DUA PULUH ENAM

721 54 48
                                    

"Loh, itu kan Ray. Sama ... siapa?" gumam Qian dengan jantung yang berdegup tak karuan.

Ray terlihat sedang tertawa dengan seorang cewek yang duduk berhadapan dengan Ray. Kenapa mereka terlihat mesra? Ray bahkan beberapa kali menyuapi es krim kepada cewek itu dan mengusap puncak kepalanya.

Tiba-tiba hati Qian terasa sakit, pemandangan macam apa ini? Dengan tergesa, Qian berjalan mendekati Ray. Namun, belum sampai berapa jauh kakinya melangkah, Qian merasa tangannya ditahan oleh seseorang. Hal tersebut refleks membuat Qian berhenti melangkah dan menoleh.

"Lo lama banget sih ke toilet. Udah malem nih. Pulang yuk!" Jo berusaha menarik Qian menuju pintu keluar.

Qian berusaha melepas genggaman tangan Jo. "Iya, pulang. Tapi bentar dulu. Itu gue liat ...."

"Liat apa? Udah, besok aja liatnya. Ini udah malem, lo mesti pulang." Jo mempererat genggamannya, tetap memaksa Qian mengikutinya.

"I-iya, tapi ...."

Qian menatap Jo sebentar, raut wajahnya berubah tegas. Bukan, mungkin lebih tepatnya marah. Tapi, masa iya karena Qian tidak mau pulang Jo jadi marah? Akhirnya, Qian hanya bisa menuruti Jo. Menelan rasa penasarannya terhadap sosok cewek yang sedang bersama Ray barusan.

Ray ... Bukannya kemarin cowok itu bilang butuh istirahat? Makanya dia tidak bisa menemani Qian ke toko buku. Tapi kenapa malah ada di luar rumah dan bersama cewek lain? Mungkin tadi bukan Ray?

Jo menghela napas melihat raut wajah sedih Qian. Jo menatap sekilas meja tempat Ray dan seseorang duduk. Meyakinkan penglihatannya tidak salah.

Brengsek! Itu tadi bener Ray kan? Sial! maki Jo dalam hati.

Tanpa Qian ketahui, Jo sengaja mencegah Qian menemui cowok itu. Ia tidak mau Qian bersedih karena cowok brengsek yang sekarang sedang berstatus sebagai pacar Qian itu ternyata tidak sebaik yang ia kira. Sangat jauh berbeda dengan muka polosnya.

👣👣👣

Satu pesan masuk saat Ray baru saja hendak keluar kelas. Bel istirahat baru saja berbunyi beberapa saat lalu.

083455xxx: Temuin gue di gudang belakang sekolah sekarang. Jo.

Seketika Ray mengerutkan dahinya. Jo? Ada urusan apa cowok itu dengannya? Dan lagi, dari mana dia tahu nomornya? Gudang belakang sekolah itu setahu Ray sudah tidak terpakai. Tempat yang jauh dari keramaian.

Namun, dengan cepat Ray menuju tempat yang dimaksud Jo untuk bertemu. Selain penasaran, ia juga tidak mau dikira takut menemui seorang Jo.

Sesampainya di gudang belakang sekolah, Ray langsung bisa menemui Jo yang sedang berdiri membelakanginya dengan tangan terlipat di depan dada.

"Ngapain lo mau ketemu gue di sini?" tanya Ray.

Mendengar pertanyaan tersebut, membuat Jo cepat-cepat membalikan badan. Ia maju beberapa langkah untuk mengikis jaraknya dengan Ray.

"Lo kemaren ke mana?" tanya Jo.

Ray tersenyum miring, "Maksud lo nanya gitu apa?"

"Lo selingkuhin Qian kan?" tanya Jo lagi.

Sontak pertanyaan Jo barusan membuat raut wajah Ray berubah panik dan terkejut. Namun dengan cepat ia segera tertawa.

"Jo, gue tahu lo suka sama Qian. Tapi nuduh gue selingkuh kayak gini adalah cara yang kotor."

"Nuduh? Lo bilang gue nuduh?" Jo tertawa hambar. "Gue kemarin liat lo mesra-mesraan sama cewek lain di kedai es krim."

"Nggak usah ngomong deh kalau nggak punya bukti."

KARMA [Completed]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora