali, gue juga gak merasa di repotin. Itung-itung amal sama cewek yang lagi patah hati," ucap Rey dengan sedikit mengejek Ranti.
"Apaan sih, nyebelin banget. Oh, gue tahu. Kemaren loe peluk-peluk gue, karna ada kesempatankan?" Sidik Ranti.
"Idih... kemaren gue udah lepas pelukan gue, loe yang malah peluk gue lagi," balas Rey.
"Ya itu kan, gara-gara loe duluan meluk. Kalo loe gak meluk, yah..." Ranti terlihat tersipu malu saat mengingat kejadian kemarin sore saat ia memeluk Rey saat hatinya benar-benar hancur.
"Maaf," kata itu dengan mudahnya keluar dari bibir Rey.
"Gue gak maksud buat ambil kesempatan, buat meluk loe. Tapi karna gue lihat loe, kaya kemaren gue gak tega. Ya.. akhirnya gue datangin loe dan tenangin loe," kata Rey.
"Loe gak salah kok, gk usah di anggap serius omongan gue. Gue cuma canda...." ucapan Ranti terputus karena ada suara klakson mobil yang mengganggu.
"Astaga... Galang, loe bisa kali nyamperin gue baik-baik," protes Ranti.
"Kelamaan, lagian ngapain juga pacaran di halte kaya gini. Kaya gak ada tempat aja, apa perlu gue buatin tempat pacaran buat kalian berdua?" Omel Galang.
"Woles bro... tenang kita berdua gak pacaran kok, cuma ngobrol biasa. Btw Ran, tu jemputan loe udah datang," kata Rey.
"Iya, kaya gue gak bisa lihat aja," kata Ranti sok judes sebelum akhirnya ia masuk dalam mobil yang di bawa Galang.
"Bro gue duluan yak, tenang cewek loe gue jaga," kata Galang sebelum ia kembali menjalankan mobilnya.
"Yoi," sahut Rey santai.
Rey melihat mobil Galang semakin menjauh. Lalu ia pun pergi meninggalkan halte menuju cafe.

nothing is impossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang