Day 2: Chen Linong

726 119 13
                                    

Drrrrt drrrrt drrrrrt



Di tengah membosankannya penjelasan dosen di kelas, kamu iseng melihat ponselmu yang bergetar. Kedua sudut bibirmu otomatis terangkat begitu melihat nama pengirim pesan singkat yang muncul di layar.



NongNong⭐
Jiejie, lg dmn?



Jemarimu langsung bergerak untuk membalas pesannya.



You
Msh di kls...

You
Tunggu bntr yha~


NongNong⭐
Keiii jie^^



Akhirnya, kelas yang menjemukan itu berakhir. Kamu cepat-cepat membereskan barang-barangmu, juga memastikan bahwa beberapa buku bawaanmu masih aman. Kamu bangkit berdiri, menyampirkan tas ransel ungumu di punggung, lalu memeluk beberapa buku modul yang kamu bawa itu.

Dengan langkah ringan dan senyum terukir kamu bergegas menuju tempat dimana Linong telah menunggu.

Kantin kampus. Sesuai perjanjian kalian kemarin malam.



Linong menyambutmu dengan senyum lebarnya, serta sebuah lambaian tangan ramah. Kamu tertawa kecil seraya melanjutkan langkah menghampiri tempat duduknya.

"Hai, nongnong... Sorry. Udah lama nunggu ya?" katamu.

Linong menggelengkan kepala. "Nggak terlalu lama. Linong juga baru keluar dari lab."

"Sorry, tadi dosenku agak telat keluarnya."

"Nggak papa loh, Jie...."




Kamu menyodorkan buku modul kuliah yang sejak tadi kamu peluk. Ya, semua buku itu sengaja kamu bawa untuk diberikan pada Linong.

"Oh ya, ini, modul yang kamu minta. Mikro sama farmako, kan?"

Nongnong menatap buku-bukumu dengan mata berbinar. "Waaaaa... Thanks banget, Jie!"

Kamu pun tersenyum. "Iya... Sorry mungkin agak bingung bacanya, aku suka nyoret-nyoret buku soalnya kalau belajar. Bikin catatan-catatan kecil gitu di pinggir..."

"Nggak apa, Jie.. Malah aku seneng banget, jadi udah bisa belajar duluan dari temen-temenku karena catetan catetan jiejie..."



Hubunganmu dengan Chen Linong sebenarnya hanya sebatas senior dan junior di kampus. Kebetulan, kamu ditetapkan sebagai kakak bukunya. Linong sering meminjam beberapa bukumu, baik modul atau buku referensi. Kadang juga bertanya tentang pelajaran, laboratorium, serta sistem ujian.

Seharusnya, hubungan kalian hanya sebatas demikian. Tetapi acapkali Linong membuat interaksi kalian menjadi lebih manis dan lebih berkesan, oleh karena semua tingkahnya.

Hingga di titik tanpa sadar kamu kerap merindukan momen kebersamaan dengannya.



"Jie, capek kan? Nih, Linong udah beliin es jeruk..."

Seperti ini.

Tanpa pikir panjang, kamu pun mulai menyeruput es jeruk tersebut. Rasa segar mulai menuruni kerongkonganmu, juga rasa manis mendominasi lidahmu.

"Thanks loh, Linong..."

"Apa sih yang nggak buat Jiejie?" balas Linong masih dengan senyuman imutnya. "Toh jiejie juga udah ngasih banyak buku-buku buat aku..."



Linong mungkin memang adik kelasmu, tetapi terkadang sikapnya justru lebih dewasa darimu. Ia bisa mengayomi, bersikap dewasa dalam menanggapi ceritamu, juga memberi semangat padamu.

Satu sisi kamu merasa mendapat adik laki-laki, di sisi lain rasanya seperti mempunyai seorang abang.

"Oke deh Linong, kakak pulang dulu ya...." katamu akhirnya. "Belajar baik-baik ya... Kalau ada apa-apa, tanya aja ke kakak. Nanti pasti kakak jelasin deh...."

"Kakak juga kalau ada apa-apa cerita ke Linong ya...." balasnya ceria.




Ya Tuhan, ingin rasanya kamu memeluk pemuda itu sekarang.

20 Days 🔹 Idol ProducerWhere stories live. Discover now