Day 4: Justin

574 103 31
                                    

Hari ini pangeran kecilmu berulang tahun. Dia telah menginjak umur enam belas. Oh, mungkin kamu harus berhenti memanggilnya pangeran kecil sekarang. Dia sudah bertumbuh menjadi seorang pangeran yang sesungguhnya.

Usia enam belas, cukup untuk dibilang dewasa. Bocah kecil yang dulu kerap meminta dibelikan permen kini telah bertumbuh menjadi seorang lelaki yang berparas menawan. Tampan, bahkan mampu memikat hati banyak wanita.

Terbukti, beberapa bulan terakhir kamulah yang bertugas untuk menjawab telepon rumah yang berdering; telepon-telepon dari para gadis yang mencarinya.




Dulu tingginya tak lebih dari dadamu, dan tahu-tahu sekarang menjulang bahkan mengalahkan tinggimu.




Bukan hanya bicara soal fisik, hal yang lebih membuatmu bangga pada Justin Huang si adik kecilmu itu adalah bagaimana pola pikirnya yang semakin hari semakin dewasa. Tak hanya bertumbuh secara usia, tetapi ia telah berkembang menjadi pemuda berpikiran luas. Kamu mendapati dirimu sendiri bangga ketika mendengarnya menyampaikan pendapat-pendapat, tetapi di sisi lain ia mau mendengarkan masukan dari orang lain, mempertimbangkannya, dan biasanya sebuah keputusan yang ia ambil adalah keputusan yang bijak.



Meski masih terselip perasaan tidak rela, mau tidak mau kamu dihadapkan pada fakta bahwa Justin sudah besar. Ia bukan lagi bocah kecil yang harus kamu lindungi. Justru, bukan sekali dua kali dialah yang malah melindungi dirimu.

Dan perlahan, kamu harus melepasnya.




Di hari bahagianya, kamu malah terbaring lemah di rumah sakit. Ditemani dengan berbagai peralatan medis yang sengaja dipasang hanya untuk menopang hidupmu. Hari demi hari kamu lalui dengan penuh tanda tanya, akankah kamu bertahan hari ini ataukah hidupmu harus berakhir. Setiap rasa kantuk datang, kamu selalu dihantui rasa takut, jangan-jangan begitu kamu tidur, kamu tak akan terbangun lagi.



Kanker liver yang kamu derita telah menggerogoti baik fisik maupun batinmu. Kamu bahkan sudah tidak punya alasan hidup, selain senyuman cerah Justin. Ya, kurva merekah di labiumnya itu bagaikan vitamin bagi dirimu yang memang sudah rapuh ini.



Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, kamu mencoba meraih ponsel di atas nakas. Hendak menghubungi pangeran kecilmu itu. Sedang apa ya dia sekarang?



Hanya butuh kurun waktu tiga detik dan Justin sudah mengangkat teleponmu. "Ah, Jie-a!" sapanya riang.

Senyummu otomatis merekah. Ah, betapa kamu merindukan suara itu.



"Selamat ulang tahun ... " lirihmu lemah.



Di seberang sana Justin tertawa kecil. "Bagaimana kabarmu, Jie?"

Kamu hanya bisa menghela napas. "Sama seperti hari-hari sebelumnya ...."



Yah, kamu tidak punya pilihan jawaban lain, kan?



"Jiea, hari ini adalah jadwal operasimu, kan?" Pangeran kecil itu bertanya.

Kamu kembali tersenyum. "Ah, iya ...."



Setelah menunggu dalam ketidakpastian untuk kurang lebih empat bulan, akhirnya penantianmu akan sebuah donor hati berakhir. Sebuah donor yang cocok untukmu telah didapatkan. Operasi besar telah dijadwalkan. Katanya, setelah ini hidup sengsaramu akan berakhir.

Kamu telah menunggu lama akan tibanya hari ini. Kamu dan seisi keluargamu, termasuk Justin.

Bahkan pangeran kecilmu itu pernah mengatakan bahwa hadiah yang sangat ia dambakan untuk ulang tahunnya adalah kesembuhan kakaknya serta kepulangannya kembali ke rumah.

"Jangan takut," ucap Justin. Suaranya terdengar lembut dan menenangkanmu. "Aku tahu Jiejie bisa melewatinya. Kembalilah dengan selamat. Pulanglah ke rumah. Aku merindukanmu ...."

Mendengar suara Justin membuat kekhawatiranmu menguap setengah. Justin Huang selalu bisa menguatkanmu.



"Justin, kau mau Jiejie belikan apa sebagai hadiah ulang tahun?" tanyamu kembali.




"Kepulanganmu, Jie-a. Itu sudah cukup untukku."


.・。.・゜✭・.・✫・゜・。.


Lima belas jam telah berlalu. Donor hati telah terpasang dengan baik di tubuhmu, sementara hatimu yang asli yang rusak sudah diangkat.

Sekarang tinggal menunggu bagaimana tubuhmu merespon terhadap donor hati tersebut.



Semua orang terlalu cepat untuk merasa lega.



Sampai hal yang terburuk pun terjadi.



Tubuhmu menolak donor hati tersebut.




Kamu mengingkari janjimu. Kamu tidak bisa pulang ke rumah. Bahkan, kamu tidak bisa membuka matamu lagi untuk selama-lamanya.





Maaf, Justin. Kakak tidak bisa memberi hadiah yang kau inginkan...





/kenapa aku malah nulis sedih-sedih gini/

20 Days 🔹 Idol ProducerKde žijí příběhy. Začni objevovat