Part 7

2K 141 12
                                    

Hendra Hargiana

Aku duduk di bis sama seperti posisiku kemarin. Aku masih memikirkan Andri yang duduk di sampingku. Kecurigaanku semenjak semalam terjawab sudah. Andri sepertinya tertarik kepadaku. Terbukti sewaktu aku pancing dia ketika kita mandi bareng. Dia terangsang melihatku dalam keadaan telanjang dan matanya Andri tidak lepas dari kemaluanku. Apalagi pada saat kupegang kemaluannya Andri, dia nampak menikmati.

Rasa sayangku semakin tumbuh seiring dengan berjalannya waktu. Tapi mungkin untuk melakukan hal yang lebih jauh, aku masih belum bisa. Walaupun tadi aku mencoba memegang kemaluannya Andri, belum ada rasa sedikitpun di hatiku.

"Adik-adik... hari ini kita lanjutkan perjalanan kita menuju Candi Borobudur. Jaraknya sekitar 40 KM dari kota Jogjakarta. Lokasinya tidak jauh dari kota Magelang. Kurang lebih satu jam kita akan tiba di Candi Borobudur"

"Hen..."

"Eh... i-iya A?"

"Kok ngelamun sih?"

"Nggak ngelamun kok A."

"Kita sekarang mau kemana lagi?"

"Eh... kemana ya A, aku nggak ngerti"

"Tuh... berarti lo ngelamun. Barusan aja dibilang sama pemandu wisatanya, kita mau ke Candi Borobudur. Lo ngelamun apaan?"

"Hehehehe.... Atuh A... lupa tadi ngelamun apaan?" Kelitku, masa harus jujur ke Andri, ntar dia marah lagi.

"Ya udah... jangan banyak ngelamun. Kata kakek nggak baik banyak ngelamun."

"Ih si Aa mah, potokopi mulu."

"Hehehehe.... gue masih bingung cara pake hape."

"Mana Hape Aa. Aku ajarin cara pakenya."

Selama perjalanan dari Jogjakarta menuju Candi Borobudur, aku memberitahu Andri cara pemakaian hape barunya. Setelah aku mengajarkan cara pengaturan ponsel, kemudian aku ajarkan juga cara berkomunikasi dengan suara atau pesan singkat.

Ternyata Andri cepat tanggap dalam menggunakan ponsel yang telah aku ajarkan. Dia pun mencoba mengirim pesan singkat ke hapeku. Walaupun masih agak lambat dalam mengetik tombolnya, tapi aku yakin besok dia sudah semakin terbiasa.

**

Oktaviandri

Ternyata nggak sulit juga menggunakan ponsel ini. Gue sama sekali nggam tahu harga ponsel ini sebenarnya, Hendra hanya menyebutkan juta untuk satu buah ponsel ini. Andaikata harganya satu juta, itu sama dengan uang jajan gue selama enam bulan. Nah loh, kalau harganya di atas itu? Aaahhhh... kenapa Hendra menghabiskan begitu banyak uang hanya untuk membeli barang ini?

Dia hanya bilang ponsel ini salah satu bentuk kasih sayang yang bisa dia berikan. Lah, gue bisa kasih apa ke Hendra? Hati gw semakin ciut untuk mencintai dia. Gue semakin minder berada di sisinya. Tapi gue juga nggak sanggup untuk menjauhi dia. Hati gue juga semakin cinta dan sayang kepadanya. Aaarggghhhh..... Hen, kenapa lo selalu menjerat hati gue? Kenapa lo selalu membawa api untuk melelehkan jiwa gue?

”AA!!!!” Jerit Hendra mengagetkan lamunan gue.

”Kenapa Hen?” Tanya gue.

Coklat Cap Ayam JagoWhere stories live. Discover now