Jam menunujukkan pukul 07:50, suasana SMA Welton nampak sepi. Semua siswa sibuk dengan kegiatan belajar mengajar dalam kelas mereka masing-masing termasuk kelas XI MIPA 1.
Suasana kelas yang tadinya sepi karena semua siswa sedang sibuk mengerjakan tugas fisika kini berubah 180 derajat hanya karena satu teriakan dari seorang siswi yang duduk di bangku nomor dua paling depan dekat pintu kelas.
"WHAT! ARGA MUTUSIN CEWEK LAGI!"
Semua siswa nampak menggerutu dalam hati, konsentrasi mereka dalam mengerjakan soal terganggu sudah.
"Di, bisa nggak sih volume suara lo dikecilin. Gue jadi nggak bisa konsentrasi buat jawab soal, nanti pak Buhman keburu masuk. Mampus gue kalo belum selesai kerjain soal tersulit sedunia yang dia kasih," omel gadis dengan rambut bergelombang sepinggang disamping Audi. Gadis cantik itu terlihat mengerucutkan bibirnya seakan memperlihatkan bahwa ia sangat tak suka dengan apa yang sudah dilakukan oleh gadis yang duduk di belakangnya itu. Audi hanya bisa menyengir tak jelas sembari membentuk tangannya seperti huruf "V" sebagai tanda permintaan maaf.
Mita hanya bisa menghela nafas sambil geleng-geleng kepala dengan tingkah sahabatnya yang satu ini. Jika saja tugasnya sudah selesai, ia sudah pasti menceramahi Audi habis-habisan.
"Gue nggak nyangka sumpah, gimana mungkin Arga bisa pacaran sama 10 cewek dalam waktu semingu. Seminggu aja ada tujuh hari, kuat amat tuh cowok" oceh Audi masih dengan melihat layar ponselnya. Gadis itu bahkan tak perduli jika sekarang gadis yang tadi sempat mengomel padanya kini kembali memasang ancang-ancang untuk melakukan ruqiah dadakan.
"Ya ampun Audi, sekali napa lo diem. Gue nggak konsen gara-gara lo tahu," dumel Mita. Audi mengerutkan keningnya, "Emang gue ngomongnya kenceng? Perasaan enggak kok. Buktinya Key aja nggak keganggu, lo aja tuh yang terlalu peka. Pantes aja cowok lo terus aja gagal buat surprise, orang lo sendiri jadi cewek peka amat kalo cowok lo lagi boong."
Mita menggeram kesal, "Lo bisa nggak jangan bawa cowok gue kalo lagi debat masalah ginian!"
"Ya serah-serah gue dong, mulut-mulut gue. Apa masalah lo pake sewot segala," balas Audi tak mau kalah. Mita memberikan tatapan paling mematikan yang ia punya, tangannya sudah mengepal kuat. Tinggal ia ayunkan dan arahkan pada sosok di depannya maka sudah pasti Audi masuk UKS hari ini, tapi nyatanya tidak. Bukan karena Mita tak mau dan mengurungkan niatnya tapi karena ada sebuah suara yang membuatnya berhenti.
"Kalian bisa diem!"
Mita melirik kearah sang pemilik suara tadi. Seorang gadis yang dari tadi sibuk menjawab soal itu akhirnya buka suara. "Key, itu Audi-"
"Gue nggak butuh alasan."Mita bungkam, gadis itu kembali pada posisinya tadi. Menghindari kontak langsung dengan sosok yang duduk di belakangnya dan sibuk mengerjakan soal fisika.
"Lo emang ter-the-best lah Key," ungkap Audi sambil memberikan senyuman terbaiknya serta mengarahkan jempolnya kepada gadis berkuncir kuda yang duduk tepat di depannya itu.
Key adalah panggilan untuk Cassandra Keylanda Putri. Ia lebih suka nama itu karena menurutnya lebih mudah di sebut daripada Cassandra atau Cassy yang kadang salah dieja oleh teman-temannya. Key tentu tak menyukai hal itu karena baginya nama adalah identitas diri dan harga diri seseorang yang tidak boleh salah sebut.
Gadis itu hanya menatap Audi datar sebelum akhirnya berpaling tanpa sepatah katapun. Audi yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa mengangguk-angguk sambil mengelus dadanya berusaha sabar. Key memang seperti itu, dingin dan irit bicara. Jadi maklum jika responnya seperti mengajak robot abal-abal berkomunikasi.
Tett Tett
Bel istirahat berbunyi pertanda bahwa waktu mengerjakan soal telah habis. Semua siswa kelas XI MIPA 1 nampak gaduh. Sebentar lagi pak Buhman akan masuk dan meminta kertas jawaban fisika dari semua siswa sedangkan sampai sekarang masih banyak siswa yang belum menyelesaikan satu soalpun bahkan ada yang sampai tidak mengerjakannya sama sekali saking sulitnya. Namun hal ini tak berlaku untuk seorang siswi yang kini dengan santainya meletakkan lembar jawabannya di meja guru.
"Key, lo udah jadi?" tanya Mita yang kini tengah berlari tergopoh-gopoh ke arah Key. Gadis yang ditanya hanya mengangguk kecil sebagai jawaban. "Sekarang lo mau kemana?" Mita kembali bertanya.
"Pake nggak tau aja Ta. Key pasti bakalan ke perpus lagi kayak biasa," ucap seseorang yang baru saja datang. Dia adalah Audy, ternyata gadis itu berhasil mengerjakan soal fisika sampai selesai walaupun dengan bermodalkan contekan.
Key mengangguk membenarkan. "Gue emang mau ke perpus," ucapnya. "Mau ikut?" tambahnya lagi.
Baik Audy maupun Mita hanya menggeleng. Kedua cewek itu memang tidak terlalu suka dengan perpustakaan jadi maklum saja ketika ditanya mau pergi ke tempat itu mereka langusng menggeleng cepat. "Em, enggak deh Key. Gue sama Audi ke kantin aja. Cacing-cacing di perut gue dari tadi minta jatah mulu," alibi Mita.
Key hanya mengangguk sebelum akhirnya gadis itu pergi tanpa sepatah kata pun dengan membawa beberapa buku yang ia ambil dari dalam tasnya. Mita dan Audy langsung mengerti dengan sikap Key yang seperti itu, cewek itu memang tipe orang yang irit bicara tingkat tinggi. Sekalinya bicara langsung membuat orang-orang di sekelilingnya kesulitan bernafas. Contohnya seperti Audy tadi.
Di tengah perjalanannya, suatu peristiwa terjadi. Saat tengah berjalan di koridor sekolah, tiba-tiba saja tubuh Key tersungkur ke lantai dan membuat semua buku yang ia bawa pun mengalami nasib yang sama.
Gadis itu mengangkat wajahnya dan mendongak untuk mencari tahu siapa pelaku yang sudah menabraknya tadi. Mata hazelnya kemudian menyatu dengan mata cokelat seorang cowok yang kini tengah berdiri tegap di depannya seakan tak ada keinginan untuk membantunya sama sekali.
Dengan susah payah Key pun mengangkat tubuhnya sendiri, gadis itu membereskan buku-bukunya yang jatuh sebelum akhirnya ia berdiri dan menyamakan posisinya dengan cowok tadi.
"Maaf" Key mengatakan satu kata itu dengan selirih mungkin. Usai mengatakan hal itu, ia langsung pergi meninggalkan tempat. Cowok yang tadi menabrak Key justru seakan tak ada niat untuk meminta maaf sama sekali tapi satu hal yang pasti, cowok itu terus menatap Key hingga tubuh gadis itu semakin kecil dan akhirnya menghilang di balik dinding.
"Mata lo bagus." Cowok itu tersenyum kemudian ia pun pergi.
Bersambung
Jangan lupa buat kasih vote dan komen-nya ya biar author tambah semangat😁
REVISI DONE
ESTÁS LEYENDO
My Styrofoam Bad Boy
Novela JuvenilKetika kenangan masa lalu kembali datang satu persatu, luka lama yang sudah mengering kini kembali basah oleh air mata. Seorang cowok yang terlihat kuat di luar namun sangat rapuh di dalam. Ia butuh seseorang untuk membantunya keluar dari semua ini...
