Part 14

1.9K 124 5
                                    

Ferdiansyah Putra Perdana

Sampai juga di kota Bandung. Hanya 1 jam 30 menit sudah berada di rumah temennya Hendra. Rumahnya sangat sederhana sekali. Semoga orangnya juga sama dengan rumahnya, sama-sama sederhana. Sudah seminggu aku penasaran ingin melihat temennya Hendra, sekarang saatnya berkenalan.

Tok…. Tok… tok….

“Assalamualaikum,” kata Hendra sambil mengetuk pintu.

“Waalaikumsalam.” Terdengar suara lelaki dari dalam rumah.

Kok aku jadi grogi begini. Gawat nih. Ferdi… kamu nggak boleh grogi, batinku.

Aku berdiri agak jauh di belakang Hendra.
Kulihat pintu terbuka. Dan….
Haah... kalau ini cakep banget. Aku sukkaaa!! Batinku

Seorang lelaki dengan tinggi sama denganku, kulit putih kecoklatan. Badan atletis. Muka sepertinya blasteran. Dan sekarang dia hanya menggunakan kaos oblong dan celana pendek. Betis kakinya kokoh sekali. Seksi banget...

“Aa...” Hendra langsung menghambur ke lelaki tersebut. Dan langsung memeluknya.

“Manjanya keluar deh,” Kata Andri sambil mengacak-ngacak rambutnya Hendra.

Haaaa…… Jerit batinku yang kedua kalinya. Dia mencium kedua pipinya Hendra. Aku mau juga dicium… Batinku menjerit takjub.

“Aa…. Kenalin temen kuliahku.”

“Eh… dikira lo sendirian, Hen. Bikin malu aja!” Bisik Andri, namun masih terdengar di kupingku.

“Fer… kenalin ini Si Aa. Nama lengkapnya Oktaviandri, panggilannya Andri.”

“Eh… F-Ferdi.” Gubrak. Aku super grogi kali ini.

“Andri. Maaf ya Fer, dikira Hendra sendirian. Masuk, Fer.”

“I-iya,” jawabku masih grogi. Normal sikapnya, Fer…jangan Grogi, batinku

“Fer… masuk yuk, jangan grogi gitu,” kata Hendra sambil tersenyum antagonis.

Arrrggghh…. mukaku langsung terasa hangat.

“I-iyaa Hen,” jawabku sambil berjalan ke dalam rumah. Tapi sebelum masuk, Hendra berbisik di telingaku

“Suka ya, Fer. Ganteng kan?”

“Hendra! Jangan bikin malu. Awas loh!” Jawabku ketus.

Sebenarnya untuk menghilangkan rasa grogi dan membuat Hendra diam. Tapi bukan Hendra namanya kalau belum membuat orang lebih kesal terhadapnya.

“Aa… Ferdi katanya su--” untung aku udah bekap mulutnya Hendra. Awas ya Hendra. Tunggu pembalasan dariku.

“Kenapa Hen? Duduk, Fer. Maaf ya, rumahnya berantakan. Mau minum apa, Fer?”

“A-air putih aja,” jawabku grogi dan masih membekap mulutnya Hendra.

“Minum dulu, Fer. Gue siap-siap dulu ya,” Kata Andri sambil menyodorkan satu gelas air putih dan satu gelas kopi hitam. Kemudian dia masuk ke dalam kamar belakang.

“HENDRA HARGIANA!!!!! AWAS YA TUNGGU PEMBALASANKU!!!”

Atuh, Fer…. jangan kejam-kejam pembalasannya. Kan tadi juga keburu dibekep mulutkunya sama tangan kamu.”

“IYA TAPI BIKIN MALU TAU!!!!”

“Tuh ya…. pagi-pagi udah marah-marah terus. Kata Kakek, marah-marah itu bisa bikin cepet tua loh. Kakekku aja yang jarang marah-marah sekarang udah keriput-keriput.”

Coklat Cap Ayam JagoWhere stories live. Discover now