Part 1

6.6K 303 25
                                    

Flash Back

Hendra Hargiana

Sial.... mati aku...!! umpatku dalam hati.

Sambil mencari topiku di dalam tas ranselku. Kuaduk-aduk isi ranselku dengan segenap jiwa dan raga. Tetapi aku tidak melihat benda yang kucari. Didalam tas tersebut hanya terdapat 3 benda penting lainnya.

"Arrrggghhhh!!!" Ke mana benda keramat itu? Mungkin tertinggal di kosku. Salahku juga sih, telat bangun. Jadi terburu-buru deh.

Aku pikir masih ada waktu untuk mengambil topiku di kos. Namun tiba-tiba ada seseorang berteriak.

"CATAR... CEPAT…CEPAT… 5 MENIT LAGI!!!!!!" Teriakan itu bagaikan petir yang menggelegar di siang bolong.
Beberapa orang yang menggunakan baju dan celana loreng hijau mempercepat langkahnya untuk memasuki gerbang kampus.

"Hendra bego...bodoh....tolol....mampus aja sana!!" Entah apalagi makian yang bisa menggambarkan tentang kekesalan terhadap diriku sendiri. Dengan langkah gontai, aku pun ikut masuk kedalam kampusku.

"Ayo Hen, kita harus segera menuju barisan!"seru temen satu kelasku.

Aku pun langsung mengikuti perintah temenku. Aku berdiri paling depan karena tinggi tubuhku yang hanya 165cm. Sedangkan rata-rata teman-temanku lebih tinggi dariku. Oh iya, salah satu syarat untuk bisa masuk ke kampusku ini, minimal mempunyai tinggi 165cm dan lulus dalam serangkaian test mental dan fisik.

Semenjak duduk di bangku TK, aku mempunyai cita-cita ingin menjadi pelaut. Terinspirasi dari kejayaan nenekku walaupun aku tidak pernah melihatnya semenjak aku lahir.

Konon, nenekku adalah seorang pelaut yang gagah berani. Tapi aku tidak tahu kakekku seorang pelaut atau seorang petani. Yang selalu diceritakan oleh ibuku adalah sosok nenek. Aku bisa tau profesi nenekku karena setiap aku mau tidur ibuku selalu menyanyikan lagu ini :

nenek moyangku orang pelaut
gemar mengarung luas samudra
menerjang ombak tiada takut
menempuh badai sudah biasa

Akhirnya aku memutuskan untuk memilih kuliah di Institut Pelayaran. Ada tiga pilihan jurusan, Teknika, Nautika, dan Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga. Aku mengambil jurusan Nautika, jika aku lulus, aku bisa bekerja menjadi Nakhoda kapal laut. Seprofesi dengan nenek moyangku. (Dodol…)

Saat ini hari ketiga aku mengikuti Ospek. Jangan disamakan dengan ospek-ospek seperti di Universitas atau Sekolah Tinggi lainnya. Calon mahasiswa di Institut Pelayaran sama sekali tidak disuruh membuat kerajinan tangan dari bahan karton warna-warni, membuat tas dengan bahan bekas karung terigu, dan masih banyak lagi benda-benda konyol yang harus dibawa pada saat ospek.

Di hari pertama ospek, kami dibagikan semua perlengkapan ospek. Mulai dari baju, celana, topi, sepatu dan ikat pinggang. Kami juga dibagikan masing-masing sebuah tas ransel beserta perlengkapannya. Walaupun hanya ada tiga jenis barang, namun beratnya kurang lebih 10kg. Isi tas tersebut terdiri dari 1 buah buku agenda, 1 pena yang berlogo almamater kampusku dan satu karung pasir yang beratnya 9.5 kg.

Aku sudah berada dalam formasi barisan sesuai dengan kelasku. Namun aku sangat resah terhadap diriku sendiri, apa yang akan terjadi satu menit kemudian pada saat pemeriksaan kelengkapan apel pagi yang akan dilaksanakan pada pukul 6.00. Karena aku lupa membawa topi PDL. Hanya pasrah dan berserah saja pada takdir yang bisa kulakukan untuk menerima siksaan fisik dipagi hari ini.

Coklat Cap Ayam JagoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang