19 🔰 L

576 46 1
                                    

Ini tidak benar. Sudah satu jam yang lalu gue mencoba untuk fokus pada laki-laki di hadapan gue namun yang terjadi adalah otak gue terus berkelana ke sana kemari memikirkan laki-laki kampret bernama Aldo. Gue mengusap wajah frustasi. Di depan gue Athan masih sibuk menceritakan pengalamannya selama sekolah di Singapura. Suaranya terlihat ceria seolah hal ini lah yang sudah ia nantikan untuk di ceritakan ke gue.

Gue pandangi wajah Athan lebih dekat. Berharap semoga gue tidak lagi memikirkan laki-laki kampret itu lagi. Gue baru sadar kalau Athan mempunyai bulu mata yang sangat lebat dan lentik. Alis matanya juga tebal dan lagi ada tanda lahir sangat kecil, kecil sekali di dekat matanya. Gue harusnya bahagia mempunyai sosok kekasih yang mempunyai wajah sempurna tanpa cacat. Tapi kenapa yang gue rasain adalah hampa?

"Peni kamu ngelamun?" Suara Athan langsung menyadarkan lamunan gue. Gue tersenyum kikuk. Tidak tahu harus merespon apa ketika Athan sudah menangkap basah gue kalau sejak tadi gue tidak mendengarkan ceritanya.

Athan mengusap pipi gue lembut, "Kamu kenapa? Sakit?"

"Maaf Athan. Aku hanya gak enak badan aja belakangan ini." Jawab gue jujur. Memang benar adanya. Gue selalu merasa pusing dan juga tidak bisa tidur karena terlalu banyak memikirkan hal aneh yang gue alami akhir-akhir ini.

Athan sepertinya tahu apa yang sedang mengganggu gue karena laki-laki itu melontarkan perkataannya seperti ini, "Peni. Kita mulai dari awal gimana?"

"Apa?" Kata gue tak mengerti. Gue emang bodoh. Harap maklum.

"Aku tahu hubungan kita gak seperti yang kamu harapkan. Aku tahu kamu lebih suka berada di dekatnya daripada di dekatku yang notabene adalah pacar kamu sendiri. Aku gak akan menyalahkan kamu. Itu wajar. Mungkin selama ini kita tidak pernah mau saling membuka diri."

"Tapi mulai sekarang kamu boleh mengatakan apa yang kamu inginkan. Aku gak tahu apa yang menyebabkan kamu lebih suka memendamnya daripada mengatakannya padaku. Apa aku akan menuntut jika keinginan itu bertolak belakang dengan keingannku? Perbedaan itu wajar dalam sebuah hubungan. Dan  seperti yang sudah seharusnya, kita sebagai pasangan seharusnya bisa saling melengkapi perbedaan itu. Bukan mencari persamaan kita dengan sosok lain yang selanjutnya akan membuat kita merasa nyaman dan meninggalkan pasangan kita."

"Aku bukan laki-laki sempurna seperti yang kamu pikirkan selama ini. Aku juga mempunyai kekurangan. Hanya saja aku tidak akan menunjukkannya kepada mu karena aku tidak ingin terlihat lemah di hadapan mu. Aku hanya ingin kamu merasa aman di sampingku tanpa kamu mencemaskan apa kekuranganku."

Athan tersenyum lemah. Baru kali ini gue melihat sorot matanya yang meredup. Tidak sehangat tadi sewaktu ia menceritakan pengalamannya saat berada di Singapura.

"Athan... " Suara gue mulai tidak bisa terkondisikan. Serak dan sepertinya sebentar lagi gue pasti akan menangis.

"Ya sayang?"

"Kenapa selama ini kamu diam?"

"Karena aku tahu aku terlalu banyak mempunyai kekurangan sehingga membuat pacar ku sendiri tidak nyaman berada di sampingku. Selama ini aku terus mengkoreksi diri ku sendiri. Apa yang seharusnya aku rubah agar kamu tetap nyaman bersama ku agar ka..."

Athan tidak lagi melanjutkan perkataannya karena tubuhnya sudah terlebih dahulu aku dekap dengan pelukan yang erat. Gue menangis di dada bidangnya. Athan memeluk balik gue, mengusap punggung gue berharap gue bisa kembali tenang.

"Maaf Athan. Aku tahu selama ini aku udah jahat sama kamu." Kata gue di balik suara tangis gue yang terdengar menyedihkan.

"I'm okkay Peni. Aku juga minta maaf karena sudah membuat mu tidak nyaman saat berada di dekat ku."

Kenapa dia terlalu baik? Kenapa dia terus tetap mencinta disaat ia tahu bahwa kekasihnya telah membuat hatinya patah? Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh laki-laki bodoh ini. Apa dia tidak kecewa karena perbuatan gue selama ini?

Rasa bersalah mulai memenuhi hati gue. Gue menangis sejadi-jadinya menumpahkan apa yang selama ini Athan rasakan. Athan kelihatan tidak memprotes itu, sebaliknya dia semakin mengeratkan pelukannya sambil menenangkan gue dengan cara mengelus punggung gue.

"Sejak awal aku yang salah. Aku yang sudah merebut kamu dari sahabatku."

Suara Athan sangat lirih didengar ditaman kota yang tidak terlalu luas ini. Dinginnya malam serta hembusan angin malam menambah suasana taman semakin sepi seolah tahu apa yang saat ini Athan rasakan.

"Bahkan aku harus rela kehilangan sahabatku hanya untuk bersama mu. Kamu sangat berharga. Aku tidak akan mungkin melepaskan mu begitu saja walaupun kamu terus menyakiti ku. Karena kamu tahu untuk mendapatkan kamu aku menjadi di benci bahkan tidak dianggap ada oleh sahabatku. Balasan yang sangat setimpal kan? Oleh sebab itu, aku akan terus menjaga kamu agar kamu tetap berapa di sampingku. Saat ini cukup kehilangan sahabatku saja, kamu jangan sampai. Aku tidak sanggup kalau harus kehilangan dua-duanya."

"Kita mulai dari awal ya?"Sambil masih menangis gue mengangguk pelan di dalam pelukan Athan.

Tiba-tiba Athan melepaskan pelukannya. Tentu saja gue langsung menghapus air mata menjijikan gue. Gue malu keles. Gue jelek banget kalau lagi nangis.

"Nih." Athan memberikan tisu pada gue.

"Makasih ya... "

Athan mengangguk dengan senyum simpul, "Boleh kenalan gak?"

Apa sih nih laki?

Gue menatap bingung Athan.

"Aku Athan. Cowok yang naksir kamu gara-gara mantan sahabatku sering menceritakan tentang kamu. Oh iya mantan sahabat ku juga suka kamu, tapi boleh gak kalau aku deketin kamu?" Athan menjulurkan tangannya seperti pertama kali dia dan gue kenalan.

"Athan apa sih... " Gue menampis tangannya, "Gak lucu."

Athan kemudian tertawa, "Aku sayang kamu."

Mata gue melebar saa mendengar itu. Apa-apaan sih Athan. Dia udah gila apa gimana sih. Gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba bilang sayang- sayangan. Ngomong-ngomong Athan memang jarang mengungkapkan perasaannya. Jadi wajar kalau gue sedikit kaget saat mendengar itu.

"Bales dong yang!" Dia mulai merajuk seperti anak kecil. Gue ikut tertawa.

"Gak mau. Apaan sih sayang- sayang. Kalau sayang tuh di buktiin dong!"

"Mau bukti nih?" Katanya dengan raut jail gak ketulungan.

"Apa coba monyong-monyong gitu bibirnya?"

"Cium kamu lah. Katanya mau bukti?"

Gue langsung menampol pipinya, "Enak aja. Gak mau wlek!" Gue berdiri lalu menjulurkan lidah gue menggoda Athan.

"Oh nantangin nih jadinya?"

Gue sontak berlari saat Athan menghujani gue dengan gelitikan mautnya. Laki-laki itu terus mencoba menyerang gue dan sebisa mungkin gue terus menghindarinya.

Ada perasaan hangat mulai menjalar di hati gue. Perasaan ini sangat familiar. Dan perasaan ini dulu pernah gue rasakan saat pertamakali gue kenal dengan laki-laki bernama Athan Arjuna Wiratmaja.

Athan apakah kamu sedang mencoba mengembalikan memori kita yang sempat hilang? Kalau iya aku tidak akan keberatan. Satu lagi. Aku juga sayang kamu Athan. 

Long Distance RelationShit [END]Where stories live. Discover now