Yeonhee langsung mengerti dan menggerutu dalam hati. Keadaan sekarang sebenarnya tak lain karena ulah Raja sialan itu. Menyeimbangkan kekuatan dalam politik mungkin solusi terbaik sebagai pondasi untuk menjaga keluarga kerajaan tetap di atas, tapi kalau pondasi tersebut retak, tidakkah semuanya bisa ikut hancur bersama-sama?

Saat ini ada tiga poros utama kekuatan politik dalam istana. Yang pertama adalah fraksi yang mendukung Putra Mahkota dan mendiang Ratu Park. Yang kedua adalah fraksi yang mendukung Ratu Yun dan Pangeran Bokseong. Meski fraksi yang kedua dinilai sedikit kurang, namun jika keduanya beradu habis-habisan, siapapun pemenangnya tak akan keluar tanpa terluka. Dan dalam keadaan yang kacau itu, siapa yang akan menjadi ancaman terbesar selanjutnya? Tentu saja fraksi ketiga, yang terdiri dari klan yang selama ini memilih netral dan tak ikut campur dalam pertarungan keduanya; salah satunya keluarga Han.

Alasan kenapa keluarga kerajaan membiarkan dan tak menghabisi beberapa klan berpengaruh besar seperti klan bangsawan Han selama ini, bukan karena mereka percaya klan yang cenderung netral tak akan berkhianat. Mereka hanya belum menemukan alasan untuk menekan klan bangsawan tersebut, karena kalau kerajaan melakukannya tanpa alasan, hal tersebut akan memancing rasa tak puas dari bangsawan yang lainnya dan hanya akan membuat mereka kehilangan kepercayaan pada keluarga kerajaan. Langkah itu hanya akan membuat keadaan lebih kacau dan tidak menguntungkan sama sekali.

Akan tetapi, kalau prediksi yang Jihan katakan tadi benar terjadi, maka yang paling terancam adalah klan yang memilih bersikap netral. Setelah kekacauan itu selesai, klan yang tidak ikut campur akan dianggap memiliki kekuatan yang lebih besar dari keluarga kerajaan dan memiliki kemungkinan besar untuk melakukan kudeta. Untuk menghapus dugaan itu, sebagai bentuk kesetiaan, para klan harus mengembalikan sebagian besar pengaruhnya kembali pada kerajaan. Tapi saat ini dilakukan, apa lagi yang tersisa? Kedepannya saat kondisi sudah stabil, keluarga kerajaan akan dengan mudahnya menekan mereka. Namun jika mereka tak menyerahkannya, tindakan itu akan dianggap sebagai pengkhianatan dan kemungkinan terburuk adalah eksekusi seluruh anggota klan. Saat ini terjadi, klan bangsawan yang lain pun tak akan bisa protes.

Artinya, berdiam diri dan menghindar saat ini sama sekali bukanlah pilihan bijak.

Meskipun ikut campur akan memberi mereka resiko yang lebih besar; berhasil atau mati, setidaknya itu lebih baik daripada menunggu akhir buruk yang sudah jelas. Selain itu, dengan mengajukan aliansi lebih awal, Jihan bisa mengajukan syarat tertentu dan bernegosiasi untuk mencegah masalah yang akan menimpa klan di masa depan. Ini memang langkah terbaik yang harus diambil saat ini. Namun ketika membayangkan hal ini dilakukan karena 'terpaksa' atas perbuatan orang lain... Yeonhee merasa sangat jengkel.

Semakin Yeonhee memikirkannya, semakin dirinya merasa tak senang. Wanita itu tersadar  dari lamunan ketika merasakan sentilan Jihan di keningnya.

"Kenapa raut wajahmu begitu? Tenang saja, kondisinya belum seburuk yang kau pikirkan," Jihan paham apa yang Yeonhee pikirkan saat ini dan tersenyum dingin, "suamimu ini bukan orang yang akan membiarkan orang lain tertawa sementara dirinya menangis. Setidaknya kalau kita kesusahan, akan kupastikan orang lain merasakan kesusahan yang sama."

"Lebih baik begitu!" sahut Yeonhee cemberut sembari mengelus keningnya, lalu menyadari sesuatu. "Apa Anda sudah merencanakan apa yang akan dilakukan ke depannya?"

Jihan menggangguk.

"Kalau begitu kenapa Anda masih terlihat ragu-ragu?"

"Aku tidak ragu tapi hanya merasa sedikit ironis. Keluarga Han selama beberapa dekade tak pernah terjun dalam lumpur perebutan takhta. Tak kusangka reputasi bersih itu aku sendiri yang akan merusaknya." Jihan tersenyum miris ketika teringat janjinya dengan sang ayah.

A Bride Without VirtueWhere stories live. Discover now