Part 24

1.5K 102 1
                                    

Oktaviandri

“Fer, bangun. Udah jam setengah 3 pagi. Nggak usah mandi, langsung ke mesjid aja ya.”

“Iya, Sayang. Tapi mataku masih ngantuk. Peluk dulu.”

“Duh, sejak kapan lo bisa semanja ini sih, Fer?”

“Bentar aja, Sayang.”

“Iya,” Ucap gue sambil memeluk badannya Ferdi dari belakang.

“Udah ya. Cepet bangun dan ambil air wudhu.”

“Iya Andri sayang.”

Ferdi pun bangkit dari kasur menuju kamar mandi. Sekarang gue harus bangunin Hendra yang masih sangat terlelap.

“Hen, bangun ya.”

“Aku masih pengen tidur, A.”

“Hen… cepet bangun, ntar keburu subuh loh.”

Atuh A,” ucap Hendra sambil menutup tubuhnya dengan selimut.

Gue buka kembali selimut yang menutupi tubuhnya Hendra, kemudian gue peluk badannya dari belakang.

“Hen… bangun ya sekarang.”

“Angkatin atuh A badan akunya.”

Seperti biasa, agak susah bangunin Hendra jika manjanya keluar.

“Yuk sini, gue angkat. Tangannya mana?”

Hendra menjulurkan tangannya ke arah gue, kemudian gue tarik tangannya sehingga badannya Hendra terangkat dari kasur. Setelah berdiri, Hendra memeluk badan gue dengan posisi kepala disenderkan ke pundak gue.

Gue tuntun Hendra menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Ferdi telah terlebih dahulu selesai dari kamar mandi.
Setelah kami siap semuanya, kami langsung menuju mesjid untuk shalat tahajjud dan menunggu shalat subuh. Sudah sangat ramai sekali di Masjid, namun kami masih kebagian tempat duduk di pelataran Ka’bah.

Kira-kira jam 6 pagi kami keluar dari Masjidil Haram, gue dan Ferdi langsung menuju kamar, sedangkan Hendra menuju kamar kedua orang tuanya yang masih satu lantai dengan kamar kami.

“Andri sayang. Aku pengen mandi sama kamu. Boleh ya?”

“Iya, Fer. Tapi nggak boleh ngapa-ngapin loh.”

“Iya, Sayang."

“Ya udah, yuk mandi. Takut keburu siang, abis ini kita langsung sarapan ya.”

“Sip…”

Walaupun gue sudah sering banget melihat tubuhnya Ferdi, namun tetap saja jika melihat dia dalam keadaan telanjang, hasrat gue langsung muncul.

Tahan…. tahan…. Ucap gue dalam hati.

“Sayang… kenapa mata kamu merem gitu? Terus ini kenapa kok ada yang bangun?”

“Ferdi, lo tuh jahil banget. Tadi kan lo udah iyain nggak ngapa-ngapain.”

“Iya, Sayang. Tangan aku aja yang jahil. Nakal nih tangan.”

“Hadeh… udah lepasin tangannya.”

“Iya Andri sayang. Padahal tangannya masih betah di sini.

"Dasar nakal tuh tangannya. Lo balik badan, gue sabunin dari belakang dulu.”

Kami pun saling menyabuni tubuh bergantian. Terkadang tangan gue juga sedikit jahil untuk memegang kemaluannya Ferdi yang sedang berdiri tegak lurus.

“Fer, gue mau ini.”

“Nah loh. Sekarang kamu yang minta kan?”

“Hehehehe… bercanda.”

Coklat Cap Ayam JagoWhere stories live. Discover now