Jo segera mengambil ponsel dari saku celananya. Setelah beberapa saat sibuk menggeser layar ponselnya, Jo segera memperlihatkan layarnya pada Ray.

"Gue punya bukti."

Ray terkejut melihat layar ponsel Jo. Fotonya malam tadi dengan seorang cewek. Oke, wajah si cewek memang tidak terlihat, tapi wajahnya terlihat sangat jelas. Ray sedang tersenyum sambil menyuapi sesendok es krim.

Jo tertawa, "Liat ekspresi lo barusan, gue jadi semakin yakin sama asumsi gue. Gue tanya sekali lagi, lo selingkuh kan dari Qian?"

Ray tidak menjawab, ia tidak tahu harus menjawab apa. Lalu karena tidak lagi fokus dengan keberadaan Jo, Ray tiba-tiba merasa rahangnya dihantam benda keras. Jo baru saja menghadiahinya dengan tinju.

"Jawab, Brengsek!" ucap Jo dengan volume suara yang lebih keras. Ray memegangi rahangnya yang terasa berdenyut, lalu menatap Jo yang terlihat sangat marah.

"Asal lo tahu ya, gue ngebiarin lo sama Qian karena bagi gue kebahagiaan Qian itu yang terpenting. Gue pikir, Qian bakal bahagia sama lo karena dia memang bener-bener suka sama lo. Tapi gue salah. Lo jauh lebih brengsek dari yang gue kira. Wajah lo ini cuma topeng ya? Lo pura-pura baik, pura-pura lugu, tapi ternyata hati lo itu busuk! Bangsat!"

Jo meraih kerah seragam Ray, "Gue kasih lo waktu sampai besok. Putusin Qian, dan jangan sampai dia tahu lo selingkuh. Kalau sampai besok lo masih belum putus, urusan lo sama gue!" Jo mendorong Ray kuat-kuat, membuat cowok itu terhuyung dan jatuh ke tanah.

Jo menatap Ray dengan tatapan mengancam, sebelum akhirnya pergi meninggalkan cowok itu sendiri di sana.

👣👣👣

Qian bertopang dagu di mejanya dengan hati kesal. Pesan dan teleponnya sama sekali tidak digubris oleh Ray. Bahkan, tadi Qian sempat ke kelas cowok itu, tapi Ray tidak ada. Padahal Qian harus meminta penjelasan pada Ray. Ke mana dan dengan siapa cowok itu pergi tadi malam.

Kalau itu memang benar Ray, berarti Qian diduakan?

Ugh!

Qian memegangi dadanya yang terasa nyeri. Beginikah rasanya sakit karena diduakan? Ini terlalu sakit. Padahal ia sendiri belum memastikan apakah Ray benar-benar selingkuh seperti dugaannya.

Hari ini Uta tidak masuk, Qian jadi bingung harus mencurahkan isi hatinya pada siapa. Qian menatap sekilas tempat duduk Jo. Rasanya ingin menceritakan semuanya pada Jo. Tapi bagaimana nanti jika Qian malah merasa bersalah?

Suara langkah kaki dari arah pintu kelas membuat Qian dengan cepat menoleh. Jo datang dengan satu susu Nesiamilk kesukaan Qian.

"Ini buat lo. Jangan ngelamun terus ntar kesambet. Kalau lagi luang kayak gini mending baca-baca buku Biologi buat olimpiade. Biar bermanfaat," ucap Jo setelah meletakan susu Nesiamilk di meja Qian.

Qian tidak menjawab, ia hanya menatap Jo yang langsung berjalan menuju mejanya tanpa menunggu jawaban dari Qian.

"Thanks, Jo."

"Santai aja," jawab Jo tanpa menoleh.

"Jo, nanti pulang sekolah temenin gue jenguk Uta ya?"

Jo berpikir sebentar, lalu segera mengangguk. "Tapi emang lo nggak ada janji sama orang lain?" tanya Jo.

"Ya masa gue ada janji sama orang lain terus ngajakin lo jenguk Uta," jawab Qian sebal.

"Oh, oke," jawab Jo singkat, lalu ia segera mengambil buku Biologi dari dalam tasnya.

Ada apa dengan Jo? Cuma perasaan Qian saja atau bagaimana? Tapi Jo terlihat berbeda. Sejak tadi malam, Jo terlihat seperti sedang menahan amarahnya.

"Jo ...."

"Hm?" jawab Jo masih sambil membaca buku Biologinya.

"Lo ... nggak apa-apa?" tanya Qian.

Jo mengernyitkan dahi dan menoleh ke arah Qian, "Maksud lo?"

"Lo lagi ada masalah sama Papa? Atau gue ada bikin salah sama lo?" tanya Qian lagi.

"Gue baik-baik aja kok," jawab Jo singkat.

Qian terdiam sebentar, "Dulu lo selalu curhat tentang semua masalah lo ke gue. Tapi sekarang, lo terasa jauh, Jo. Semua lo simpen sendiri. Gue jadi bingung, nggak tahu lo lagi sedih atau lagi marah. Nggak ngerti lo lagi seneng atau bad mood. Gue ...."

"Harusnya gue kan yang ngomong gitu, Qi?" Dengan cepat Jo menyela. Ia menutup buku Biologinya dan meletakannya begitu saja di atas meja. "Lo emang udah inget semuanya, tapi lo nggak ada lagi buat gue. Lo ... tetap bukan Qiandra gue yang dulu." Lalu Jo bergegas bangkit dari tempat duduknya dan melangkah cepat keluar dari kelas.

Qian ikut berdiri, ia ingin menyusul Jo. Namun, akhirnya ia urungkan karena Qian tahu, yang Jo butuhkan saat ini adalah menyendiri. Qian menghela napas panjang, lalu kembali duduk.

Ternyata bener dia lagi marah. Tapi kenapa? tanya Qian dalam hati.

👣👣👣

Maaf lagi-lagi telat update 😭
Kalau sebel, boleh kok akunya disleding. Aku juga kadang sebel sama aku sendiri. Jarang banget punya waktu buat nulis. Huweee 😭

Tapi, yang penting update kan? Walaupun part ini pendek. Nggak sepanjang biasanya. Gara-gara itu tadi sempat terbersit hari ini nggak update KARMA 😐
But no. Aku harus tetep update! 💪

Sekali lagi maaf yaaaa...
Tetep jangan lupa vote dan komen setelah baca.

Thanks for reading.
See ya next week!

15 April 2018

Sari Nirmala


Republish 31 Januari 2020.

KARMA [Completed]Where stories live. Discover now