Day 11: Lin Yanjun

563 81 37
                                    

MAKASIH UNTUK 1K++ VIEWS NYA ❤❤❤


Lima belas menit telah berlalu dalam keheningan. Kamu dan Lin Yanjun duduk berhadap-hadapan, kepala tertunduk, tak ada satu pun dari kalian yang berniat untuk membuka suara.
Membiarkan musik pelan yang mengalun di kafe sepi itu mengisi kebisuan kalian.

Bukan karena tak ada hal yang ingin dikatakan. Lebih tepatnya, terlalu banyak hal yang ingin dikatakan. Terlalu banyak hal yang berkecamuk dalam pikiranmu, yang melintas di benakmu, yang ingin kamu sampaikan, tetapi kamu sendiri sampai bingung harus memulai dari mana. Saking banyaknya.

Dan kamu yakin Yanjun juga merasakan hal yang sama.

Itu sebabnya daritadi kalian hanya membisu, sibuk berkutat dengan pikiran masing-masing.



Hingga akhirnya kamu mengangkat kepala, memberanikan diri menatap iris gelapnya. Kamu memutuskan untuk menjadi pihak pertama yang memecahkan kesunyian menyesakkan tersebut.


“Selamat, Lin Yanjun … “ ucapmu, diiringi dengan seulas senyum yang benar-benar diusahakan. “Gue nonton episode final acara lo kemaren. Selamat, karena lo berhasil masuk line up debut ….”


Tak sesuai dengan yang seharusnya, Yanjun tetap menunduk. Raut wajahnya sendu.

“Maaf … “ lirihnya.


Kamu berusaha untuk tetap menjaga senyummu. “Untuk apa?” tanyamu balik, meski kamu sudah menebak arah pembicaraannya.

“Ini nggak sesuai dengan perkiraan gue. Seharusnya gue nggak usah masuk line up debut. Karena kalau gue debut berarti—”

Kamu menghela napas keras, membuat Yanjun seakan mengerti maksudmu dan menghentikan kata-katanya. Kepalamu kembali tertunduk.
Kamu sudah bisa menebak arah pembicaraan Yanjun.

“Jangan meminta maaf … “ ujarmu setelah terdiam untuk menahan gelombang emosi selama beberapa saat.
“Bukankah ini adalah suatu hal yang lo impi-impikan? Berhasil debut, menari dan menyanyi di atas panggung di bawah lampu sorot…. Dan sesuai perjanjian kita, bukan hanya impian lo yang tercapai, tapi juga impian gue untuk melanjutkan sekolah musik ke luar negeri.”


“Lalu, gimana dengan hubungan kita?” Yanjun bertanya balik.
Terselip rasa pilu dalam nada bicaranya.



Kamu kembali menundukkan kepala. Kali ini tak mampu lagi menjaga senyum getir yang terulas di labiummu. Topik inilah yang kamu hindari sejak tadi, sebisa mungkin kamu sangkal dengan berpura-pura bahagia atas debutnya Yanjun.

Padahal, jauh di dasar hatimu, kamu merasa gamang. Hatimu mencelos karena tahu sebentar lagi kamu harus melepas salah seorang yang amat kamu sayangi.



Sesuai perjanjian yang kalian buat beberapa waktu yang lalu, jika Yanjun berhasil debut di acara survival idola yang diikutinya, kamu pun akan melanjutkan kuliah musik ke luar negeri. Kalian sepakat untuk mengakhiri hubungan, demi kebaikan bersama. Baik Yanjun dengan kehidupan idola serta ratusan bahkan ribuan penggemar, maupun kamu yang ingin fokus dalam meraih gelar.



Tetapi, nyatanya semua tidaklah semudah yang diperkirakan. Meski sudah dipersiapkan sebelumnya, rasa sakit itu tetap saja tidak bisa ditolak.


Kamu menarik napas dalam, menghembuskannya perlahan, lantas kembali menegakkan kepala. Kamu tatap dwimaniknya tersebut seraya kembali berusaha mengukir senyum.

"Tidak apa-apa. Semuanya akan berjalan sesuai perjanjian kita,” balasmu dengan suara bergetar.

Yanjun hanya menatapmu lurus-lurus.

20 Days 🔹 Idol ProducerNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ