Hari berlalu dan pagi pun menjelang. Di kediaman bangsawan Jo, para pelayan mulai hilir-mudik melaksanakan tugas masing-masing.
Jo Yeonsik sedang menarik tali kekang kuda saat melihat ayahnya berjalan ke arahnya. Yeonsik menghentikan kegiatannya lalu memberi salam pada sang ayah.
"Yeonsik, apa kau akan pergi menjemput Yeonhee?"
"Ya, Abeoji," Yeonsik mengangguk. Besok keluarga mereka akan melakukan upacara peringatan leluhur keluarga Jo. Seryung sudah mengatakan pada Yeonhee kalau Yeonsik akan menjemputnya sehari sebelumnya yaitu hari ini, dan istrinya sudah bilang kalau Yeonhee menyetujui ide itu.
Lelaki paruh baya itu tak membalas. Ia hanya mengangguk-angguk dan mengelus janggutnya. Melihat itu Yeonsik mengerutkan keningnya.
"Apa ada sesuatu yang Abeoji khawatirkan?" Yeonsik bertanya, "Seryung sudah menyuruh pelayan untuk menyiapkan semuanya. Yeonhee tak akan kekurangan apapun nanti selama di sini."
Kepala keluarga Jo menggeleng. Ia menghela napas lalu tersenyum lemah, "Aku hanya berpikir, akan lebih baik kalau Yeonhee menikah dengan salah satu putra kerabat kita saja."
Yeonsik langsung memasang wajah paham. Ia mengerti maksud sang ayah. Keluarga mereka dari awal bukanlah keluarga literal dan tak pernah mau melibatkan diri dengan politik. Kalau bukan karena dekrit dari Raja, mungkin Yeonhee belum menikah saat ini. Saat menerima dekrit itu, sang ayah selalu menyesal tidak menjodohkan Yeonhee lebih awal. Kalau Yeonhee menikah dengan salah satu kerabat mereka, setidaknya mereka bisa memastikan Yeonhee tak akan menderita dan menjalani kehidupan rumah tangga yang sulit.
Yeonsik tahu bagaiamana temperamen adiknya. Dia bukan orang yang akan mendengarkan pendapat orang lain dan pembawaannya suka malas. Dekrit kerajaan memutuskan Yeonhee untuk menikah dengan Perdana Menteri Han. Di seluruh penjuru Hanyang, siapa yang tidak mengenal reputasi lelaki itu? Banyak orang yang ingin menjalin hubungan baik dengannya dan sebagai istrinya sudah pasti Yeonhee akan terseret dalam hal itu.
Sementara Yeonsik tahu, kehidupan seperti itu adalah hal yang paling tak diinginkan oleh Yeonhee. Yeonsik takut kalau sifat Yeonhee akan menyinggung suaminya. Kalau sampai itu terjadi, kehidupan Yeonhee di kediaman Perdana Menteri Han akan sangat sulit.
Apalagi kemarin terdengar berita yang sangat tidak menyenangkan soal Yeonhee yang bersiteru dengan istri Asisten Menteri Hong. Tiap kali teringat hal itu Yeonsik merasa ingin meledak karena marah. Keluarga mereka langsung memutuskan tak akan menjalin hubungan apapun dengan keluarga Hong ke depannya. Kalau bukan teringat hari ini ia akan menjemput adiknya, mungkin kemarin ia sudah langsung pergi ke kediaman Perdana Menteri Han untuk melihat keadaan Yeonhee.
"Abeoji tidak perlu khawatir. Perdana Menteri Han terkenal sebagai pribadi yang baik dan reputasinya sangat bagus selama ini. Yeonhee tak akan kesulitan bersamanya," ujar Yeonsik menenangkan, "selain itu, Yeonhee adalah anak yang cerdas. Ia pasti bisa menyesuaikan diri dengan baik."
Meskipun Yeonsik setengah meragukan kalimatnya sendiri, ia tidak mau menambah kekhawatiran ayahnya. Lagipula, Seryung sudah menceritakan keadaan Yeonhee padanya waktu mengunjunginya di kediaman Perdana Menteri beberapa waktu lalu dan sepertinya Yeonhee diperlakukan dengan baik di sana. Setidaknya rasa khawatirnya bisa sedikit berkurang.
Tuan Jo melirik putranya. Ia mengerti apa yang Yeonsik pikirkan kini. Putranya pasti berusaha menghiburnya. Tapi kepala keluarga Jo itu mengerti lebih dari siapapun bahwa hal yang didengar seringkali salah daripada hal yang dilihat. Kalau memang Perdana Menteri Han sesimpel dan sebaik kelihatannya, ia tak akan mendapatkan jabatan di pemerintahan setinggi itu di usianya yang masih sangat muda.
YOU ARE READING
A Bride Without Virtue
Historical FictionKarena dekrit dari Raja mereka berdua terikat dalam pernikahan. Bagi Yeonhee, yang terpenting adalah menikmati hidupnya dengan santai. Karena itu, ketika di malam pernikahan mereka suaminya berkata, "Aku bisa memberikanmu semua yang kau ingink...
